Apartemen hingga Resor Ski Samjiyon, Peradaban Modern di Kota Wisata Ala Kim Jong-un

Kim Jong-un membuka kota baru modern di Korea Utara, utopia sosialis Samjiyon.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 04 Des 2019, 16:03 WIB
Diterbitkan 04 Des 2019, 16:03 WIB
Kim Jong-un Resmikan Samjiyon sebagai Kota Modern
Kembang api menyala saat upacara untuk menandai selesainya pembangunan Kota Samjiyon di Korea Utara, Senin (2/12/2019). Tempat kelahiran Kim Jong-Il ini dapat menampung empat ribu keluarga. (STR/AFP/KCNA MELALUI KNS)

Liputan6.com, Seoul - Korea Utara baru saja merayakan selesainya proyek pembangunan karya pemimpin Kim Jong-un, sebuah kota baru di dekat gunung suci tempat keluarganya mengklaim lokasi sang leluhur. Media pemerintah setempat pada hari Selasa menyebut hal tersebut sebagai lambang peradaban modern.

Sebuah perayaan besar-besaran menggunakan kembang api diadakan di kota dekat Gunung Paektu pada Senin 2 Desember 2019 waktu setempat, kata kantor berita resmi KCNA seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (12/4/2019).

Sementara surat kabar Rodong Sinmun, corong partai yang berkuasa, memuat foto-foto yang memperlihatkan Kim tersenyum ketika ia memotong pita pada upacara peresmian kota baru, dan bangunan-bangunan yang berselimut salju.

Pemandangan Kota Samjiyon di Korea Utara, Senin (2/12/2019). Kota ini memiliki 380 blok bangunan umum dan industri yang membentang sebesar ratusan hektare. (STR/AFP/KCNA MELALUI KNS)Suasana upacara untuk menandai selesainya pembangunan Kota Samjiyon di Korea Utara, Senin (2/12/2019). Samjiyon adalah salah satu inisiatif ekonomi terbesar yang diluncurkan Kim Jong-un sebagai bagian dari upaya untuk membangun ekonomi secara mandiri. (STR/AFP/KCNA MELALUI KNS)

Kota itu, bernama Samjiyon, dianggap sebagai "utopia sosialis" dengan apartemen baru, hotel, resor ski dan fasilitas komersial, budaya dan medis, lapor Rodong Sinmun.

Menurut laporan KCNA, kota baru itu mampu menampung 4.000 keluarga dan memiliki 380 blok bangunan umum dan industri yang membentang seluas ratusan hektar.

Samjiyon, kota ini, adalah salah satu inisiatif ekonomi terbesar yang diluncurkan Kim Jong-un, sebagai bagian dari upayanya untuk ekonomi mandiri. Pembangunannya tertunda, terutama karena kekurangan bahan bangunan dan tenaga kerja sebagai akibat dari sanksi internasional yang dikenakan untuk mengekang program nuklir Pyongyang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Isu Membangun dengan Pekerja Paksa

Kim Jong-un Resmikan Samjiyon sebagai Kota Modern
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kedua kanan) menggunting pita untuk menandai selesainya pembangunan Kota Samjiyon, Korea Utara, Senin (2/12/2019). Samjiyon merupakan sebuah kota baru yang dibangun di dekat Gunung Paektu. (STR/AFP/KCNA MELALUI KNS)

Kabar yang beredar menyebut bahwa keterlambatan membangun Samjiyon mendorong rezim Kim untuk memobilisasi brigade pekerja muda. Armada yang para penyangkal dan aktivis HAM ibaratkan sebagai "pekerja budak".

Mengapa disebut demikian?

Kabarnya para pekerja itu tidak menerima gaji, makanan seadanya dan dipaksa untuk bekerja lebih dari 12 jam sehari hingga 10 tahun. Sebagai imbalannya, mereka diberi kesempatan yang lebih baik untuk memasuki universitas atau bergabung dengan Partai Pekerja yang kuat.


Mendesak AS

Jabat Tangan Perdana Trump dan Kim Jong-un
Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah di resor Capella, Pulau Sentosa, Selasa (12/6). Kim dan Trump hadir di depan jurnalis dengan latar belakang bendera Korut dan AS. (AP/Evan Vucci)

Sementara itu pada Selasa 3 Desember, Pyongyang memperingatkan lagi bahwa batas waktu akhir tahun bagi AS untuk mengubah "kebijakan bermusuhan" semakin dekat, dan mengatakan terserah Washington untuk memutuskan "hadiah Natal" apa yang akan datang pada akhir tahun.

Menurut KCNA, Wakil Menteri Urusan Luar Negeri Korea Utara, Ri Thae Song, yang bertanggung jawab atas hubungan AS, mengatakan seruan Washington untuk perundingan lebih lanjut adalah "tipuan bodoh yang ditetaskan untuk membuat Korut terikat berdialog dan menggunakannya demi situasi politik dan pemilihan umum AS."

"Korea Utara telah melakukan yang terbaik dengan ketekunan maksimum untuk tidak mundur dari langkah-langkah penting yang telah diambil atas inisiatifnya sendiri," kata Ri.

"Apa yang tersisa untuk dilakukan sekarang adalah opsi AS dan sepenuhnya tergantung pada AS apa hadiah Natal yang akan dipilih."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya