Liputan6.com, Hong Kong - Karangan bunga, pesan penghormatan tertulis dan deretan origami menumpuk di luar pusat perbelanjaan Hong Kong, tempat seorang pemuda meninggal dunia saat melalukan aksi protes RUU ekstradisi.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (17/6/2019) pria itu menggantung spanduk di atap Pacific Place --sebuah mall-- yang menghadap ke lokasi bentrokanan antara polisi dan massa.
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan pria itu jatuh dari atas atap ketika petugas pemadam kebakaran berusaha menyelamatkannya.
Advertisement
Baca Juga
Pria itu membentangkan spanduk yang bertuliskan, "Sepenuhnya mencabut UU ekstradisi Tiongkok. Kami tidak pernah melakukan kerusuhan."
Ribuan pelayat, sebagian besar anak muda berpakaian hitam, bergabung dalam antrian yang sangat besar di sepanjang jalan untuk memberikan penghormatan.
Beberapa menangis dan membungkuk ketika mereka meletakan dupa. Di tumpukan besar bunga berwarna putih --kebanyakan mawar putih-- ditambah dengan ratusan pesan singkat.
Sederet hadiah yang diletakkan adalah sebotol wiski malt dan topi putih dengan kata "pahlawan" tertulis di atasnya.
"Bunga-bunga itu berwarna putih. Itu tanda bahwa kita dapat menunjukkan rasa hormat kepada dirinya. Ketika saya sampai di sana, saya akan mempersembahkan ini dan berdoa untuknya," kata Travis yang berusia 18 tahun.
Hong Kong kembali bersiap untuk aksi protes besar lainnya, ketika kemarahan publik meluap menyusul bentrokan yang belum pernah terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi terkait rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi.
Rencana aksi protes itu tetap berjalan, meski Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam telah menunda pembahasan RUU ekstradisi yang kontroversial.
Dikutip dari The Guardian, penyelenggara protes berharap semakin banyak penduduk Hong Kong terlibat dalam aksi protes hari ini, guna terus menekan Carrie Lam untuk membatalkan RUU ekstradisi.
Di lain pihak, para kritikus khawatir RUU ekstradisi dukungan pemerintah China, di mana pengadilannya kerap dituding buram dan terpolitisasi, akan merusak reputasi Hong Kong sebagai pusat bisnis yang aman.
Â
Mengulang Aksi Demonstrasi Serupa
Sementara itu pada Minggu sore waktu setempat, demonstran berencana melakukan aksi protes dari berbagai taman utama di Pulang Hong Kong menuju pusat parlemen pusat keuangan Asia Timur itu.
Rencana itu mengulang aksi serupa pada pekan sebelumnya, di mana penyelenggara protes mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang terlibat di dalamnya.
Adapun bentrok yang terjadi pada Rabu lalu, menurut para pengamat, disebabkan oleh keputusan Carrie Lam mengabaikan besarnya jumlah pengunjuk rasa yang menentang RUU ekstradisi.
Lam berpendapat bahwa Hong Kong perlu mencapai perjanjian ekstradisi dengan China daratan, dan mengatakan jaminan peradilan terhadap pembangkang atau kasus politik tidak akan diterima.
Advertisement