Liputan6.com, Ghazni - Sebuah bom mobil meledak di Afghanistan tengah. Ledakan tersebut menewaskan 14 orang, termasuk delapan anggota pasukan keamanan serta enam warga sipil.
Selain itu, lebih dari 180 orang lainnya dikabarkan mengalami luka-luka. Banyak di antara mereka adalah pelajar yang baru pulang dari sebuah agenda di salah satu sekolah terdekat, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Senin (8/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Taliban mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom mobil tersebut, yang menghantam sebuah kerumunan di kota Ghazni, tidak jauh dari kantor dinas intelijen utama Afghanistan, Direktorat Keamanan Nasional (NDS), selama jam sibuk di Minggu siang.
Dalam sebuah pernyataan, pihak Taliban menyebut puluhan perwira NDS terbunuh dan terluka.
Serangan itu terjadi ketika para pejabat Taliban bersama sekelompok aktivis Afghanistan dan tokoh masyarakat sipil bertemu di Doha, Qatar. Mereka melakukan pembicaraan untuk membuka jalan bagi perundingan perdamaian penuh di masa depan.
"Serangan ini membahayakan anak-anak, saya sangat mengutuknya," twit perwakilan khusus Amerika Serikat (AS) untuk rekonsiliasi Afghanistan, Zalmay Khalilzad, mengecam.
Jumlah Korban Mungkin Meningkat
Para pejabat kesehatan di Ghazni mengatakan 13 orang dewasa, termasuk delapan anggota NDS, dan seorang anak tewas.
Selain itu, setidaknya 60 siswa yang menghadiri kelas di sekolah swasta di dekat lokasi ledakan termasuk di antara 180 orang yang terluka.
Pintu dan jendela sekolah hancur dalam ledakan kuat tersebut, di mana anak-anak menderita beberapa luka yang disebabkan oleh pecahan kaca dan potongan kayu tajam.
"Jumlah korban mungkin meningkat karena ini bukan laporan terakhir dari mereka yang terluka dalam ledakan kuat," kata Zaher Shah Nekmal, seorang pejabat kesehatan di provinsi Ghazni.
Ledakan itu adalah yang terbaru dalam gelombang serangan hampir setiap hari oleh Taliban, yang sekarang menguasai sekitar setengah dari luas wilayah Afghanistan.
Kelompok militan tersebut terus meningkatkan serangan terhadap pasukan Afghanistan, meskipun AS telah meningkatkan upaya menuju perjanjian damai guna mengakhiri perang 18 tahun.
Advertisement
Perundingan Doha Dinilai Produktif
Taliban, yang telah berulang kali menolak berunding dengan pemerintah lokal yang didukung Barat, Ashraf Ghani, setuju untuk bergabung dengan KTT intra-Afghanistan, dengan syarat bahwa mereka yang hadir harus berada dalam kapasitas pribadi.
Sekitar 60 tokoh dan aktivis penting Afghanistan berada di Doha untuk bertemu dengan para pejabat Taliban selama konferensi dua hari, sebuah pertemuan yang diatur oleh para pejabat Jerman dan Qatar dengan dukungan para negosiator AS.
Utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad mengatakan putaran pembicaraan terakhir dengan Taliban, juga di Doha, adalah yang paling produktif.