Liputan6.com, Jeddah - Ribuan warga Indonesia di Arab Saudi telah mengikuti pemilihan umum 2019. Mereka rampung memberikan hak suara Pilpres 2019 pada Jumat 12 April 2019 waktu setempat.
Berkenaan dengan banyaknya berita dan video yang beredar di masyarakat terkait pelaksanaan pemungutan suara pada pemilihan umum serentak 2019 di Arab Saudi, wilayah akreditasi KJRI Jeddah, Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri (Panwaslu LN) Jeddah merasa perlu memberikan pernyataan untuk beberapa hal.
Advertisement
"Kami sampaikan apresiasi dan penghargaan yang sebesar-sebarnya kepada KJRI Jeddah, PPLN, dan KPPSLN yang sudah menunjukan netralitasnya dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019, serta seluruh Pengurus Partai atau Timses Paslon dan juga seluruh WNI yangtelah berkontribusi dalam rangka mensukseskan Pemilu Serentak 2019 yang LUBER dan JURDIL di wilayah akreditasi KJRI Jeddah," demikian klarifikasi Panitia Pengawas Pemilu Luar Negeri (Panwaslu LN) Jeddah dalam pernyataan tertulisnya yang Liputan6.com terima, Senin (15/4/2019).
Advertisement
Pelaksanaan pemungutan suara di Wilayah KJRI Jeddah sejatinya berjalan dengan aman dan terkendali dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai 51.81% dari DPTLN yang sudah ditetapkan, di mana pemungutan suara metode Kotak Suara Keliling (KSK) sudah dilaksanakan pada tanggal 8, 9 dan 12 April 2019. Sementara pemungutan suara metode TPSLN dilaksanakan padal 12 April 2019 di tiga titik yaitu di Kantor KJRI, Wisma KJRI dan Sekolah Indonesia Jeddah.
"Pelaksanaan pemungutan suara berjalan dengan lancar walaupun di beberapa titik TPSLN sempat dihentikan sementara (+/- 30-60 menit) dikarenakan ada penumpukan antrean dan tidak tertib serta terjadi desak-desakan pemilih, namun setelah ditertibkan pemungutan suara diseluruh TPSLN dilanjutkan sampai dengan antrean terakhir pemilih yang sudah terdaftar baik DPTLN maupun DPKLN," jelas panitian PPLN dalam pernyataannya.
Untuk penghitungan suara, baru akan dilaksanakan serentak pada 17 April 2019. Sehingga jika ada berita hasil penghitungan suara dari Arab Saudi bisa dipastikan bukan merupakan hasil penghitungan resmi.
Surat Suara Bukan Habis, tapi...
Berita dari video yang beredar terkait habisnya surat suara adalah tidak benar. Kejadian sebenarnya adalah tim data dan verifikasi yang disiagakan oleh PPLN di setiap pintu masuk lokasi TPSLN sedang menjelaskan kepada pemilih bahwa pemilih DPKLN hanya bisa memilihdi 1 jam terakhir jika surat suara masih tersedia, namun pemilih yang sedang dijelaskan tersebut tidak terima dengan penjelasan tim data dan verifikasi dan tidak mau memilih di 1 jam terakhir karena takut kehabisan surat suara.
Berita yang beredar terkait KPPSLN yang memberikan prioritas kepada pemilih yang akan memilih salah satu paslon tertentu adalah tidak benar. Kejadian sebenarnya adalah KPPSLN mendahulukan pemilih yang terdaftar di DPTLN dan mendaftarkan pemilih yang belum terdaftar menjadi DPKLN untuk dipersilahkan menunggu atau kembali lagi di 1 jam terakhir.
"Berita yang beredar terkait ditutupnya TPSLN lebih awal sehingga pemilih tidakmenggunakan hak pilih adalah tidak benar. Kejadian sebenarnya adalah pihak keamanan menerapkan buka-tutup di setiap gerbang lokasi TPSLN karena terjadi penumpukan pemilih, untuk kejadian ini kami merekomendasikan untuk disepakati bersama antara saksi dan KPPSLN memperpanjang waktu pemungutan suara agar seluruh warga yang sudah hadir dapat menggunakan hak pilihnya."
Berdasarkan pengawasan dan pemantauan, rata-rata setiap TPSLN baru selesai melakukan pemungutan suara paling cepat pada pukul 02.00 WAS ata ulebih lama 2 jam dari waktu yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 24.00 WAS dan tidak ada WNI yang sudah mengantri tetapi tidak dipersilahkan memilih. Namun ada pula WNI yang merasa lelah lama mengantre dan memutuskan untuk pulang dan tidak menggunakan hak pilihnya.
Dikarenakan pemilih DPKLN lebih banyak daripada pemilih DPTLN sehingga untukmemastikan seluruh WNI yang berhak memilih dapat menggunakan hak pilihnya makapengawas KSK/TPSLN, saksi dan KPPSLN menyepakati agar pemilih yang terdaftar di DPKLN dapat memberikan hak pilihnya lebih awal.
"Demikian pernyataan ini kami sampaikan, semoga dapat menjelaskan kepada seluas-luasnya terhadap warga Indonesia dan mari kita bersama-sama perangi hoaks," jelas pihak PPLN.
Advertisement
Mengantre Hingga 30 Meter
Salah satu diaspora Indonesia, Tatang Muhtar (41), yang saat ini tengah bekerja di Riyadh, mengatakan kepada Antara yang dikutip Sabtu 13Â April 2019, bahwa suasana saat Pilpres 2019 sangat ramai.
"Suasana ramai, ribuan WNI memadati KBRI Riyadh. Para WNI terlihat antusias sekali, bersemangat sekali. Walau matahari mulai terasa menghangat," ujarnya.
Pria yang telah menetap di Riyadh, Arab Saudi selama 21 tahun itu mengatakan antusiasme pemilih kali ini sangat besar.
"Saya sendiri memilih di KBRI Riyadh.Saya datang agak siang, tiba di KBRI Riyadh pukul 09.00 pagi, suasana sudah ramai, antrean berlapis, memanjang hingga 30 meteran," ujar Tatang Muhtar.
Ia mengatakan para pemilih diarahkan untuk masuk melalui pintu layanan keimigrasian, bukan pintu utama.
"Lebar pintu ini sekitar 1 meter. Sehingga terjadi penumpukan dan desak-desakan," kata Tatang Muhtar.
Ternyata, lanjut dia, desak-desakan tidak hanya terjadi di pintu masuk, tapi di sekitar meja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) di ibu kota Arab Saudi itu, yang bertugas mendata ulang pemilih (semacam verifikasi data).