Bumi Pernah Melahap Seluruh Samudranya, Akankah Terulang Lagi?

Pada zaman dahulu kala, Bumi pernah melahap seluruh samudra yang ada di dunia. Apakah akan terulang kembali di masa kini?

oleh Afra Augesti diperbarui 08 Feb 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2019, 18:00 WIB
Ilustrasi Bumi
Ilustrasi Bumi (NASA)

Liputan6.com, Oslo - Sebuah studi menyebut, superbenua kuno Rodinia telah tenggelam, ketika Bumi menelan samudranya sendiri sekitar 700 juta tahun yang lalu.

Rodinia adalah superbenua yang terbentuk sebelum Pangea, yang ada antara 320 juta dan 170 juta tahun yang lalu.

Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan yang dipimpin oleh Zheng-Xiang Li dari Curtin University di Perth, Australia, berpendapat bahwa superbenua dan superocean-nya (superocean adalah lautan yang mengelilingi benua super) terbentuk dan terbelah dalam siklus yang bertahap.

Terkadang melindungi kerak samudra dan kadang-kadang mendaur ulang ke bagian dalam Bumi.

"Kami menduga bahwa struktur mantel Bumi hanya bisa sepenuhnya ditata ulang setiap ada superbenua kedua (atau setiap siklus lainnya), melewati regenerasi superocean baru dan cincin api baru," tulis Li melalui email ke Live Science, sebagaimana dikutip oleh Liputan6.com pada Jumat (8/2/2019).

Cincin Api atau dikenal sebagai Ring of Fire adalah rantai zona subduksi di sekitar Pasifik, di mana kerak samudra bergulung di bawah benua. Di sepanjang kawasan yang dilalui oleh Ring of Fire, banyak terdapat gunung berapi aktif dan gempa bumi.

Sejarah yang Mendalam

Latar belakang terkait superbenua masih belum jelas, tetapi geosains meyakini bahwa benua-benua di muka Bumi ini bergabung menjadi satu daratan raksasa setiap 600 juta tahun, rata-rata.

Pertama kali yang timbul adalah Nuna, antara 1,6 miliar dan 1,4 miliar tahun yang lalu. Kemudian Nuna pecah dan membentuk Rodinia sekitar 900 juta tahun silam. Rodinia terbelah pada 700 juta tahun yang lampau. Kemudian, sekitar 320 juta tahun yang lalu, Pangea terbentuk.

Li mengatakan, ada pola-pola yang terbentuk dalam sirkulasi mantel (lapisan di bawah kerak Bumi) yang tampaknya cocok dengan siklus yang terjadi pada 600 juta tahun lalu. Tetapi sejumlah endapan mineral, emas, dan bekas geokimia di batuan kuno, muncul kembali secara berulang dalam siklus yang lebih panjang --yang mendekati satu miliar tahun.

Dalam sebuah makalah baru yang diterbitkan dalam jurnal Precambrian Research edisi April dan baru saja dipublikasikan secara daring, Li dan rekan-rekannya berpendapat bahwa Bumi sebenarnya memiliki dua siklus bersamaan yang sedang berjalan: siklus superbenua selama 600 juta tahun dan sikulus superocean selama satu miliar tahun.

Setiap superbenua, pecah dan direformasi dengan dua metode bergantian, para peneliti berhipotesis.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pola Bergantian?

Ilustrasi Bumi
Ilustrasi Bumi (NASA)

Dua metode tersebut disebut "introversi" (introversion) dan "ekstroversi" (extroversion). Untuk memahami introversi, bayangkan sebuah superbenua yang dikelilingi oleh satu superocean. Benua mulai membelah menjadi beberapa bagian, dipisahkan oleh samudra internal yang baru.

Kemudian, proses subduksi dimulai di laut internal yang baru itu. Di tempat-tempat yang penuh dengan titik api ini, kerak samudra tenggelam kembali ke mantel panas Bumi.

Lautan internal "dikunyah" lagi ke bagian dalam planet. Lantas, benua menyatu kembali. Inilah awal mula muncul sebuah superbenua baru, dikelilingi oleh superocean lama yang pernah ada di sana sebelumnya.

Ekstroversi, di sisi lain, menciptakan benua baru dan superocean baru. Dalam hal ini, superbenua pecah, menciptakan lautan internal itu. Tapi kali ini, subduksi terjadi bukan di lautan internal, tetapi di superocean yang mengelilingi superbenua yang retak.

Bumi kemudian menelan superocean, menyeret kerak benua yang ada di seluruh dunia. Superbenua itu pada dasarnya berbelok ke luar: bekas garis pantainya melebur dengan sendirinya untuk membentuk bagian tengah yang baru.

"Dan bagian tengahnya yang hancur, sekarang menjadi pantai. Sementara itu, samudra yang dulunya bagian dalam Bumi, kini menjadi superocean baru yang mengelilingi superbenua baru," jelas Li.

Li dan rekan-rekannya menggunakan pemodelan tersebut untuk menyatakan bahwa selama 2 miliar tahun terakhir, introversi dan ekstroversi telah berganti-ganti. Dalam skenario ini, superbenua Nuna pecah dan kemudian membentuk Rodinia melalui introversi.

Superocean Nuna bertahan menjadi superocean Rodinia, yang oleh para ilmuwan dijuluki Mirovoi. Nuna dan Rodinia memiliki konfigurasi yang serupa, yang mendukung gagasan bahwa Nuna pecah begitu saja dan kemudian kembali menyatu.

Namun kemudian, kerak samudra Mirovoi mulai kandas. Rodinia terpisah ketika superocean-nya menghilang. Membentuk daratan kembali sebagai Pangea. Lautan baru yang terbentuk dari retakan Rodinia, kemudian menjadi superocean Pangea, yang dikenal sebagai Panthalassa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya