Liputan6.com, Singapura - Mantan pemimpin Zimbabwe selama tiga dekade, Robert Mugabe meninggal dunia pada usia 95 tahun, di Rumah Sakit Gleneagles di Singapura. Informasi itu disampaikan oleh Ministry of Foreign Affairs (MFA) atau Kementerian Luar Negeri setempat pada Jumat 6 September 2019.
"Kementerian Luar Negeri menyatakan belasungkawa atas meninggalnya mantan Presiden Republik Zimbabwe pagi ini di Rumah Sakit Gleneagles di Singapura," kata MFA dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat yang dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (7/9/2019).
"Kementerian sedang bekerja dengan Kedutaan Besar Zimbabwe di Singapura untuk mengatur agar jenazah almarhum Mugabe diterbangkan kembali ke Zimbabwe."
Advertisement
"Mugabe meninggal sekitar pukul 10.40 pagi," kata seorang diplomat senior Zimbabwe.
Claudius Nhema, Chargé d’Affaires atau Kuasa Usaha atau pejabat diplomatik Zimbabwe untuk Singapura, terlihat di gedung Singapore Casket di Lavender pada Jumat sore. Juga terlihat di daerah itu adalah mobil dengan plat diplomatik dan mobil jenazah.
Menantu Robert Mugabe pun terlihat hadir di sana.
Selamat jalan, Robert Mugabe!
Pengumuman Resmi Kematian Robert Mugabe
Kematian Robert Mugabe diumumkan di akun Twitter resmi penerusnya di kursi kepimpinan negara, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa.
"Dengan sangat sedih saya mengumumkan kematian bapak pendiri Zimbabwe sekaligus mantan Presiden, Cde (Kamerad) Robert Mugabe," kata posting itu.
Bulan lalu, dilaporkan bahwa Mugabe telah menerima perawatan di rumah sakit Singapura sejak Mei 2018, karena penyakit yang tidak diketahui.
Advertisement
Pahlawan yang Menjelma Jadi Diktator
Mantan tahanan politik itu berubah menjadi pemimpin gerilyawan yang berkuasa pada pemilihan umum 1980, setelah pemberontakan yang meningkat dan sanksi ekonomi memaksa pemerintah Rhodesian ke meja perundingan.
Selama menjabat, ia awalnya memenangkan pujian internasional atas kebijakannya yang dinyatakan tentang rekonsiliasi rasial dan untuk memperluas layanan pendidikan dan kesehatan yang ditingkatkan kepada mayoritas kulit hitam. Tapi itu memudar dengan cepat ketika Mugabe menindak lawan-lawannya.
Selama 1980-an, ia memimpin kampanye terkenal yang dikenal sebagai Gukurahundi, di mana sekitar 20.000 pembangkang tewas.
Penyitaan yang kejam atas tanah pertanian milik orang kulit putih membuatnya menjadi paria internasional - meskipun statusnya sebagai pahlawan pembebasan masih bergema kuat di seluruh Afrika.
Ketika kesehatan Mugabe melemah, militer akhirnya turun tangan untuk menghancurkan ambisi presiden kedua sang istri, Grace. Mereka mendukung kandidat pilihan mereka, Mnangagwa, wakil presiden Mugabe pada saat itu.
Mnangagwa akhirnya sukses mengambil alih pada November 2017 dan terpilih pada Juli tahun lalu.