Liputan6.com, Pyongyang - Para ahli mengklaim berhasil mengungkap situs rahasia, yang diduga kuat berfungsi sebagai markas salah satu program rudal balistik Korea Utara.
Temuan itu terkuak beberapa pekan sebelum pemimpin negara itu, Kim Jong-un, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diperkirakan akan bertemu membahas denuklirisasi, untuk kedua kalinya, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa (22/1/2019).
Situs Sino-ri, satu dari 20 situs Korea Utara yang terkuak secara dini-- menampung rudal jarak menengah Nodong, yang dapat digunakan dalam serangan nuklir terhadap Korea Selatan, Jepang dan wilayah AS di Guam, lapor Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington.
Advertisement
Baca Juga
Terletak sejauh 132 mil (setara 212 kilometer) dari zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, kompleks Sino-ri adalah pangkalan seluas 18 kilometer persegi, yang menampung unit berukuran resimen, dan dilengkapi dengan rudal jarak menengah Nodong-1, kata laporan itu.
"Pangkalan operasi rudal Sino-ri dan rudal Nodong yang dikerahkan di lokasi ini cocok dengan strategi militer nuklir Korea Utara, yang diperkirakan memiliki kemampuan nuklir tingkat operasional langsung," kata laporan itu, yang ditulis bersama oleh analis Victor Cha.
Temuan tersebut mempertanyakan niat Korea Utara, yang telah melakukan pertemuan di Swedia pada pekan ini, untuk membahas rencana KTT kedua antara Kim dengan Trump, yang diperkirakan berlangsung pada akhir Februari.
Laporan CSIS mengatakan pangkalan itu tidak pernah dinyatakan oleh Korea Utara, dan sebagai hasilnya "tampaknya tidak menjadi subjek negosiasi denuklirisasi".
"Korea Utara tidak akan bernegosiasi untuk hal-hal yang tidak mereka ungkapkan. Sepertinya mereka sedang memainkan satu permainan. Mereka masih akan memiliki semua kemampuan operasional ini, bahkan jika mereka menghancurkan fasilitas nuklir mereka yang diungkapkan," jelas Victor Cha.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
KTT Singapura Hasilkan Sedikit Kemajuan
Baik Korea Utara maupun AS, hanya membuat sedikit kemajuan sejak kedua pemimpinnya, Kim Jong-un dan Donald Trump, menandatangani kesepakatan yang samar tentang denuklirisasi Semenanjung Korea, pada KTT 12 Juni 2018 di Singapura.
Adapun temuan tentang situs rahasia Korea Utara, menurut para ahli, kemungkinan berkaitan dengan proyek pengembangan rudal balistik Pukkuksong-2, yang pertama kali diuji pada Februari 2017, tak lama setelah pelantikan Trump.
Gambar satelit dari pangkalan itu sejak 27 Desember 2018, menunjukkan pintu masuk ke bunker bawah tanah, tempat berlindung yang diperkuat, dan sebuah markas besar, kata laporan itu.
Kim Joon-rak, juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, mengatakan militer negaranya dan AS telah memantau Sino-ri dan pangkalan-pangkalan rudal lain yang tidak diumumkan.
Sementara itu, kementerian luar negeri Swedia menggambarkan pembicaraan tentang pertemuan puncak yang akan datang, antara perwakilan dari Korea Utara dan Selatan dan AS, sebagai agenda yang "konstruktif".
Ditambhakan bahwa mereka telah membahas "perkembangan di semenanjung Korea, termasuk pembangunan kepercayaan, pengembangan ekonomi dan keterlibatan jangka panjang" dalam isu denuklirisasi.
Advertisement