Penggali Makam Jenazah Pasien Corona COVID-19 Indonesia Jadi Sorotan Media Asing

Media asing dari Singapura menyoroti kiprah penggali kubur Indonesia seperti Minar yang menjadi lebih sibuk dari biasanya memakamkan jenazah pasien Corona COVID-19.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Apr 2020, 14:50 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2020, 14:50 WIB
FOTO: Prosesi Pemakaman Korban Corona COVID-19 di Jakarta
Petugas mengubur peti jenazah berisi korban virus corona COVID-19 ke sebuah pemakaman di Jakarta, Rabu (15/4/2020). Hingga sore ini, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sebanyak 5.136 positif, 446 sembuh, dan 469 meninggal dunia. (Bay ISMOYO/AFP)

Liputan6.com, Singapura - Media Singapura Channel News Asia (CNA) menyoroti kisah para penggali kubur di Indonesia pada masa pandemi Virus Corona COVID-19.

Sejak Jakarta melaporkan kematian terkait COVID-19 pertama pada pertengahan Maret, jumlah kematian terus meningkat dan penggali kubur seperti Minar menjadi lebih sibuk dari biasanya.

"Di bawah teriknya matahari ibu kota Indonesia, Jakarta, penggali kubur Minar memegang sekop dan menggali tanah. Pria 54 tahun ini tidak pernah sesibuk ini selama 33 tahun menjadi penggali kubur di pemakaman Pondok Rangon, Jakarta Timur," tulis Channel News Asia yang dikutip Rabu (22/4/2020). 

"Pekerjaan saya sekarang sangat berbeda ... Saya hampir tidak bisa istirahat," kata Minar.

"Sekarang sangat melelahkan karena ada begitu banyak mayat yang datang setiap hari, jadi aku merasa lelah karena menggali tanpa henti."

CNA mengulas, hingga Selasa 21 April, Indonesia memiliki sekitar 7.100 kasus COVID-19. Negara ini memiliki tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara, sekitar 9 persen. Setengah dari total kasus ada di Jakarta, dengan sekitar 300 kematian.

Di dalamnya, media Singapura itu juga mengutip komentar pemerintah provinsi telah memerintahkan untuk mereka yang terinfeksi COVID-19, serta mereka yang dicurigai terinfeksi hanya dikuburkan di dua pemakaman umum, satu di Jakarta Timur tempat Minar bekerja dan yang lainnya di Jakarta Barat. Ini adalah kuburan di ibu kota yang masih memiliki ruang.

Di mana pemerintah provinsi mengatakan lebih dari 1.000 orang yang meninggal telah dikuburkan di kota itu sesuai dengan protokol penguburan pasien penyakit COVID-19, sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa banyak pasien yang dicurigai terinfeksi Virus Corona COVID-19 sebelum hasil tes swab keluar.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Menyoroti Cara Kerja

Kesunyian Pemakaman Pasien Covid-19
Petugas saat pemakaman pasien Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pemprov DKI Jakarta menyediakan dua Tempat Pemakaman Umum yang dijadikan lokasi pemakaman pasien meninggal akibat Covid-19, yakni TPU Pondok Ranggon dan Tegal Alur. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Salah satu di antara yang jadi sorotan adalah cara kerja para penggali kubur pasien dicurigai atau positif Virus Corona COVID-19. Berikut ini yang diulas:

Ada sekitar 80 penggali kubur di pemakaman Pondok Rangon, yang dibayar oleh pemerintah Jakarta. "Mereka biasanya dibagi menjadi empat tim," menurut Minar.

Setiap tim bertanggung jawab atas satu tugas khusus selama seminggu, seperti menggali kuburan, membersihkan kuburan, memotong rumput dan membersihkan saluran pembuangan di pemakaman.

Tim bergantian setiap minggu untuk menyelesaikan empat pekerjaan utama. Ini berarti dalam keadaan normal, Minar hanya memiliki kuburan menggali selama seminggu per bulan.

Tapi sejak COVID-19 pecah, Minar telah menggali kuburan setiap hari, bahkan jika timnya seharusnya ditugaskan untuk tugas-tugas lain.

Satu kuburan membutuhkan dua jam penggalian, dan saat ini Minar menggali hingga lima kuburan sehari.

Sebelum pandemi COVID-19, ada hari-hari ketika Minar tidak harus menggali kuburan sama sekali hanya karena tidak ada kematian.

Tim beranggotakan empat orang biasanya bekerja di satu kuburan, tetapi tetap saja itu bukan pekerjaan yang mudah.

Karena diyakini bahwa Virus Corona baru dapat bertahan di jasad setelah seseorang meninggal, protokolnya adalah melakukan penguburan sesegera mungkin untuk meminimalkan risiko penyebaran virus.

"Aku berpacu dengan waktu. Kadang-kadang ketika jenazah datang, kuburan belum siap," kata Minar.

 "Ini berbeda sekarang, tidak ada keluarga almarhum menyaksikan proses. Semuanya harus dilakukan dengan cepat."

Tidak lebih dari lima orang dapat berkumpul di sekitar makam setelah penguburan selesai dan ambulans pergi.

Minar mengatakan dia diliputi kesedihan setiap kali melihat keluarga almarhum mengucapkan selamat tinggal terakhir mereka dari jauh.

 

Dukungan Tetangga dan Keluarga

Kesunyian Pemakaman Pasien Covid-19
Petugas saat memakamkan pasien Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pemprov DKI Jakarta menyediakan dua Tempat Pemakaman Umum yang dijadikan lokasi pemakaman pasien meninggal akibat Covid-19, yakni TPU Pondok Ranggon dan Tegal Alur. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Keseharian salah satu penggali kubur bernama Minar diulas cukup dalam olah Channel News Asia. Berikut ini selengkapnya:

Minar memulai harinya pada pukul 07.00 pagi dan selesai bekerja pukul 18.00 sore, ketika matahari akhirnya menghilang di bawah cakrawala.

Ia bekerja dilengkapi dengan personal protective equipment (PPE) atau alat pelindung diri (APD), lalu membawa jenazah keluar dari ambulans dan menguburnya.

"Saya khawatir karena COVID-19 adalah penyakit menular. Aku sebenarnya takut tetapi ini adalah tanggung jawabku. Apa yang bisa kukatakan? Memakai APD di Jakarta yang panas juga jadi hal menantang," kata Minar.

"Aku merasa seperti terbakar. Rasanya tidak nyaman. Kadang-kadang ketika ambulans tiba, saya menyiapkan diri tetapi harus menunggu selama 30 menit. Kemudian terasa sangat panas," katanya.

Saat hujan pun perlengkapan perlindung harus tetap dikenakan. Terlepas dari cuaca, penggalian kuburan dan proses penguburan harus dilanjutkan.

Ayah lima anak ini juga takut membawa pulang virus itu. Anggota keluarganya prihatin tetapi yang bisa mereka lakukan adalah berdoa untuknya, kata Minar.

"Mereka berdoa untuk saya atau mengucapkan kata-kata penghiburan seperti 'Ayah, hati-hati. Kami harap Anda tidak akan terinfeksi'."

"Mereka mendukung karena mereka mengerti bahwa saya juga berkontribusi dalam memerangi COVID-19 dengan pekerjaan saya."

Sebelum pulang, para penggali kubur mandi di pemakaman.

Minar mengatakan, dia beruntung memiliki tetangga yang juga mendukung. Dia belum menemukan stigma, katanya.

Minar dan penggali kubur lainnya juga telah menerima bantuan dari masyarakat yang bersimpati dengan mereka, memberi mereka makan siang dan peralatan pelindung tambahan. Suatu hari, sebuah organisasi amal juga memberikan pemeriksaan kesehatan.

Dia merasa diberkati memiliki jaringan yang mendukung dan ini membuatnya tetap berjalan.

Jelang Ramadan yang Sepi

Kesunyian Pemakaman Pasien Covid-19
Salah satu kerabat mengazankan pasien Covid-19 usai pemakaman di TPU Tegal Alur, Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pemprov DKI Jakarta menyediakan dua TPU yang dijadikan lokasi pemakaman pasien meninggal akibat Covid-19, yakni TPU Pondok Ranggon dan Tegal Alur. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pandemi jelang Ramadan yang membuat makam sepi karena tak dikunjungi sanak saudara tak luput diangkat CNA. Di mana merupakan tradisi bagi umat Islam untuk mengunjungi makam keluarga beberapa hari sebelum bulan puasa Ramadan, yang akan dimulai pada akhir pekan ini.

Berikut ini yang diangkat Channel News Asia:

Pemakaman biasanya penuh dengan pengunjung yang memberikan penghormatan kepada orang yang mereka cintai, serta penjual yang menjajakan makanan dan bunga.

Tapi suasananya sangat berbeda tahun ini, karena tidak ada yang diizinkan untuk mengadakan ritual di tengah lockdown sebagian di Jakarta.

Biasanya, para pengunjung memberikan tips untuk Minar sekadar berterima kasih padanya telah merawat makam kerabat mereka.

Tanpa pengunjung, penurunan pendapatan dialaminya. Tapi itu tidak terlalu mengganggu karena dia masih menerima gaji bulanan sekitar Rp 3,6 juta (US $ 230).

"Saya agak sedih karena pekerja informal (yang bekerja di sekitar kuburan) sekarang kehilangan penghasilan."

"Saya berharap pandemi COVID-19 ini akan segera berakhir. Dan dengan Ramadan yang kian mendekat, kita harus fokus melakukan ibadah," katanya.

Terlepas dari pekerjaannya, Minar berencana untuk berpuasa selama Ramadan.

"Yang terpenting adalah saya melakukan pekerjaan dengan tulus, dan kemudian insyaallah itu tidak akan menjadi beban."

"Saya hanya berharap kita semua tetap sehat dan ini akan segera berakhir. Itu satu-satunya harapan saya."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya