Di Sela Sidang PBB, Menlu Retno Minta Hentikan Kebencian pada Islam

Menlu RI, Retno Marsudi meminta dunia menghentikan kebecian terhadap Islam di Markas PBB, New York.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Sep 2019, 11:57 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2019, 11:57 WIB
Bahas Perdamaian, Menlu Afghanistan Temui Retno Marsudi
Menlu Retno Marsudi memberi keterangan usai pertemuan bilateral dengan Menlu Afghanistan Salahuddin Rabbani di Kantor Kemenlu, Jakarta, Jumat (15/3). Pertemuan membahas dukungan Indonesia atas proses perdamaian di Afghanistan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, New York - Indonesia turut berpartisipasi dalam Sidang Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digelar di New York, Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI), Retno Marsudi turut hadir dalam acara tersebut yang diselenggarakan pada 23 September 2019.

Di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-74 di New York, Menlu RI turut menyampaikan beberapa hal dalam pidatonya  pada saat memimpin Kelompok Kerja Organisasi Kerja Islam (OKI). Pada kesempatan tersebut, Menlu Retno meminta dunia menghentikan kebecian terhadap Islam. 

“Tren ujaran kebencian, fanatisme dan intoleransi terhadap Islam terus meningkat. Retorika bernuansa politik membenci kelompok Muslim yang tidak sesuai dengan nilai demokrasi dan kemajemukan semakin mengkhawatirkan,” ujar Menlu Retno Marsudi mengawali pidatonya saat memimpin Kelompok Kerja OKI untuk Perdamaian dan Dialog atau OIC Contact Group on Peace and Dialogue di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-74 di New York, 23 September 2019.

Diketahui Kelompok Kerja OKI dilangsungkan untuk mengesahkan rancangan Rencana Aksi untuk Melawan Islamophobia, Diskriminasi Agama, Intoleransi, dan Kebencian pada Kelompok Muslim tahun 2020-2023.

Apresiasi atas Inisiatif Indonesia

Ilustrasi pasukan penjaga perdamaian PBB
Ilustrasi pasukan penjaga perdamaian PBB (Marco Dormino/AP)

Sebelumnya draft tersebut telah dibahas dan disepakati di Jakarta tanggal 29-30 Juli 2019 pada Pertemuan Pertama Kelompok Kerja OKI untuk Perdamaian dan Dialog.

Negara OKI turut memberi apresiasi besar atas kepemimpinan serta prakarsa Indonesia untuk jadi tuan rumah pertemuan pertama Kelompok Kerja OKI.

Inisiatif Indonesia tersebut lahir dari keprihatinan semakin banyaknya tindak kekerasan yang didasarkan pada sentimen primordial, termasuk tragedi di Christchurch, Selandia Baru. 

“Dokumen Rencana Aksi tersebut digunakan sebagai acuan bagi aksi dan kerja sukarela negara OKI dalam mengatasi Islamophobia di dunia dewasa ini” kata Menlu RI, Retno Marsudi.

Tegaskan Pesan Perdamaian

Ilustrasi bendera Indonesia
Ilustrasi bendera Indonesia (Sumber: Pixabay)

Menteri Luar Negeri Indonesia menegaskan negara OKI akan membawa dua pesan penting pada pengesahan rencana kerja tersebut.

Pertama, konsolidasi komunitas Muslim untuk menegakkan nilai Islam yang damai dan toleran.  

“Kita semua pemimpin negara Islam harus memastikan bahwa tidak ada ruang sekecil apapun bagi kelompok radikal yang dapat berkembang di masyarakat kita” tegas Retno. 

Kedua, Negara Islam harus mempromosikan wajah Islam yang sesungguhnya yaitu Islam yang rahmatan Lil-alamin kepada dunia. Negara OKI harus menjadi mesin untuk mempromosikan keharmonisan antar peradaban baik di forum OKI maupun di forum multiklateral lainnya. 

“Negara OKI harus menyuarakan nilai Islam yang sesungguhnya di setiap ruang dan Gedung PBB ini” tutup Menteri Luar Negeri perempuan pertama Indonesia.

Menlu Retno bersama dengan Sekjen OKI memimpin pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri 19 negara OKI.

Pembentukan Contact Group on Peace and Dialogue (CG-PD) OKI merupakan inisiatif Presiden Joko Widodo. Digulirkan saat menjadi Tuan Rumah KTT darurat OKI mengenai Al-qudsh Assyarif di Jakarta tahun 2016.

Kemudian, Kelompok Kerja ini disahkan oleh OKI melalui keputusan pertemuan KTM OKI di Abu Dhabi Maret 2019 dan KTT OKI di Mekkah pada Mei 2019 lalu. 

Reporter: Hugo Dimas

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya