PBB Peringatkan Bakal Ada Gelombang Besar Kepulangan Pengungsi ke Suriah

PBB mengatakan, kondisi saat ini tidak tepat untuk kembalinya kelompok pengungsi besar dari Lebanon ke rumah-rumah yang mereka tinggalkan di Suriah.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jan 2019, 08:31 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2019, 08:31 WIB
Bendera Suriah (AP/Hassan Ammar)
Bendera Suriah (AP/Hassan Ammar)

Liputan6.com, Damaskus - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, kondisi saat ini tidak tepat untuk kembalinya kelompok pengungsi besar dari Lebanon ke rumah-rumah yang mereka tinggalkan di Suriah, meskipun pertempuran di negara yang dilanda perang itu sebagian besar telah surut.

Kini Suriah memasuki tahun ke-delapan dalam krisis yang telah menewaskan ratusan ribu orang, juga berdampak pada 5,6 juta pengungsi dan 6,2 juta lainnya mengungsi secara internal, VOA Indonesia, Sabtu (12/1/2019).

Negara tetangga Suriah, Lebanon, menampung jumlah pengungsi per kapita tertinggi, dengan sekitar 1 pengungsi untuk setiap empat penduduk.

Kehadiran sekitar 1,3 juta pengungsi Suriah akan menjadi beban besar kepada Suriah yang menderita ketidakstabilan politik, situasi ekonomi yang suram, dan tingkat pengangguran yang sangat tinggi.

Koordinator PBB untuk Lebanon, Philippe Lazzarini, mengatakan kondisi untuk populasi penduduk asli dan pengungsi tetap sangat berbahaya.

Lazzarini mengatakan ketegangan antara masyarakat di dalam negeri dan pengungsi tinggi, terutama karena persaingan untuk pekerjaan dengan keterampilan rendah. Dia mengatakan kembalinya para pengungsi ke Suriah adalah salah satu perhatian utama rakyat Lebanon.

Koordinator PBB itu juga mengatakan para pengungsi tidak terburu-buru untuk pulang. Tahun lalu, dia mengatakan antara 16.000 dan 17.000 orang kembali ke Suriah.

 

Simak video pilihan berikut:

AS Akan Tumpas Seluruh Dukungan Iran di Suriah

Bendera Amerika Serikat (AP PHOTO)
Bendera Amerika Serikat (AP PHOTO)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, bersumpah bahwa pihaknya --bersama dengan sekutu-- akan mengusir seluruh dukungan Iran dari Suriah.

Hal itu, menurut Pompeo, adalah upaya meyakinkan negara-negara Timur Tengah bahwa miiter AS tidak akan menarik diri dari Suriah, meskipun sempat muncul pernyataan Donald Trump tentang pemulangan seluruh tentaranya.

Melalui sebuah pidato di Kairo, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Jumat (11/1/2019), Pompeo menyerukan pendirian bersama dalam melawan Iran.

"Sudah saatnya persaingan lama berakhir, demi kebaikan wilayah yang lebih besar," katanya.

AS akan "menggunakan diplomasi dan bekerja dengan mitra kami untuk mengusir setiap serangan terakhir Iran" dari Suriah, serta meningkatkan upaya "untuk membawa perdamaian dan stabilitas kepada rakyat setempat yang telah lama menderita".

Pompeo juga menyelipkan teguran kepada mantan presiden AS, Barack Obama, yang pidatonya di ibu kota Mesir pada satu dekade lalu, yang membuka jalan relasi pemerintahannya ke Iran, dan menolak intervensi George W Bush di Irak.

Pompeo mengklaim AS di bawah Obama telah malu-malu untuk menunjukkan siapa dirinya, sehingga mendorong Iran untuk mulai menancapkan pengaruhnya di Timur Tengah, terutama di Suriah.

Dalam kritik terhadap dukungan Obama pada kesepakatan nuklir Iran, Pompeo mengatakan: "Ketika Amerika mundur, kekacauan akan terjadi. Ketika kita mengabaikan teman-teman kita, kemarahan muncul. Saat kami bermitra dengan musuh, mereka maju menyerang."

Menilai Iran layaknya "parasit kanker", Pompeo mengatakan AS telah "menerapkan kembali sanksi yang seharusnya tidak pernah dicabut".

"Kami memulai tekanan baru untuk memotong pemasukan yang digunakan rezim Iran untuk menyebarkan teror dan kehancuran," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya