Liputan6.com, Penang - Kepolisian Penang Malaysia telah menahan dua orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan sadis pria berkewarganegaraan Irlandia.
Mereka adalah dua dari tiga orang yang terlihat dalam CCTV memasuki unit kondominium korban pada 21.57 pada Jumat, 1 Maret 2019.
Dua terduga pelaku adalah seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahun, dan perempuan yang diperkirakan berusia 30, demikian mengutip The Straits Times pada Rabu (4/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kepala Polisi Penang, Komandan Datuk T. Narenasagaran mengatakan pada Rabu, 6 Maret 2019 bahwa penahanan dilakukan untuk mempermudah proses investigasi, sebagaimana dilaporkan oleh media The Star.
Sejauh ini polisi masih mencari satu orang tersangka lain, berkulit putih dari ras kaukasoid, yang dicurigai memegang peran penting dalam kasus pembunuhan.
"Saat ini kami tengah mencari seorang berkulit cerah berkewarganegaraan asing yang kami percaya bisa menjadi kunci dalam proses investigasi," kata Narenasagaran pada Selasa.
Selain itu, pihak berwajib Malaysia juga tengah memburu penulis catatan misterius yang tergeletak dekat jenazah.
Sebagaimana diketahui bahwa Brian Patrick O'Reilly (50) diketahui tewas dalam kondisi mengenaskan pada Senin malam 4 Maret, di kondominiumnya yang terletak di Bangunan MBF, Jalan Sultan Ahmad Shah, Penang Malaysia. Jasad manajer teknologi dan informasi sebuah perusahaan Singapura itu ditemukan dengan secarik catatan misterius.
Catatan yang dimaksud berbunyi:Â "I respected the Police & Still Do But Justice Sometimes has to be Gained. I Hate you Mafia Kiling Scamers, I Love My Girl".
Kalimat itu jika diterjemahkan kira-kira akan berbunyi, "Saya menghormati polisi dan masih melakukan namun kadang keadilan harus diperoleh. Saya membenci Anda Mafia Pembunuh Penipu, Saya Mencintai Gadis Saya."
Catatan diperkiran telah ditulis dalam secarik kertas yang disobek dari buku berjudul "The Subtle Art of Not Giving F*ck".
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Kronologi Penemuan Jasad
Jenazah O'Reilly ditemukan oleh seorang agen properti yang ingin mengambil kunci kantor korban untuk memperbaiki AC di sana. Hal itu disampaikan oleh Kepala Kepolisian George Town Che Zaimani Che Awang.
"Agen properti telah menghubungi almarhum pada Sabtu (2 Maret) untuk mendapatkan kunci darinya tetapi tidak berhasil," kata kepala polisi kepada media the New Straits Times (NST).
"Ketika dia gagal menghubungi almarhum, agen properti, bersama dengan perwakilan dari manajemen kondominium, pergi ke unitnya (kamarnya)," polisi melanjutkan.
Sesampainya di unit apartemen O'Reilly, mereka menemukan tubuh warga negara irlandia itu telah berlumuran darah, tergeletak di kamar tidur utama.
Saat agen properti tidak bisa menghubungi O'Reilly pada Senin, 4 Maret 2019, ia menelepon perusahaan korban di Singapura. Pihak perusahan mennyarankan agar ia mencari bantuan agar dapat memasuki unit apartemen.
Che Zaimani juga mengatakan kepada media hasil rekaman CCTV. Kamera pengintai yang terletak di lobi kondominium menunjukkan empat pria (satu India, tiga lainnya berkulit kaukasoid) termasuk korban, memasuki lift menuju unitnya di lantai 12 pada Jumat 1 Maret 2019 malam. Mereka berempat meninggalkan gedung beberapa menit kemudian.
"Sabtu pagi, seorang pria mendaftarkan diri (ke resepsionis) untuk naik ke unit almarhum," kata Che Zaimani.
"Dan sekitar tengah hari pada hari yang sama, seorang pria, membawa koper dan diyakini sebagai tersangka, meninggalkan gedung," lanjutnya.
Che Zaimani mengatakan bahwa almarhum dipercaya telah meinggal kurang dari 24 jam sebelum akhirnya ditemukan. saat ditemukan, korban diikat dengan tali sepatu. Khusus bagian kaki, diikat dengan selembar kain.
Proses identifikasi lebih lanjut akan dilakukan, khususnya untuk memastikan penyebab kematian O'Reilly. kasus akan diusut hingga tuntas, dengan pelaku terancam dijatuhi hukuman sesuai pasal 302 KUHP.Â
Advertisement