Liputan6.com, California - Nicholas Holmes, seorang astronom amatir, membuat video tentang ruang angkasa di saluran YouTube-nya, Yeti Dynamics.
Salah satu karyanya, yang kini menjadi viral sejak ia menerbitkannya pada 2013, menunjukkan seperti apa jadinya jika planet-planet di Tata Surya mengorbit Bumi di posisi Bulan.
"Saya ingin melihat seperti apa bentuknya, apabila Bulan digantikan oleh planet lain" kata Holmes kepada Business Insider melalui email, seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (14/11/2019).
Advertisement
"Dorongan utama saya adalah menyelesaikan keingintahuan saya sendiri," imbuhnya.
Baca Juga
Dia merekam langit di Huntsville, Alabama, dan menukar letak Bulan dengan planet lain menggunakan perangkat lunak 3ds Max. Animasi di bawah ini adalah hasilnya.
James O'Donoghue, seorang ilmuwan planet yang bekerja di badan antariksa Jepang, JAXA, mengatakan ukuran planet dalam video itu akurat.
"Aku memeriksa perhitungannya menggunakan matematika!" tulis dia di Twitter pada Oktober 2019.
Jika diamati dengan seksama, ada empat bulan besar Jupiter dalam cuplikan di atas, yaitu Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Ketika Saturnus mengambil tempatnya, bulan Tethys meluncur melewati cincinnya.
"Anda mungkin melihat satu planet hilang dari video: Merkurius. Itu karena ia hampir tidak lebih besar dari Bulan-nya Bumi, dengan radius 1.516 mil (2.439 km)," ungkap Holmes.
Jupiter, di sisi lain, adalah planet terbesar di Tata Surya, dengan lebar 88.846 mil. Saturnus bahkan tampak lebih dramatis karena cincinnya, yang menambah 350.000 mil pada diameternya.
Holmes juga membuat versi skenario malam hari. Video ini menunjukkan cincin di sekitar Uranus, dan bulan Saturnus --Dione-- yang ikut muncul, mengorbit Saturnus pada jarak yang sama dengan Bulan Bumi.
"Tentu saja, itu berarti Dione kemungkinan akan bertabrakan dengan Bumi dalam skenario yang digambarkan dalam animasi saya," papar Holmes lagi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kekurangan
Jika planet besar seperti Jupiter dekat dengan Bumi, itu akan menyebabkan gunung berapi hancur. Namun, tidak semua yang ditampilkan dalam video Holmes akurat.
"Pertama, jumlah sinar matahari yang menyinari planet sedikit berbeda dari kenyataan," katanya, untuk memperjelas rincian video. "Planet-planet pun tidak miring pada derajat yang tepat, dan mereka tidak berputar dengan kecepatan yang benar."
Andai saja Jupiter, Saturnus, Uranus, atau Neptunus muncul di tempat Bulan, Bumi kita sendiri akan menjadi salah satu bulan bagi planet-planet itu.
"Untuk melihat dampaknya, kita harus melihat bulan Jupiter, Io," menurut Holmes.
Ia menjabarkan, kekuatan pasang surut dari Jupiter meregangkan dan menekan Io --mirip dengan bagaimana Bulan kita membuat pasang-surut lautan Bumi-- hingga 60 kaki (18 meter).
Namun, massa Jupiter yang besar membentang dan menekan Io sedemikian rupa, sehingga permukaan planet berbatunya membentang hingga 330 kaki.
Dua dari bulan-bulan Jupiter lainnya, Ganymede dan Europa, juga berkontribusi pada tarik-menarik dengan gravitasi di Io.
Semua itu memanaskan bulan terkecil dan membangun tekanan dalam cairan panas di bawah permukaannya, yang menyebabkan letusan gunung berapi begitu kuat, sehingga lava dimuntahkan langsung ke angkasa luar. Gaya pasang surut menjadikan Io sebagai objek vulkanik paling aktif di Tata Surya.
"Skenario serupa mungkin terjadi di Bumi. Awalnya, mantel dan kerak akan tertarik ke Jupiter dan pecah seperti crème brûlée (hidangan penutup berbentuk puding yang kaya akan lapisan gula karamel)," ucap O'Donoghue kepada Business Insider dalam email.
Advertisement