Liputan6.com, Riyadh - Arab Saudi mengatakan pihaknya menciptakan badan-badan pemerintah untuk meningkatkan pengawasan operasi intelijennya, di tengah kemarahan internasional atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Kerajaan itu mengatakan Khashoggi terbunuh di dalam konsulat Istanbul pada 2 Oktober dalam "operasi jahat" yang dipimpin oleh Wakil Kepala Intelijen Ahmad al-Assiri dan Penasihat Kerajaan Saud al-Qahtani, yang keduanya telah dipecat.
Raja Salman kemudian memerintahkan restrukturisasi badan intelijen utama yang berada di bawah pengawasan putranya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) --yang telah menghadapi kecaman global atas pembunuhan wartawan meskipun pemerintah menyangkal dia terlibat.
Advertisement
Baca Juga
Sebuah komite yang dipimpin oleh pangeran telah menyetujui pembentukan tiga departemen untuk memastikan operasi intelijen sejalan dengan kebijakan keamanan nasional, hukum hak asasi manusia internasional dan "prosedur yang disetujui", kantor berita Saudi Saudi mengatakan, seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (22/12/2018).
Pernyataan itu tidak menyebutkan soal kasus Jamal Khashoggi.
Bessma Momani, profesor ilmu politik di University of Waterloo, mengatakan modifikasi itu adalah upaya mengalihkan perhatian dunia dari putra mahkota.
"Saya pikir optik reformasi sudah jelas," katanya kepada Al Jazeera.
"Pesan yang digambarkan di sini adalah bahwa ada checks and balances dalam sistem (intelijen) mereka, bahwa ada pengawasan, tetapi sejujurnya, mereka tidak benar-benar mengatasi awan yang lebih besar yang menggantung di atas putra mahkota, bahwa ia terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi ini."
"Masalah utamanya tidak hilang, tetapi saya pikir restrukturisasi kosmetik dimaksudkan untuk mencoba dan mengalihkan perhatian."
"Gagasannya di sini adalah bahwa ketiga departemen itu akan diawasi oleh komite yang dipimpin putra mahkota. Saya pikir, cukup sulit untuk melihatnya sebagai upaya sejati (untuk merestrukturisasi)."
Simak video pilihan berikut:
Reaksi Global atas Pembunuhan Khashoggi
Reaksi global yang intens atas pembunuhan Khashoggi telah mencoreng reputasi internasional pangeran dan meninggalkan kerajaan kaya minyak tersangkut polemik diplomatik dengan beberapa negara, terutama, Barat.
Ini juga memberikan sorotan segar pada konflik yang dipimpin Saudi di Yaman, yang dicengkeram oleh apa yang disebut oleh PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Senat AS pekan lalu memilih untuk mengakhiri dukungan militer Amerika untuk kampanye militer Riyadh di Yaman, dan secara terpisah menuduh Pangeran Mohammed sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi.
Awal pekan ini, Arab Saudi mengecam resolusi Senat sebagai "campur tangan terang-terangan", memperingatkan bahwa langkah itu bisa berdampak pada hubungan strategis dengan Washington.
Advertisement