Liputan6.com, Riyadh - Sebuah drone bermuatan bom yang dikerahkan oleh pemberontak Houthi di Yaman --untuk menyerang bandara di Arab Saudi-- telah ditembak jatuh oleh militer Negeri Petrodollar pada Minggu 27 Mei 2019.
Angkatan udara Saudi mencegat dan menghancurkan pesawat tak berawak yang hendak melakukan serangan ke bandara Jizan, di perbatasan selatan Saudi dengan Yaman.
"Sementara kami mengonfirmasi hak kami untuk membela negara kami, kami menekankan bahwa teroris Houthi akan membayar mahal," kata jurubicara koalisi militer teluk pimpinan Arab Saudi, Kolonel Turki al-Malaki, seperti dikutip Al Jazeera, Senin (27/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Pengumuman Arab Saudi datang beberapa jam setelah Houthi mengatakan mereka menggunakan pesawat tanpa awak bersenjata untuk menyerang landasan pacu pesawat di bandara Jizan. Bandara itu digunakan oleh ribuan warga sipil setiap hari, tetapi koalisi melaporkan tidak ada korban.
Serangan Sebelumnya
Serangan itu terjadi setelah Houthi pada Kamis 23 Mei2019 menargetkan bandara Najran, juga di dekat perbatasan Yaman, juga dengan sebuah drone bermuatan bahan peledak.
Serangan itu --yang ketiga terhadap bandara Najran dalam 72 jam-- menargetkan sistem pertahanan udara Patriot, jelas media yang dikelola Houthi, Al Masirah TV. Bandara sipil di seluruh Timur Tengah sering menjadi tempat pangkalan militer.
Arab Saudi mengatakan, upaya serangan drone terakhir terhadap Najran juga dicegat oleh pertahanan udara dan berhasil dihancurkan.
Yaman: Arab Saudi Negara Agresor
Seorang pemimpin Houthi mengatakan pada hari Minggu bahwa kelompok itu melanjutkan serangan drone di Arab Saudi bulan ini sebagai tanggapan karena koalisi Saudi menolak "inisiatif perdamaian".
Mohammed Ali al-Houthi juga menolak tuduhan Saudi bahwa serangan telah dilakukan atas perintah terhadap Iran --pada saat meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Riyadh bersama sekutu Barat dan regionalnya.
"Kami independen dalam keputusan kami dan ... kami tidak tunduk pada siapa pun," kata Houthi kepada kantor berita Reuters melalui telepon.
Dia mengatakan pemberontak telah sepakat untuk menghentikan serangan udara tahun lalu "dengan iktikad baik" dan telah siap untuk mengambil langkah lebih lanjut.
"Tetapi sayangnya negara-negara agresor salah menafsirkan upaya ini (sebagai kelemahan) dan menganggapnya dengan penghinaan dan ketidakpedulian," Houthi, kepala Komite Revolusi Tertinggi kelompok itu, menambahkan.
Dia mengatakan Houthi secara sepihak telah menarik diri dari tiga pelabuhan Laut Merah dan dia menuduh koalisi pimpinan Saudi gagal membalas ikttikad baik tersebut.
Tidak ada reaksi langsung terhadap pernyataannya dari Riyadh, yang belum mengakui penarikan pasukan Houthi dari pelabuhan.
Advertisement
Perang di Yaman dan Krisis Kemanusiaan Terburuk
Koalisi yang dipimpin Saudi melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 untuk mendorong kembali serangan Houthi, yang menguasai ibukota Sanaa, dan mengembalikan kekuasaan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi.
Sejak itu, konflik telah menewaskan puluhan ribu orang, kebanyakan warga sipil, kata lembaga bantuan kemanusiaan.
Perang memicu apa yang digambarkan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan 24,1 juta - lebih dari dua pertiga populasi - membutuhkan bantuan.
Awal bulan ini, Houthi menyerang pipa minyak di Arab Saudi dengan serangkaian serangan drone.
Houthi juga telah meningkatkan serangan rudal dan pesawat tak berawak ke kota-kota Saudi dalam dua minggu terakhir.