Tentara Korut dan Korsel Saling Menyeberangi Perbatasan dalam Damai

Tentara Korea Utara dan Korea Selatan, pada 12 Desember 2018, telah saling menyeberangi perbatasan. Ada apa?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 14 Des 2018, 07:31 WIB
Diterbitkan 14 Des 2018, 07:31 WIB
Tentara Korea Selatan memverifikasi penghancuran pos penjaga Korea Utara di Zona Demiliterisasi, Cheorwon, Rabu (12/12). Prajurit Korut dan Korsel untuk pertama kalinya menyebrang ke wilayah masing-masing dengan damai (South Korea Defense Ministry via AP)
Tentara Korea Selatan memverifikasi penghancuran pos penjaga Korea Utara di Zona Demiliterisasi, Cheorwon, Rabu (12/12). Prajurit Korut dan Korsel untuk pertama kalinya menyebrang ke wilayah masing-masing dengan damai (South Korea Defense Ministry via AP)

Liputan6.com, Zona Demiliterisasi Korea - Tentara Korea Utara dan Korea Selatan, pada 12 Desember 2018, saling menyeberangi perbatasan ke wilayah berlawanan untuk pertama kalinya, sejak bangsa Korea terbagi menjadi dua pascaperang beberapa dekade lalu.

Selain menyimbolisasikan mencairnya hubungan antara masing-masing negara, penyeberangan itu dilakukan untuk memeriksa pembongkaran pos-pos penjagaan di Zona Demiliterisasi (DMZ), demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (13/12/2018).

Cuplikan foto menunjukkan para tentara berjabat tangan di perbatasan sebelum menyeberang.

Sebagai hasil dari pembicaraan untuk ketiga kalinya pada September lalu, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in sepakat agar militer kedua negara membongkar pos penjagaan di perbatasan, demi menunjukkan iktikad baik menuju perdamaian dua Korea.

Tentara Korea Selatan (tengah bawah) berjabat tangan dengan tentara Korea Utara  sebelum melintasi Garis Demarkasi Militer di Cheorwon, Rabu (12/12). Mereka mulai memeriksa pembongkaran pos-pos penjaga di Zona Demiliterisasi. (AP/Ahn Young-joon, Pool)

Sejak November, baik Utara dan Selatan telah meledakkan atau membongkar 10 pos perbatasan mereka.

Pada hari Rabu 12 Desember, para tentara Korea Selatan mengunjungi setiap pos penjaga di sisi Utara sementara para tentara Korea Utara kemudian memeriksa proses yang sama di Selatan.

"Ini menandai pertama kalinya sejak pembagian bahwa para prajurit dari Utara dan Selatan ... secara damai melintasi garis demarkasi militer," kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Tentara Korea Selatan berjabat tangan dengan tentara Korea Utara  sebelum melintasi Garis Demarkasi Militer di Cheorwon, Rabu (12/12). Mereka mulai memeriksa pembongkaran pos-pos penjaga di Zona Demiliterisasi. (HANDOUT/AFP/SOUTH KOREAN DEFENCE MINISTRY)

Kedua pihak masih memiliki lebih banyak pos penjaga di DMZ, termasuk yang berada di bawah tanah.

Bulan lalu kereta api melakukan perjalanan dari Korea Selatan melintasi perbatasan ke Korea Utara untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, sebagai bagian dari komitmen oleh Selatan untuk membantu Utara memodernisasi jaringan kereta apinya.

Perang Korea 1950-1953 membuat bangsa di Semenanjung Korea terbagi menjadi dua negara hingga sekarang. Keduanya mengakhiri perang dengan gencatan senjata dan belum menandatangani perjanjian perdamaian resmi, yang secara teknis membuat Seoul-Pyongyang tetap dalam status berperang sampai sekarang.

 

Simak video pilihan berikut:

Lawatan Kim Jong-un ke Korea Selatan Akhir 2018 Batal?

Kim Jong-un Periksa Pabrik Kentang di Samjiyon
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un saat mengunjungi Samjiyon County di Provinsi Ryanggang yang berbatasan dengan China (30/10). (Photo by KCNA VIA KNS / KCNA VIA KNS / AFP)

Rencana lawatan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un ke Korea Selatan pada akhir tahun ini menciptakan kegamangan di kalangan pejabat Negeri Ginseng, dengan beberapa di antaranya khawatir bahwa agenda itu mungkin tertunda --dan memicu dampak diplomatik yang merugikan bagi proses perdamaian di Semenanjung Korea.

Prospek lawatan itu telah digaungkan oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in setelah dirinya melaksanakan KTT dengan Korea Utara untuk ketiga kalinya pada September 2018 lalu. Kim pun menyetujui tawaran Moon, dengan mengatakan bahwa ia akan --menjadi pemimpin Korut pertama yang-- menginjakkan kaki di Seoul "pada tanggal awal" Desember 2018.

Tetapi, seperti dilansir The New York Times pada Senin (10/12/2018), baik Kim dan pejabat Korea Utara mengabarkan bahwa mereka belum menerima undangan resmi dari Presiden Moon hingga saat ini.

Jika Kim Jong-un tidak muncul di Seoul bulan ini, itu akan menjadi kekecewaan besar bagi Moon Jae-in, yang telah berulang kali memberi tahu publik bahwa pemimpin Korut itu telah menjanjikan demikian Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya