Liputan6.com, Washington, D.C - Amerika Serikat menguji coba rudal balistik jarak menengah pada Kamis 12 Desember 2019 waktu setempat. Ini adalah tes kedua dalam empat bulan, rudal ofensif yang dilarang oleh perjanjian senjata AS-Rusia yang dikeluarkan Washington pada bulan Agustus.
"Angkatan Udara meluncurkan rudal yang dikonfigurasi secara konvensional dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di barat laut Los Angeles sekitar pukul 08.30 pagi waktu setempat (16.30 GMT)," menurut juru bicara pangkalan itu seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (13/12/2019).
"Rudal yang diluncurkan di darat itu terbang lebih dari 500 kilometer sebelum jatuh ke Samudra Pasifik," kata Pentagon.
Advertisement
Juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Robert Carver mengatakan bahwa data yang dikumpulkan dan pelajaran yang diperoleh dari tes ini, akan menginformasikan pengembangan kemampuan jarak menengah di masa depan.Â
Uji coba pada hari Kamis waktu AS ini adalah yang kedua dari peluncuran rudal berkemampuan nuklir jarak menengah, yang diluncurkan sejak Washington keluar dari Traktat Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987 dengan Moskow.
Traktat Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987 melarang pengujian rudal, termasuk rudal jelajah yang diuji pada bulan Agustus.
Sinyal untuk Korea Utara?
Tidak terkait dengan Traktat Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987, pada 2 Oktober, Angkatan Udara AS meluncurkan rudal balistik antar benua Minuteman 3 yang tidak bersenjata dari Vandenberg. Saat itu mengirimkan kendaraan uji ulang ke Atol Kwajalein 4.200 mil jauhnya di barat Pasifik.
Uji coba itu juga bisa jadi sebuah sinyal bagi Korea Utara, yang telah menunjukkan ancaman nuklir lintas Pasifik dengan beberapa uji coba rudal balistik jangka pendek, menengah dan panjang yang berhasil.
Menolak sanksi yang didukung PBB, Pyongyang baru-baru ini mengisyaratkan bahwa mereka mungkin melakukan tes lain sebagai "hadiah Natal" jika AS tidak datang dengan konsesi dalam hubungan bilateral pada akhir tahun.
Â
Advertisement
Memperingati Korea Utara
Sebelumnya pada Rabu 11 Desember, duta besar AS untuk PBB, Kelly Craft, memperingatkan Pyongyang tentang konsekuensi jika melanjutkan uji senjata utama di tahun baru.
"Uji coba rudal dan nuklir tidak akan memberikan keamanan yang lebih besar bagi DPRK," kata Craft, merujuk pada Korea Utara dengan nama resminya, Republik Rakyat Demokratik Korea.
"Kami percaya bahwa DPRK akan berpaling dari permusuhan dan ancaman lebih lanjut, dan bukannya membuat keputusan berani untuk terlibat dengan kami," katanya.