Ada Wabah Virus Corona, 15 Ribu Pilot AS Tolak Terbang ke China

Asosiasi pilot AS mengarahkan 15 ribu pilotnya untuk menolak terbang ke China.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 31 Jan 2020, 11:46 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2020, 11:46 WIB
Ilustrasi suasana dalam pesawat.
Ilustrasi suasana dalam pesawat. (dok. StockSnap/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Dallas - Perserikatan pilot-pilot Amerika Serikat (AS) tegas menolak penerbangan ke Wuhan. Mereka mencatat adanya bahaya dan ancaman yang serius dari Virus Corona.

Dilaporkan Financial Times, Jumat (31/1/2020), penolakan itu disampaikan oleh Allied Pilots Association (APA) yang menaungi 15 ribu pilot yang bekerja di maskapai terbesar di dunia: American Airlines.

Asosiasi pilot bahkan melayangkan gugatan kepada maskapai American Airlines agar membatalkan sementara layanan ke China. Gugatan itu diarahkan ke kantor maskapai di Texas yang punya hampir 56 penerbangan dari Bandara Internasional Dallas/Fort Worth menuju China.

Kapten APA Eric Ferguson mencontohkan maskapai lain seperti British Airways, Air Canada, dan Lufthansa sudah menahan penerbangan ke China akibat Virus Corona. Manajemen kepemimpinan asosiasi pilot meminta pemerintah AS mengikuti kebijakan tersebut.

"Keselamatan dan kesejahteraan kru dan penumpang kami harus selalu menjadi prioritas tertinggi," ujar Presiden APA Kapten Eric Ferguson dalam keterangan resmi.

Penerbangan American Airlines ke China selalu membawa setidaknya 300 penumpang ke AS. Kapten Eric berkata risiko itu tidak bisa diterima.

Ia pun meminta agar semua pilot menolak tugas penerbangan ke China atas pertimbangan risiko Virus Corona yang berasal dari Kota Wuhan.

"Kami mengarahkan semua pilot American Airlines yang ditugaskan terbang antara Amerika Serikat dan China, selain mereka yang sedang pulang ke Amerika Serikat, untuk menolak penugasan," pungkas Kapten Eric Ferguson.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Resmi, WHO Nyatakan Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global

Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020.
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020. (Source: AP)

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) secara resmi menyatakan bahwa Virus Corona merupakan darurat kesehatan global.

Hal ini dinyatakan dalam pertemuan kedua Emergency Committee bersama dengan Direktur Jenderal WHO pada hari Kamis, 30 Januari 2020 kemarin waktu Jenewa.

Mengutip laman resminya pada Jumat (31/1/2020), Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus mendeklarasikan bahwa wabah virus corona 2019-nCoV merupakan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Dalam pertemuan pertamanya, WHO belum menyatakan status darurat kesehatan global. Namun, mengingat adanya peningkatan yang signifikan jumlah kasus dan negara yang melaporkan semakin bertambah, pertemuan kedua pun dilakukan.

WHO Percaya Kapasitas China

Ekskavator dan truk dikerahkan untuk membangun rumah sakit untuk merawat pasien yang terjangkit wabah virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Senin (27/1/2020).
Ekskavator dan truk dikerahkan untuk membangun rumah sakit untuk merawat pasien yang terjangkit wabah virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Senin (27/1/2020). (Hector RETAMAL/AFP)

Dalam konferensi persnya, Tedros mencatat bahwa terjadi penyebaran virus yang mengkhawatirkan di luar Tiongkok.

"Alasan utama deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di Tiongkok, tetapi karena apa yang terjadi di negara lain," ujarnya seperti dikutip dari AP News.

"Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi virus ini menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah serta tidak siap untuk menghadapinya."

Walaupun begitu, WHO mengatakan mereka tidak merekomenasikan tindakan yang membatasi perjalanan atau perdagangan internasional. Meski cara ini dinilai ampuh untuk membendung penyebaran penyakit, kondisi tersebut belum diperlukan.

"Tidak ada alasan untuk tindakan yang tidak perlu, mengganggu perjalanan dan perdagangan internasional."

WHO melanjutkan, mereka juga percaya pada kapasitas Tiongkok untuk mengendalikan wabahnya.

"Selama diskusi, saya dengan presiden (Presiden Tiongkok Xi Jinping) beserta pejabat lainnya, mereka bersedia mendukung negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah dengan apa pun yang dimungkinkan," Tedros melanjutkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya