3 Kejadian Miris yang Disebabkan oleh Hipotermia

Berikut sejumlah kejadian memilukan yang disebabkan oleh hipotermia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Mar 2019, 19:40 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2019, 19:40 WIB
Jenazah
Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Suhu inti tubuh orang dewasa biasanya berkisar sekitar 98,6 derajat Fahrenheit (setara 37 derajat Celsius). ketika suhu tubuh inti turun drastis menjadi sekitar 95 derajat Fahrenheit (35 derajat Celsius) atau lebih rendah lagi, maka hipotermia akan terjadi. 

Orang dapat mengalami hipotermia dalam suhu udara yang relatif dingin, secara mendadak, tetapi tidak beku, hanya sekitar 30 hingga 50 Fahrenheit (minus 1 hingga 10 derajat Celsius) --terutama jika mereka dalam kondisi basah karena kehujanan, keringat, atau menyelam di air yang dingin.

Hipotermia memang jadi masalah yang serius apabila tidak langsung diatasi dengan cepat. Perlu diketahui bahwa tak semua hipotermia terjadi di kawasan gunung atau wilayah bersalju.

Namun, hipotermia juga bisa terjadi di dalam kamar Anda apabila suhu tubuh menurun.

Berikut tiga kejadian miris seputar hipotermia, seperti dikutip dari berbagai sumber, Senin (4/3/2019):

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

1. Tertahan di Luar Rumah

Ilustrasi hipotermia (iStock)
Ilustrasi hipotermia (iStock)

Mimpi seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun yang ingin menjadi dokter, harus terkubur dalam-dalam. Pasalnya, bocah tersebut ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di depan rumahnya akibat hipotermia pada Desember 2017.

Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.

Dilansir dari laman Daily Mail, berita meninggalnya anak laki-laki yang diketahui bernama Hakeem Hussain tersebut bermula dari laporan yang diterima oleh tim medis.

Laura Heath, ibu dari bocah malang itu, dibawa ke kantor polisi untuk diamankan. Wanita berusia 35 tahun itu ditahan atas dugaan lalai dalam mengurus anak.

Sementara itu, bibi dari korban, Aroosa Kausaar, menyebut pihak keluarga sangat sedih karena kehilangan Hussain. Ayah Hussain bahkan tak pernah menyangka jika anak laki-lakinya harus meninggal dunia akibat membeku di luar rumah.

 

2. Gara-Gara Nenek, Pria Ini Hipotermia

Jenazah
Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Seorang pemuda bernama Nathan French patut berbangga diri. Pasalnya, ia mampu menaklukkan gunung Snowdon--puncak tertinggi di Wales--hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada.

Dikutip dari laman The Guardian, padahal, bagi siapa saja yang ingin mendaki puncak Gunung Snowdon, disarankan untuk mengenakan pakaian tebal. Selain udaranya yang dingin, dengan berpakaian tebal tentu akan terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan.

Usai memantapkan langkah di puncak tertinggi, Nathan mulai merasa ada hal buruk yang menimpa dirinya.

Ternyata, pria berusia 19 tahun itu mengalami hipotermia karena hanya mengenakan celana pendek.

Namun, ada tujuan mulia di balik misi mendaki gunung tersebut. Alasan pria tersebut mendaki gunung hanya bermodal celana pendek saja guna mengumpulkan dana untuk pengobatan sang nenek yang menderita demensia.

Demensia adalah suatu kondisi di mana kemampuan otak seseorang mengalami kemunduran.

Kondisi ini dapat ditandai dengan keadaan seseorang sering lupa akan sesuatu, keliru, adanya perubahan kepribadian, dan emosi yang naik-turun atau labil.

 

3. 3 Kipas Angin buat Hipotermia

Jenazah
Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Seorang pria berumur 44 tahun di Bangkok meninggal karena hipotermia. Hal ini disebabkan oleh tiga kipas yang dinyalakan sekaligus untuk menemani dia tidur.

Pria ini menyalakan kipas angin sebelum tidur pada Kamis malam hari. Namun, di pagi hari suhu di Distrik Muang, Chaiyaphum, mengalami penurunan. Sehingga terjadilah sebuah tragedi yang fatal. Ia tewas kedinginan.

Setelah jasad Sobthawee Boonkua ditemukan di rumah keluarganya di Tambon Nai Muang, Kepala Polisi Thanasit Apiboonworaset dari Distrik Muang Chaiyaphum, bersama dengan petugas medis dan petugas darurat menyisir lokasi kejadian.

Kakak laki-laki dari korban, Saravuth Boonkua, mengatakan bahwa adiknya sedang tinggal di rumahnya untuk merawat ibu mereka, Udom Boonkua, yang berumur 86 tahun.

Dia juga mengatakan, Sobthawee dalam keadaan sehat, tidur dengan tiga kipas angin menyala dan mengarah langsung kepadanya. Sobthawee tak tahu jika suhu udara bisa menurun saat malam hari di Chaiyaphum.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya