Liputan6.com, Jakarta Mantan wakil presiden Amerika Serikat (AS) sekaligus calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden mengecam Presiden AS Donald Trump yang sengaja menggelar sesi foto di dekat Gedung Putih saat para pengunjuk rasa dibubarkan polisi. Aksi itu digelar sebagai protes atas kematian George Floyd oleh polisi.
Saat berbicara di Philadelphia mengenai kerusuhan yang menjalar di seluruh negeri terkait terbunuhnya George Floyd akibat kebrutalan polisi, Biden mengatakan, "dapat dimaklumi jika warga AS percaya presiden mereka lebih tertarik pada kekuasaan dibandingkan prinsip, lebih tertarik memenuhi hasrat pribadinya ketimbang kebutuhan rakyat yang dipimpinnya."
Joe Biden mengacu pada peristiwa Senin 1Â Juni, ketika polisi menggunakan gas air mata, granat kilat, dan peluru karet membubarkan unjuk rasa damai di dekat Gedung Putih. Mereka dibubarkan agar Trump dapat mengunjungi Gereja Episkopal St. John dan difoto bersama sejumlah pejabat senior pemerintahan, usai mengancaman akan mengerahkan pasukan militer guna meredam kekacauan yang terus meningkat.
Advertisement
Dalam pidato yang disampaikan pada hari yang sama dengan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) pendahuluan di 7 negara bagian dan Distrik Columbia, yang berpotensi membantunya meraih jumlah suara delegasi yang cukup untuk memenangkan pencalonan, Biden mengatakan negara tersebut "sangat menginginkan kepemimpinan yang dapat menyatukan kita," dan bahwa dia, alih-alih Trump, mampu memberikan hal itu.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Menjual Ketakutan
"Saya tidak akan menjual ketakutan dan perpecahan. Saya tidak akan mengobarkan api kebencian. Saya akan berusaha menyembuhkan luka terkait isu ras yang telah lama menjangkiti negeri ini, bukan memanfaatkannya demi kemenangan politik," ujar pria 77 tahun itu, seperti dilansir Xinhua, Rabu (3/6/2020).
"Saya akan melakukan tugas saya dan bertanggung jawab. Saya tidak akan menyalahkan orang lain. Saya tidak akan pernah lupa bahwa tugas itu bukan tentang diri saya."
Biden mengatakan teriakan "Saya tidak bisa bernapas" yang dilontarkan para pengunjuk rasa untuk menirukan kalimat terakhir Floyd sebelum tewas akibat kehabisan napas, merupakan "pengingat bagi negara kita, bagi kita semua." Sementara itu, dia mengatakan bahwa "tidak ada tempat bagi kekerasan" atau "kerusuhan" atau "perusakan properti," seraya menambahkan bahwa "polisi juga tidak boleh ... meningkatkan penggunaan kekerasan."
Memasuki hari ketujuh aksi demonstrasi di seluruh AS, insiden pembakaran, vandalisme, dan penjarahan terjadi di berbagai tempat, dengan disertai tewasnya warga sipil dan terlukanya para wartawan yang diduga berkaitan dengan tindak kekerasan oleh polisi.Â
Advertisement