Turki Ancam Serang Suriah Jika AS Tunda Penarikan Pasukan Militernya

Turki mengancam akan serang Suriah jika Amerika Serikat menunda rencana penarikan pasukan militernya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 11 Jan 2019, 15:02 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2019, 15:02 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)

Liputan6.com, Ankara - Turki mengancam akan melancarkan serangan terhadap pasukan Kurdi Suriah, jika Amerika Serikat (AS) menunda penarikan pasukannya dari wilayah konflik tersebut.

"Jika (penarikan) ditunda dengan alasan konyol seperti orang Turki membantai orang Kurdi, yang faktanya masih kabur, kami akan mengimplementasikan keputusan untuk melakukan serangan," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Çavuşoğlu, kepada stasiun televisi NTV.

Dikutip dari The Guardian pada Jumat (11/1/2019), Çavuşoğlu mengatakan Turki akan melanjutkan rencana serangannya, apa pun yang akan terjadi di kemudian hari.

"Kami akan memutuskan waktunya dan tidak perlu menerima izin dari siapa pun," tegas Çavuşoğlu.

Dia juga mengatakan beberapa pejabat di pemerintahan AS berusaha mencegah Trump merealisasikan rencana penarikan pasukan, dan membuat beberapa "alasan tidak masuk akal", seperti tuduhan bahwa Turki telah membantai suku Kurdi.

Çavuşoğlu mengatakan Turki akan melawan kelompok Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah (YPG), baik jika AS menarik diri dari Suriah atau tidak.

Turki dan AS berselisih soal masa depan pasukan Kurdi Suriah setelah presiden AS, Donald Trump, membuat pengumuman mengejutkan pada bulan lalu, untuk menarik 2.000 tentara dari Suriah.

Bersamaan dengan langkah Trump, Presiden Turki Recep Tayyip ErdoÄŸan mengancam akan melancarkan operasi lain di Suriah, di mana menargetkan militan Kurdi yang didukung oleh AS.

Turki sendiri menganggap pasukan Kurdi yang berada di perbatasan utara Suriah sebagai kelompok teroris, dan dituduh mengancam keamanan nasional negaranya.

Sementara itu, para pejabat Turki mengadakan pertemuan yang cukup menegangkan pada pekan ini dengan penasihat keamanan nasional pemerintahan Trump, John Bolton, di Ankara yang bertujuan mengoordinasikan proses penarikan pasukan AS dari Suriah.

Erdogan --yang telah menyambut rencana penarikan AS-- menuduh Bolton melakukan "kesalahan besar" dalam menuntut agar Ankara memberikan jaminan keselamatan para pejuang Kurdi, sebelum Washington menarik pasukannya.

Namun, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, yang sedang melakukan tur kunjungan di Timur Tengah, justru mengatakan bahwa Turki telah berkomitmen untuk melindungi kelompok Kurdi yang berperang melawan ISIS di Suriah.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

AS Bersumpah Tumpas Pengaruh Iran di Suriah

Pasukan demokrasi Suriah dan militer AS melakukan patroli keamanan di Kota Al-Darbasiyah (AFP/Delil Souleiman)
Pasukan demokrasi Suriah dan militer AS melakukan patroli keamanan di Kota Al-Darbasiyah (AFP/Delil Souleiman)

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, bersumpah bahwa pihaknya --bersama dengan sekutu-- akan mengusir seluruh dukungan Iran dari Suriah.

Hal itu, menurut Pompeo, adalah upaya meyakinkan negara-negara Timur Tengah bahwa miiter AS tidak akan menarik diri dari Suriah, meskipun sempat muncul pernyataan Donald Trump tentang pemulangan seluruh tentaranya.

Melalui sebuah pidato di Kairo, Pompeo menyerukan pendirian bersama dalam melawan Iran.

"Sudah saatnya persaingan lama berakhir, demi kebaikan wilayah yang lebih besar," katanya.

AS akan "menggunakan diplomasi dan bekerja dengan mitra kami untuk mengusir setiap serangan terakhir Iran" dari Suriah, serta meningkatkan upaya "untuk membawa perdamaian dan stabilitas kepada rakyat setempat yang telah lama menderita".

Pompeo juga menyelipkan teguran kepada mantan presiden AS, Barack Obama, yang pidatonya di ibu kota Mesir pada satu dekade lalu, yang membuka jalan relasi pemerintahannya ke Iran, dan menolak intervensi George W Bush di Irak.

Pompeo mengklaim AS di bawah Obama telah malu-malu untuk menunjukkan siapa dirinya, sehingga mendorong Iran untuk mulai menancapkan pengaruhnya di Timur Tengah, terutama di Suriah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya