Hebat, Remaja 13 Tahun Ciptakan Pendeteksi Kanker Pankreas

Pemuda ini buat piranti bagi dokter untuk mengetahui kanker pankreas yang sulit dideteksi secara lebih cepat dan tepat selama proses perawatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Nov 2018, 13:32 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2018, 13:32 WIB
Ilustrasi Pasien Kanker, Kanker, Pasien (iStockphoto)
Tak Jarang Napsu Makan Pasien Kanker Justru Menurun Akibat Pengobatan (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pengobatan kanker pankreas dapat mencapai kemajuan lebih baik dengan bantuan Rishab Jaib yang berusia 13 tahun. Ia menciptakan piranti bagi dokter untuk mengetahui pankreas yang sulit dideteksi secara lebih cepat dan tepat selama proses perawatan kanker.

Remaja itu baru-baru ini memenangkan penghargaan ilmuwan muda untuk gagasannya yang luar biasa itu.

Rishab Jain dari Portland, Oregon, baru-baru ini memenangkan penghargaan bergengsi "Discovery Education 3M Young Scientist Challenge" karena keberhasilannya menciptakan algoritma yang menggunakan kecerdasan buatan atau "artificial intelligence" AI untuk meningkatkan perawatan kanker pankreas.

Ia mengatakan selama radioterapi, piranti buatannya dapat menemukan pankreas lebih cepat dan lebih tepat.

"Sangat sulit menemukan pankreas dengan mata telanjang. Seorang pakar radiologi yang sudah terlatih pun kadang-kadang membutuhkan waktu beberapa jam untuk mengetahui lokasinya karena adanya organ-organ lain di lokasi dimana pankreas berada. Pankreas tersembunyi di antara beberapa organ seperti perut, dan tepat di sebelah sumsum tulang belakang, tepat di belakangnya, jadi dapat menimbulkan masalah ketika melakukan pembedahan dan perawatan lain," kata Rihab Jain seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (12/11/2018).

Jadi Rishab Jain, melatih pirantinya pada CTE atau pemindai MRI yang sesungguhnya pada perut dan mempelajari hal itu sehingga dapat belajar tentang bagaimana bentuk pankreas dan di mana letaknya.

"Ini piranti saya, Pancreatic Cancer Deep Learning System. Di sebelah kanannya ada hasil pemindaian perut pasien, seluruh sistem pernafasan, gerakan pankreas yang berbeda; lihat betapa sulitnya menentukan lokasi sebenarnya. Nah, di sebelah kiri ini adalah piranti prototip Artificial Intelligence GUI (Graphical User Interface) yang saya buat," imbuhnya.

"Jadi selama perawatan radioterapi dengan panduan MRI, dokter dapat menggunakan piranti saya untuk mengetahui secara tepat di mana letak pankreas sehingga dapat melakukan radiasi secara lebih efektif. Jadi potensi terjadinya kesalahan karena mengenai sel-sel sehat atau organ lain dapat dikurangi," lanjut Rishab Jain.

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

Kanker yang Jarang, tapi...

20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Kanker pankreas relatif jarang terjadi. Kendati demikian dapat berakibat fatal. Mengapa demikian?

Kanker ini tumbuh secara perlahan dan karena pankreas berada jauh di dalam tubuh, tumor awal seringkali tidak terdeteksi. Orang biasanya tidak memiliki gejala apapun hingga kanker itu menyebar ke organ-organ lain.

Rishab berencana menggunakan hadiah uang sebesar 25 ribu dolar yang didapatkannya untuk mengembangkan pirantinya dari prototip menjadi model yang dapat digunakan.

Ia juga berharap suatu hari nanti akan bermitra dengan rumah sakit dan perusahaan guna mengkomersilkan penggunaan piranti buatannya itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya