Ini Lokasi Udara Terbersih di Bumi yang Ditemukan Ilmuwan

Pandemi Virus Corona ternyata telah membuang polusi di suatu tempat, melahirkan udara paling bersih di Bumi. Di mana?

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2020, 20:58 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2020, 20:10 WIB
Hutan lebat kawasan wisata alam Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat, menjadi salah satu potensi migrasi elang di pulau Jawa
Hutan lebat kawasan wisata alam Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat, menjadi salah satu potensi migrasi elang di pulau Jawa (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Antarktik - Para ilmuwan yakin mereka telah menemukan udara terbersih di dunia, bebas dari pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Terletak di atas Southern Ocean (SO) atau Samudra Selatan, yang mengelilingi Antarktika.

Dalam studi ini, para peneliti di Colorado State University mengidentifikasi wilayah atmosfer yang tetap tidak berubah oleh aktivitas manusia, terutama kadar bioaerosol di Samudra Selatan.

Cuaca dan iklim memang saling bergantung, menghubungkan setiap bagian dunia dengan wilayah lain. Ketika perubahan iklim terjadi dengan cepat karena aktivitas manusia, para ilmuwan dan peneliti berjuang untuk menemukan sudut bumi yang tidak terpengaruh oleh manusia.

Namun,Profesor Sonia Kreidenweis dan timnya curiga bahwa udara di atas Samudra Selatan paling tidak terpengaruh oleh manusia dan debu dari benua dunia.

Ternyata Pergerakan Partikel Polusi Bisa Bergerak Jauh

Ilustrasi planet alien Kepler-186f yang diyakini sebagai kembaran Bumi (NASA Ames/SETI Institute/JPL-Caltech)
Ilustrasi planet alien Kepler-186f yang diyakini sebagai kembaran Bumi (NASA Ames/SETI Institute/JPL-Caltech)

Para ilmuwan kemudian menemukan bahwa lapisan udara perbatasan, yang memberi makan awan yang lebih rendah di atas Samudra Selatan, bebas dari partikel aerosol yang terjadi akibat aktivitas manusia. Biasanya aerosol ini tercipta dari bahan bakar fosil, produksi pupuk, dan pembuangan air limbah.

Polusi udara disebabkan oleh aerosol, ini menjadi bentuk partikel dan gas padat dan cair yang tersuspensi di udara.

Para peneliti memutuskan untuk mempelajari apa menjadi komposisi di udara, dan dari mana asalnya, menggunakan bakteri di udara sebagai alat diagnostik untuk menyimpulkan sifat-sifat atmosfer yang lebih rendah.

Para ilmuwan dan penulis pendamping penelitian Thomas Hill menjelaskan bahwa "aerosol yang mengendalikan sifat-sifat awan SO (Samudra Selatan) sangat terkait dengan proses biologis laut, dan bahwa Antarktika tampaknya terisolasi dari penyebaran mikroorganisme ke selatan dan pengendapan nutrisi dari benua selatan, "katanya.

"Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa SO adalah salah satu dari sedikit tempat di Bumi yang telah sedikit dipengaruhi oleh kegiatan antropogenik," tambahnya.

Para ilmuwan mengambil sampel udara di tingkat batas laut dari bagian atmosfer yang memiliki kontak langsung dengan laut - ketika naik kapal riset yang bergerak ke selatan ke tepi es Antarktika dari Tasmania, Australia.

Para ilmuwan kemudian memeriksa komposisi mikroba di udara, yang ditemukan di atmosfer dan seringkali tersebar ribuan kilometer oleh angin.

Menggunakan sekuensing DNA, pelacakan sumber dan angin lintasan ilmuwan dan penulis Jun Uetake menemukan bahwa asal-usul mikroba berasal dari laut.

Dari komposisi bakteri mikroba, para peneliti menyimpulkan bahwa aerosol dari tanah dan aktivitas manusia, seperti polusi atau emisi tanah yang disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan, tidak berpindah ke selatan dan ke udara.

Para ilmuwan mengatakan bahwa hasilnya menunjukkan perbedaan nyata dengan semua penelitian lain dari lautan baik di belahan bumi utara dan subtropis, yang menemukan bahwa sebagian besar mikroba berasal dari benua melawan angin.

Dalam penelitian tersebut, dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences, para ilmuwan menggambarkan daerah itu sebagai "benar-benar bersih."

Polusi udara sudah menjadi krisis kesehatan global, dan akibat polusi ini telah mengakibatkan  tujuh juta orang meninggal setiap tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dampak Polusi Terhadap Kesehatan

Penyebab Paru paru Basah
Diagnosis paru-paru basah / Sumber: iStockphoto.com

Penelitian telah menunjukkan bahwa polusi udara meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru.

Sekitar 80% orang yang tinggal di daerah perkotaan sebenarnya hidup di kualitas udara yang kurang baik dari pedoman WHO, negara-negara tersebut yang memiliki orang-orang berpenghasilan rendah.

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, polusi udara dapat melintasi batas geografis, dan memengaruhi orang yang berada di ratusan mil dari tempat asal polusi tersebut.

Reporter: Yohana Belinda

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya