Liputan6.com, Den Haag - Jaksa di Belanda, pada Kamis 20 Juni 2019, telah mengumumkan dakwaan terhadap tersangka kasus jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17, yang diduga ditembak jatuh di Ukraina pada Juli lima tahun silam.
Tiga pria Rusia dan seorang Ukraina didakwa karena tuduhan membawa rudal ke Ukraina timur, menembakkannya hingga menghantam MH17 hingga jatuh, dan menewaskan seluruh 298 orang di dalamnya, demikian seperti dilansir BBC, Kamis (20/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Surat perintah penangkapan internasional telah dikeluarkan untuk keempat tersangka dan kasus pengadilan akan dimulai di Belanda pada 9 Maret 2020.
Tim investigasi internasional yang dipimpin Belanda (JIT) menyebut orang-orang itu sebagai Igor Girkin, Sergei Dubinsky dan Oleg Pulatov dari Rusia, serta Leonid Kharchenko dari Ukraina.
JIT, yang berusaha untuk mengadili para tersangka di bawah hukum Belanda. Peradilan Belanda juga sebelumnya mengatakan bahwa mereka memiliki "daftar panjang" orang-orang yang menjadi 'sorotan' terkait kasus MH17 dan mengajukan banding lagi untuk para saksi tambahan seiring penyelidikan berlanjut.
Seorang Tersangka Eks-Intelijen Rusia
Yang paling menonjol dari keempat tersangka adalah Igor Girkin (juga dikenal sebagai Strelkov), yang menurut jaksa penuntut adalah mantan kolonel di badan intelijen dan keamanan domestik Rusia (FSB).
Girkin alias Strelkov juga memiliki gelar sebagai menteri pertahanan di kota Donetsk, Ukraina timur yang dikuasai pemberontak.
Pria itu, yang juga diyakini sebagai perwira militer tertinggi di Donetsk, diduga melakukan kontak langsung dengan Federasi Rusia.
Dalam sebuah pernyataan, Girkin mengatakan, "Saya hanya bisa menjelaskan bahwa milisi tidak menembak jatuh Boeing."
Ketiga tersangka lain juga diyakini memiliki rekam jejak militer dan intelijen .
Sergei Dubinsky alias Khmury, yang menurut jaksa penuntut dipekerjakan oleh badan intelijen militer Rusia (GRU), adalah tangan kanan Girkin dan kerap berkontak reguler dengan Rusia.
Oleg Pulatov alias Giurza, menurut JIT adalah mantan tentara pasukan khusus GRU dan wakil kepala dinas intelijen di Donetsk.
Seorang tersangka warga negara Ukraina Leonid Kharchenko, tidak memiliki latar belakang militer tetapi memimpin unit tempur sebagai komandan di Ukraina timur, menurut jaksa penuntut.
"Para tersangka ini tampaknya telah memainkan peran penting dalam kematian 298 warga sipil tak berdosa", kata kepala jaksa Belanda, Fred Westerbeke.
"Meskipun mereka tidak menekan tombolnya sendiri, kami mencurigai mereka melakukan kerja sama yang erat untuk mendapatkan (peluncur rudal) di tempat itu (Donetsk), dengan tujuan untuk menembak jatuh sebuah pesawat."
Penyelidik, lanjutnya, memiliki "bukti yang menunjukkan bahwa Rusia menyediakan peluncur rudal".
Situs investigasi Bellingcat telah menyebutkan 12 orang yang dituduh terlibat dalam pengangkutan rudal yang digunakan untuk menembak jatuh MH17, termasuk empat orang yang kini didakwa oleh JIT.
Advertisement
Sekilas Tragedi MH17
Penerbangan komersial relasi Amsterdam - Kuala Lumpur itu jatuh saat melintasi Ukraina timur yang tengah dilanda pemberontakan bersenjata.
Jet penumpang meninggalkan Bandara Schiphol Amsterdam pukul 10:15 GMT pada 17 Juli 2014 dan dijadwalkan tiba di Kuala Lumpur di Malaysia pada hari berikutnya.
Beberapa jam setelah lepas landas, pesawat kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas udara sekitar 50 kilometer dari perbatasan Rusia-Ukraina.
Pada saat itu, konflik bersenjata berkecamuk di tanah di timur Ukraina antara separatis yang didukung Rusia dan pasukan pemerintah Ukraina, dan beberapa pesawat militer pemerintah telah jatuh dalam minggu-minggu sebelumnya, sementara serangan udara pemerintah sedang dilakukan pada pemberontak.
MH17 jatuh di wilayah Donetsk, di wilayah yang dikuasai oleh separatis. Sebagian puing-puing itu ditemukan tersebar di area seluas sekitar 50 km persegi.
Pada Oktober 2015, Dewan Keamanan Belanda menyimpulkan pesawat itu ditabrak oleh rudal Buk (buatan Rusia), menyebabkannya meledak di udara.
JIT - yang mencakup pejabat dari Belanda, Australia, Belgia, Malaysia, dan Ukraina - menyimpulkan pada Mei 2018 bahwa sistem rudal itu milik brigade Rudal Anti-Pesawat ke-53, yang berpusat di kota Kursk, Rusia barat. Ini menghasilkan bukti yang dikatakan membuktikan bagaimana sistem rudal telah mencapai Ukraina timur.
Telunjuk mengarah pada Rusia, yang dituduh menyuplai senjata kepada kelompok pemberontak yang melawan pasukan pemerintah Ukraina.
Namun, Moskow konsisten membantah tuduhan --baik yang tersirat maupun langsung-- terhadap militernya, menyangkal bahwa hal tersebut "sangat minim bukti."