Liputan6.com, Pretoria - Sejak tahun 2015, tren perdagangan RI-Afrika Selatan menunjukan grafik yang fluktuatif. Dubes RI di sana tidak terlalu mengkhawatirkan neraca perdagangan RI-Afrika Selatan tahun 2018 yang menunjukkan surplus bagi pihak Afrika Selatan.
Pembelian barang modal yang meningkat dari Afrika Selatan menunjukkan kegiatan produktif di Indonesia, utamanya terkait kebutuhan pembangunan infrastruktur yang intensif beberapa tahun terakhir.
Advertisement
Baca Juga
Menurut kutipan dari laporan yang dirilis melalui Kemlu.go.id, Sabtu (4/1/2020), Indonesia masih memiliki potensi besar untuk menambah ekspor non migas seperti produk otomotif, kelapa sawit serta produk makanan dan minuman ke negara-negara Afrika Sub Sahara.
Salman Al Farisi menyatakan bahwa situasi di Afrika Selatan masih sangat menantang bagi Indonesia untuk dapat penetrasi pasar lebih dalam dan membawa beragam produksi tanah air ke sana.
"Pada tahun 2019, beberapa indikasi positif sudah kita dapatkan, mulai dari komitmen beberapa perusahaan tanah air mengirimkan perwakilan di Afrika Selatan, hingga rencana investasi baru perusahaan Afrika Selatan ke Indonesia. Beberapa perjanjian seperti Perjanjian Kerja Sama Pertahanan dan MoU Bidang Perikanan, sudah sampai proses akhir. Kita harapkan tahun 2020 membawa perkembangan yang menggembirakan," demikian pernyataan Dubes RI di Pretoria, Salman Al Farisi, membuka tahun 2020.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kendala Hambatan Tarif
Hingga saat ini, kendala hambatan tarif masih dirasakan mengganjal hubungan dagang Indonesia dan Afrika Selatan. Dalam kunjungan kerjanya ke Cape Town, 18-19 Desember 2019, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan dan Industri Afrika Selatan, Ebrahim Patel.
Dalam pertemuan itu Menteri Patel menyambut baik rencana pembahasan Preferential Trade Agreement (PTA) antara RI dengan Afrika Selatan.
Menteri Patel menginginkan langkah konkret dengan dimulainya studi oleh tim teknis yang diharapkan dapat bertemu awal tahun 2020 di Indonesia. Menteri Patel juga mengindikasikan beberapa potensi investasi oleh pebisnisIndonesia, terutama relokasi industry tekstil dan alas kaki.
Situasi dan kondisi ekonomi Afrika Selatan dan negara sekitarnya dalam akreditasi KBRI Pretoria mempengaruhi strategi Pemerintah Indonesia dalam upayanya memperluas pasar potensial bagi produk Indonesia.
Pengeluaran sektor rumah tangga yang rendah pada tahun 2019 menunjukkan bahwa konsumen Afrika Selatan masih rentan secara finansial.
Selain tingkat pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi sekitar 0,7% tahun 2019, Afrika Selatan menghadapi permasalahan tingkat pengangguran sebesar 29,1% yang menempatkannya sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia.
Advertisement
Bantu Perkonomian Setempat
Dubes Salman Al Farisi meyakini investment-led model sebagai salah satu mekanisme kerja sama antara kedua negara. Para pebisnis Indonesia sudah harus mempertimbangkan melakukan investasi di negara-negara Afrika yang pada gilirannya akan meningkatkan ekspor.
Dengan membantu perekonomian negara setempat melalui pembukaan lapangan kerja baru, pada akhirnya akan meningkatkan awareness, demand dan daya beli atas produk-produk tanah air.
Hal ini diantaranya dapat dilakukan dengan mengekspor produk setengah jadi dari Indonesia, sedangkan proses finishing products.dilakukan melalui kemitraan dengan pihak lokal.
Menkomarinves mendukung pentingnya outbound investment Indonesia karena akan berimplikasi pada peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan ekspor ke luar negeri.