Tewas dalam Serangan AS, Ini 5 Fakta Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi

Fakta-fakta menarik di balik sosok pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi yang dikabarkan tewas dalam serangan AS di Suriah,

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2019, 15:00 WIB
AS Gelontorkan Imbalan Rp 300 Miliar untuk Buru Dalang ISIS
Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS yang paling dicari Amerika Serikat. (News.com.au)

Liputan6.com, Idlib - Amerika Serikat, pada akhir pekan ini, melancarkan serangan militer di Suriah bagian utara, menargetkan lokasi yang diduga sebagai tempat persembunyian bos ISIS Abu Bakr al-Baghdadi --kata tiga pejabat AS.

Operasi yang dilaksanakan oleh Pasukan Khusus AS berfokus di Provinsi Idlib di Suriah bagian utara, kata seorang pejabat yang berbicara dalam syarat anonim.

Media AS Newsweek, mengutip seorang narasumber pejabat lain, melaporkan bahwa Abu Bakr al-Baghdadi tewas dalam serangan itu.

Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Presiden AS Donald Trump pada Minggu 27 Oktober 2019 pagi waktu lokal.

Abu Bakr al-Baghdadi menjadi sosok yang paling dicari oleh berbagai otoritas penegak hukum internasional. Karena, sejumlah pihak menilai bahwa, salah satu cara agar berhasil menumpas ancaman ISIS adalah dengan mengatasi sepak terjang 'khalifah palsu' itu.

Untuk lebih mengetahui siapa Abu Bakr al-Baghdadi, berikut rangkuman fakta menarik darinya yang dikutip dari berbagai sumber.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

1. Sosok Pemalu

Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. (Associated Press)
Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. (Associated Press)

Al-Baghdadi (alias Abu Du'a, alias al-Shabah, alias Abu Bakr al-Baghdadi al-Husseini al-Hashimi al-Qurashi) lahir di Samarra, 80 km di utara Baghdad, pada 1971, dengan nama asli Ibrahim Awwad Ibrahim Ali al-Badri al-Samarrai. Ia memiliki gelar sarjana, magister, dan doktor bidang Kajian Islam dari Islamic University of Baghdad.

Selama belasan tahun, al-Baghdadi muda tinggal dalam sebuah pondok kecil di masjid di Tobchi, sebuah komunitas kumuh di Baghdad Barat. Penduduk sekitar mengidentifikasi al-Baghdadi sebagai pemuda yang insignifikan, pemalu, dan jarang menampakkan batang hidungnya di masyarakat.

Pada Maret 2003, ketika Amerika Serikat menginvasi Irak, al-Baghdadi muda masih berstatus sebagai mahasiswa.

Menurut BBC, selama periode itu, ia menjabat sebagai ulama di sebuah masjid di Baghdad. Sementara itu, menurut The Guardian, pemimpin ISIS itu 'tidak berniat untuk bergabung atau menjalin hubungan dengan Al Qaeda serta berbagai organisasi percabangannya'.

Akan tetapi, pada beberapa tahun kemudian (antara 2003 atau 2004), al-Baghdadi ditangkap oleh aparat di Irak atas tuduhan sebagai 'pejabat menengah untuk kelompok militan anti-AS'. Ia kemudian ditahan di Camp Bucca, penjara yang dikelola oleh militer AS di Irak.

2. Klaim Keturunan Nabi?

Pemimpin ISIS
Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi (News.com.au)

Pada Juli 2013, ahli ideologi asal Bahrain, Turki al-Binali yang menggunakan nama Abu Humam Bakr bin Abd al-Aziz al-Athari menulis biografi Baghdadi, terutama untuk menggarisbawahi sejarah keluarga Baghdadi.

Turki al-Binali mengklaim, Baghdadi merupakan keturunan Nabi Muhammad, salah satu persyaratan kunci dalam sejarah Islam untuk menjadi khalifah atau pemimpin semua warga Muslim.

Baghdadi dikatakan berasal dari suku al-Bu Badri, yang sebagian besar berada di Samarra dan Diyala, Baghdad utara dan timur, dan secara historis penduduknya dikenal sebagai keturunan Nabi Muhammad.

Turki al-Binali kemudian menyebut, sebelum invasi Amerika Serikat (AS) terhadap Irak, Baghdadi menerima gelar doktor dari Universitas Islam Baghdad, yang memusatkan kajian pada kebudayaan, sejarah, hukum dan yurisprudensi Islam.

Baghdadi sempat berkhotbah di Masjid Imam Ahmad ibn Hanbal di Samarra. Dia memang tidak memiliki gelar dari lembaga keagamaan Sunni, seperti Universitas al-Azhar di Kairo atau Universitas Islami Madinah di Arab Saudi.

Kendati, dia lebih memiliki pengalaman pendidikan Islam tradisional, dibandingkan pemimpin al-Qaeda, Osama Bin Laden dan Aymen al-Zawahiri, yang keduanya adalah orang biasa, insinyur dan dokter.

Karena itulah Baghdadi menerima pujian dan legitimasi yang lebih tinggi di antara pendukungnya.

3. Pernah Dipenjara di Kamp Bucca

Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi
Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi dikabarkan menderita luka serius setelah serangan militer Rusia 28 Mei 2017. Padahal sebelumnya, ia telah dinyatakan tewas oleh Kementerian Pertahanan Rusia. (AP)

Kemisteriusan sosok al-Baghdadi dimulai setelah ia ditangkap dan dipenjara di Kamp Bucca. Salah satu faktor adalah simpang-siurnya informasi mengenai riwayat penangkapan 'si khalifah' di Irak. Amerika Serikat pun juga mengakui bahwa eksistensi al-Baghdadi di Kamp Bucca 'tak memiliki catatan atau perilaku khusus'.

Namun, menurut perwira AS yang mengelola Kamp Bucca, James Skylar Gerrond, masa penahanan di penjara menyuburkan paham radikalisme - ekstremisme dalam pola pikir al-Baghdadi. Ditambah lagi, menurut pengakuan sejumlah mantan tahanan Kamp Bucca kepada Al Jazeera, penjara itu merupakan 'sarang narapidana al Qaeda'.

"Banyak di antara kami di Camp Bucca khawatir bahwa penjara itu merupakan 'penanak nasi' yang mematangkan perspektif ekstremisme - radikalisme para narapidana," jelas Gerrond.

Pada 2009, al-Baghdadi dibebaskan dari Kamp Bucca. Setelah bebas, ia bersama sejumlah individu lain pergi ke sebuah fasilitas rahasia di Baghdad. Kemudian, pada 2010, ia diaklamasi menjadi pemimpin al Qaeda cabang Irak.

Sejak dipimpin oleh al-Baghdadi, al Qaeda cabang Irak kerap mengklaim sejumlah peristiwa teror di selatan Baghdad. Tak hanya itu, mereka turut merebut dan mengklaim sejumlah wilayah.

Pada 2011, Amerika Serikat menyematkan status teroris kepada al-Baghdadi. Negeri Paman Sam juga memberi harga kepala pria itu senilai US$ 10 juta.

4. Kasat Mata bak Hantu

Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Abdillah)

Pada 2013, aktivitas al Qaeda cabang Irak merambah hingga ke Suriah. Dan pada 8 April 2013, setelah memisahkan diri dari Al Qaeda, the Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) diumumkan oleh al-Baghdadi sebagai sebuah negara di kawasan.

Setahun kemudian, pada 29 Juni 2014, al-Baghdadi menisbatkan diri sebagai khalifah di kawasan, dan ISIL mengubah nama menjadi the Islamic State yang mencakup wilayah di Irak dan Suriah (ISIS).

Di puncak intensitas aktivitasnya, ISIS menguasai sejumlah tambang minyak di kawasan Irak dan Suriah. Sumber daya alam itu kemudian diselundupkan dan dijual ke beberapa sindikat dunia. Keuntungan dari transaksi itu mencapai US$ 1 juta hingga US$ 2 juta per-harinya.

Sementara itu, Amerika Serikat juga menduga bahwa al-Baghdadi melakukan sejumlah tindakan kekerasan fisik, kekerasan seksual, hingga pembunuhan. Ia juga dituduh sebagai aktor yang melakukan tindakan kekerasan seksual serta membunuh Kayla Mueller, aktivis humaniter asal AS yang ditangkap ISIS di Suriah.

Menurut laporan, al-Baghdadi pernah atau tengah memiliki sejumlah istri, antara lain, Asma Fawzi Mohammed al-Dulaimi, Israa Rajab Mahal A-Qaisi, Diane Kruger, dan Sujidah al-Dulaimi.

Selama memimpin ISIS, al-Baghdadi jarang menampakkan diri, sehingga dijuluki sebagai 'syekh tak kasat mata' atau 'the Ghost' oleh sejumlah media Barat. Aktivitasnya yang elusif membuat sejumlah negara sulit untuk memburu pemimpin ISIS tersebut.

Bahkan, sejumlah informasi yang memberitakan tentang kematian pria 46 tahun itu sulit untuk dikonfirmasi. Meski, hingga kini, telah banyak simpang siur kabar yang mendeklarasikan kematiannya.

 

5. Menjadi Pemimpin ISIS

Ilustrasi Anggota ISIS (AFP Photo)
Ilustrasi Anggota ISIS (AFP Photo)

Setelah invasi AS terhadap Irak pada 2003 lalu, Baghdadi dan beberapa rekannya mendirikan Jamaat Jaysh Ahl al-Sunnah wal Jamaah (JJASJ), Angkatan Bersenjata Kelompok Warga Sunni, yang beroperasi dari Samarra, Diyala, dan Baghdad.

Di dalam kelompok ini, Baghdadi menjadi pemimpin dewan hukum. Pasukan pimpinan AS menahannya dari Februari hingga Desember 2004. Tetapi membebaskannya, karena Baghdadi tidak dianggap sebagai ancaman tingkat tinggi.

Mengikuti jejak al-Qaida di Tanah Dua Sungai mengubah nama menjadi Majlis Shura al-Mujahidin (Dewan Syura Mujahidin) pada awal 2006, pimpinan JJASJ menyatakan dukunganya dan penggabungan diri. Di dalam struktur baru, Baghdadi bergabung dalam dewan hukum.

Tetapi tidak lama kemudian organisasi mengumumkan perubahan nama kembali di akhir 2006, menjadi Negara Islam Irak (ISI). Baghdadi menjadi pengurus umum dewan hukum provinsi di dalam 'negara' baru di samping anggota dewan penasihat senior ISI.

Ketika pimpinan ISI, Abu Umar al-Baghdadi meninggal pada April 2010, Baghdadi menggantikannya.

 

Reporter: Windy Febriana

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya