Kisah WNI di AS yang Terdampak Shutdown Government Donald Trump

Penutupan pemerintahan di bawah Donald Trump juga berdampak terhadap warga negara Indonesia di Amerika Serikat.

oleh Liputan6.comSiti Khotimah diperbarui 25 Jan 2019, 07:31 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2019, 07:31 WIB
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)

Liputan6.com, Washington DC - Penutupan pemerintahan di bawah kepemimpinan Donald Trump selama lebih dari satu bulan, tidak hanya merugikan warga negara AS. Pasalnya, warga negara Indonesia yang tengah berada di negeri Paman Sam juga terkena dampaknya.

Di antara mereka adalah Nina Marzoeki yang bekerja sebagai karyawan paruh waktu di Smithsonian's National Zoo, salah satu kebun binatang tertua di AS. Kebun binatang yang menjadi tempat bekerja Nina itu, mendapatkan bantuan dana dari pemerintah.

Sebagai dampaknya, sebagian karyawan kebun binatang terpaksa tidak mendapatkan gaji. Nina adalah salah satu karyawan yang tidak beruntung tersebut, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Rabu (24/1/2019). Belum lagi Nina hanya karyawan paruh waktu, sehingga tidak berhak atas bantuan.

Bagi Nina yang telah berdomisili beberapa tahun di AS, kejadian ini bukanlah kali pertama. Pada 2013 silam, ia juga merasakan hal yang sama meskipun hanya berlangsung selama 16 hari.

Setidaknya Nina berhasil mengambil sisi positif dari kejadian ini. Ia dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk berlibur bersama keluarga.

Nina tidak serta merta berpangku tangan dalam situasi sulit ini. Ia memanfaatkan waktu untuk mengurus pekerjaan sampingan, yakni sebuah bisnis barang-barang promosi dan cendera mata yang ia dirikan bersama temannya. Bisnis Nina tersebut tidak terdampak penutupan pemerintahan AS.

Saksikan video pilihan berikut:

WNI Pengusaha Makanan Juga Terdampak

Cara membuat sate kambing
Ilustrasi sate kambing (Sumber: Pixabay)

Lain Nina, lain pula dengan Andre Masfar yang memiliki usaha makanan khas Indonesia.

Penutupan pemerintahan telah menyebabkan usahanya yang didirikan sejak 2015 silam, Java Cove, semakin sepi pengunjung.

"Paling banyak 40 served. Tadi cuman 32," tutur Andre.

Usaha Andre tersebut semakin sulit mendapatkan keuntungan, apabila ia mendapatkan tempat di daerah kantor pemerintahan. Hal tersebut mengingat di Washington DC, biasanya pemilik food truck harus mengikuti undian rotasi tempat.

Andre menjual paket makanan seperti nasi, rendang, dan sate, seharga US$ 11 (sekira Rp 155.000) untuk setiap porsinya.

Sonny Setiantoko yang juga memiliki usaha makanan bernama Sambal dan Sate Truck, memiliki nasib serupa dengan Andre. Ia mengaku, sejak penutupan pemerintahan barang dagangannya yang berupa mi ayam, sate, dan tempe, mengalami penurunan penjualan sebesar 30 hingga 40 persen.

Harapan Nina dan Sonny seolah diwakili oleh Andre. Ia berharap semoga penutupan pemerintahan di AS segera berakhir.

"Minggu depan enggak tahu deh, semakin sepi mungkin. Mudah-mudahan shutdown cepat selesai, deh," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya