Bos CIA - Raja Salman Bertemu, Usai AS Dakwa 2 WN Saudi Tertuduh Spionase

Raja Salman dari Arab Saudi menjamu Direktur Badan Intelijen AS (CIA) Gina Haspel pada Kamis 7 Oktober 2019 waktu lokal, kata media pemerintah Saudi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 08 Nov 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2019, 14:00 WIB
Gina Haspel Dilantik Jadi Direktur Wanita CIA Pertama
Direktur CIA Gina Haspel. (AFP PHOTO / SAUL LOEB)

Liputan6.com, Riyadh - Raja Salman dari Arab Saudi menjamu Direktur Badan Intelijen AS (CIA) Gina Haspel pada Kamis 7 Oktober 2019 waktu lokal, kata media pemerintah Saudi.

Kantor berita pemerintah Saudi (SPA) mengatakan, Raja Salman dan Gina Haspel "membahas sejumlah topik yang menjadi perhatian bersama" tanpa memberikan perincian lebih lanjut.

SPA menambahkan, pertemuan di Riyadh juga dihadiri oleh para menteri luar negeri dan dalam negeri Saudi serta duta besar AS untuk kerajaan tersebut, lapor Reuters.

Pertemuan itu berlangsung setelah tiga orang, termasuk dua WN Saudi, didakwa di Amerika atas tuduhan memata-matai pengguna Twitter yang mengkritik Kerajaan, demikian seperti dikutip dari Middle East Eye, Jumat (8/11/2019).

The New York Times melaporkan, dua WN Saudi itu diketahui bernama Ali Alzabarah dan Ahmad Aboummo. Mereka dilaporkan "dekat dan diberikan pengarahan khusus oleh intelijen Saudi, untuk memata-matai akun pembangkang kerajaan, demi kepentingan Saudi."

Keduanya merupakan mantan pegawai Twitter, namun keluar pada 2015.

Aboummo telah ditahan otoritas AS di Seattle pekan ini. Sementara Aboummo tidak, mengingat ia telah kembali ke Arab Saudi sejak tak lagi bekerja untuk Twitter.

Pihak media sosial asal Amerika itu mengatakan bahwa "kami selalu berkomitmen melindungi pengguna layanan yang berbicara tentang kebebasan dan hak asasi manusia."

Sementara itu, seorang pejabat senior Saudi yang berbicara dalam syarat anonimitas, mengatakan bahwa Kerajaan Saudi belum melihat dakwaan tersebut.

"Tapi yang bisa saya katakan adalah bahwa kami berharap semua warga negara kami mematuhi hukum negara tempat mereka tinggal," kata pejabat itu kepada wartawan di Washington.

Ini adalah pertama kalinya Kementerian Kehakiman AS secara terbuka menuduh orang-orang Saudi melakukan spionase di dalam wilayah Amerika, kata lembaga hukum AS di Washington DC.

Para terdakwa dituduh berupaya untuk membuka kedok rincian kepemilikan di balik akun Twitter pembangkan Saudi. Mereka diperintahkan atas nama seseorang yang hanya diketahui sebagai "Royal Family Member-1", kata jaksa.

The Washington Post melaporkan, "Royal Family Member-1" diduga merupakan pemimpin de facto Kerajaan Arab Saudi, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.

Masih sedikit informasi yang diketahui tentang skandal tersebut, serta isi pembicaraan antara Direktur CIA dengan Raja Salman.

Simak video pilihan berikut:

Memperkeruh Hubungan AS - Saudi?

Jamal Khashoggi, sosok wartawan Arab Saudi yang tewas di konsulat negaranya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018 (AP)
Jamal Khashoggi, sosok wartawan Arab Saudi yang tewas di konsulat negaranya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018 (AP)

Hubungan antara Washington dan Riyadh telah tegang atas pembunuhan brutal jurnalis Saudi Jamal Khashoggi tahun lalu.

Seorang kritikus putra mahkota, Jamal Khashoggi terbunuh dan dipotong-potong oleh agen Saudi di dalam konsulat kerajaan di Istanbul.

CIA dilaporkan menyimpulkan bahwa sang pangeran sendiri terkait erat dengan pembunuhan tersebut, sebuah tuduhan yang dengan keras dibantah oleh Riyadh.

Pejabat Saudi mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump sadar bahwa "Arab Saudi mengambil langkah untuk menangani masalah ini."

"Saya pikir orang-orang mengakui bahwa persidangan sedang berlangsung, mengakui bahwa itu adalah kesalahan, yang seharusnya tidak terjadi," katanya tentang pembunuhan Khashoggi.

Namun, Agnes Callamard, pelapor khusus PBB untuk pembunuhan ekstrayudisial, mengatakan dalam sebuah laporan bahwa dia meragukan apakah keadilan akan diberikan.

"Persidangan diadakan di balik pintu tertutup, identitas mereka yang didakwa belum dirilis, juga mereka yang menghadapi hukuman mati," tulisnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya