Tersangka Kasus Paket Bom Kritikus Donald Trump Terancam 50 Tahun Bui

Jaksa penuntut mengatakan, tersangka yang merupakan pendukung garis keras Donald Trump, merupakan bahaya serius bagi publik.

oleh Afra Augesti diperbarui 07 Nov 2018, 14:02 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 14:02 WIB
Kantor CNN Dikirimi Bom
Petugas penjinak bom keluar dari Gedung Time Warner setelah paket bom pipa dikirimkan di mana kantor CNN New York beroperasi, Rabu (24/10). Paket tampak seperti pipa dan ada jaringan kabelnya ditemukan di kotak surat kantor CNN. (TIMOTHY A. CLARY/AFP)

Liputan6.com, New York - Hakim federal di New York menetapkan hukuman terhadap tersangka bom pipa yang meneror para kritikus Donald Trump, Cesar Sayoc, pada Selasa, 6 November 2018. Sayoc ditahan tanpa jaminan apapun.

Mengutip The Guardian, Rabu (7/11/2018), Sayoc tampil perdana di pengadilan federal di Manhattan, pada Selasa pagi waktu setempat, usai dipindahkan dari tahanan di Florida --di mana ia ditangkap pada bulan lalu.

Sayoc menghadapi dakwaan karena diduga mengirim lebih dari selusin paket berisi alat peledak ke sejumlah pejabat Partai Demokrat, termasuk kediaman Barack Obama (Washington DC), Hillary Clinton (New York), bahkan kantor media CNN, serta filantropis dan pemodal liberal George Soros.

Jaksa mengatakan kepada hakim bahwa Sayoc, yang merupakan pendukung fanatik Donald Trump dan nasionalisme kulit putih, menghadirkan bahaya serius bagi publik.

Oleh karena itu, pelaku yang berusia 56 tahun tersebut harus menghadapi hukuman 50 tahun penjara, jika ia benar-benar terbukti bersalah. Hingga kini, tim investigasi juga masih menyelidiki motif di balik teror paket bom tersebut.

Meski demikian, Donald Trump mengaku jika rangkaian serangan itu hanya isapan jempol semata dan merupakan trik untuk mempolitisasi dirinya.

 

Saksikan video ppilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kronologi Pengiriman Paket Misterius Sejauh Ini

Rumah Obama dan Clinton Dikirimi Bom
Aparat kepolisian berjaga di depan rumah mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan mantan Presiden Bill Clinton di Chappaqua, New York, Rabu (24/10). Paket bahan peledak ditemukan di kotak surat kediaman Bill dan Hillary Clinton. (AP/Seth Wenig)

1. "Paket mencurigakan" diterima di beberapa lokasi pada pekan ini, di mana "berisi perangkat yang berpotensi merusak," kata FBI.

2. Paket yang dikirim ke kediaman aktor Robert De Niro, seorang kritikus kuat dari Presiden Trump, telah disingkirkan dari tempat ditemukannya pada Kamis pagi.

3. Penerima lain paket mencurigakan termasuk mantan Presiden Barack Obama, mantan Wakil Presiden Joe Biden, mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, mantan Direktur CIA John Brennan, mantan Jaksa Agung Eric Holder dan filantropis prto liberal George Soros.

4. Semua paket yang dikirimkan pada hari Rabu memiliki alamat pengirim "Debbie Wasserman Shultz," kata FBI.

5. Paket yang ditujukan kepada Brennan dikirim ke kantor CNN di New York City. Polisi menyebut isi paket tampak seperti alat peledak yang aktif, dan sebuah amplop berisi bubuk putih, di mana menurut FBI pada hari Kamis, tidak menimbulkan ancaman biologis.

6. Pihak penyelidik sedang menyelidiki fasilitas USPS --layanan pos nasional AS-- di Opa-Locka, negara bagian Florida, di mana kemungkinan menjadi tempat asal pengiriman beberapa paket kontroversial itu. Para pejabat menyisir lokasi terkait melalui rekaman video pengawasan di fasilitas dan bisnis terdekat.

7. Paket mencurigakan yang ditujukan kepada perwakilan Demokrat di negara bagian California, Maxine Waters, berhasil dihadang pada hari Rabu di pos pemeriksaan kantor reprsentatifnya. Di malam yang sama, kepolisian Los Angeles mengatakan sedang menyelidiki paket mencurigakan lainnya, yang ditemukan di fasilitas layanan pos dekat pusat kota.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya