Liputan6.com, Hong Kong - Operator layanan kereta Hong Kong, MTR, memulai kembali layanan metro pada Minggu 6 Oktober 2019 pagi waktu lokal. Tetapi, beberapa stasiun tetap ditutup karena "perusakan serius".
Layanan telah ditangguhkan pada Sabtu setelah stasiun dan area bisnis diserang dalam demo pro-demokrasi/anti-pemerintah berujung anarkis sejak sehari sebelumnya, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (6/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah stasiun metro di pusat Hong Kong akan tetap ditutup pada hari Minggu untuk perbaikan, dan layanan kereta yang telah beroperasi akan berakhir pada pukul 21.00, tiga jam lebih awal dari biasanya.
Banyak toko dan bisnis yang tetap tutup pada hari Sabtu telah dibuka kembali pada hari Minggu pagi, tetapi lebih banyak protes anti-pemerintah diharapkan di kemudian hari di kota Hong Kong.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Simak video pilihan berikut:
Penangguhan Pelayanan Kereta
Semua layanan kereta di Hong Kong termasuk jalur ke bandara ditangguhkan pada Sabtu 5 Oktober 2019. Langkah itu diterapkan setelah bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa mengakibatkan stasiun kereta bawah tanah dirusak.
"Semua layanan MTR (Mass Transit Railway atau layanan kereta Hong Kong) yang mencakup Heavy Rail termasuk Airport Express, Light Rail, dan bus MTR tidak dapat dilanjutkan lagi pagi ini," kata MTR Corporation dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (5/10/2019).
"Setelah pecahnya kekerasan di beberapa distrik, staf pemeliharaan harus memastikan keselamatan mereka sendiri sebelum mereka dapat melakukan perjalanan ke stasiun yang rusak untuk memeriksa dan menilai tingkat kerusakan di stasiun kami, dan untuk melakukan pekerjaan perbaikan," ungkap operator kereta api kota mengatakan, menambahkan bahwa penutupan akan ditinjau hari Sabtu nanti.
Semua layanan kereta api Hong Kong ditangguhkan pada hari Jumat di tengah protes kekerasan yang dipicu oleh larangan pengunjuk rasa mengenakan masker wajah, karena pemerintah memberlakukan kekuatan darurat yang tidak digunakan dalam lebih dari setengah abad.
Larangan itu bertujuan untuk memadamkan hampir empat bulan kerusuhan tetapi malah memicu bentrokan dan sumpah penentangan yang meluas, dengan seorang bocah lelaki berusia 14 tahun dilaporkan ditembak dan terluka.
Advertisement