Pakar: Demo Jadi Tempat Sempurna Penularan Corona COVID-19

Anggota gugus tugas Virus Corona Gedung Putih angkat bicara soal penularan Virus Corona (COVID-19) di tengah demo.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Jul 2020, 13:42 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2020, 14:00 WIB
FOTO: Kematian George Floyd Picu Kemarahan Warga Dunia
Demonstan berkumpul untuk mengecam kematian George Floyd di Paris, Prancis, Selasa (2/6/2020). Kematian pria kulit hitam George Floyd saat ditangkap oleh polisi Amerika Serikat memicu kemarahan di sejumlah negara. (AP Photo/Michel Euler, File)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Demo anti-rasisme akibat kematian George Floyd yang berlangsung dalam dua pekan terakhir membuat pakar kesehatan cemas. Lonjakan kasus Virus Corona (COVID-19) dikhawatirkan terjadi karena ribuan orang turun ke jalan.

Dr. Anthony Fauci, anggota gugus tugas Virus Corona di Gedung Putih, mengatakan niat pendemo baik, tetapi ia mengakui demo ini membawa risiko baru.

"Alasan-alasan untuk berdemo adalah valid, namun demo itu sendiri membawa risiko tambahan," ujar Dr. Fauci kepada radio WTOP, Minggu (7/6/2020).

Ia berkata demonstansi membuat orang tidak mengikuti social distancing. Selain itu, pendemo yang batuk-batuk usai polisi menyemprot gas air mata juga menambah risiko penularan Virus Corona.

Dr. Fauci berkata ia dan koleganya di bidang kesehatan masyarakat cemas terhadap potensi penularan akibat demo yang ia sebut sebagai tempat sempurna untuk penularan.

"Hal ini adalah situasi sempurna untuk penyebaran virus dalam artian bisa menciptakan blip (peningkatan sementara) yang bisa berubah menjadi lonjakan," ujarnya.

Demo anti-rasisme terjadi di tengah transisi Presiden AS Donald Trump menuju pembukaan ekonomi. Titik demo tersebar di beberapa lokasi di AS, ada demo yang berjalan damai, dan ada yang diwarnai bentrokan hingga penjarahan.

Penduduk di Prancis dan Belanda juga ikut turun ke jalan untuk menunjukan simpati mereka. Dr. Fauci berharap agar pendemo tetap memakai masker dan jangan dilepas.

"Saya melihat di TV ketika demonstansinya memanas, orang-orang bisa melepas masker mereka," kata Dr. Fauci.

"Kamu bisa saja berada di situasi yang bisa mendorong penyebaran infeksi dan itu sangat mengkhawatirkan," pungkasnya.

Kasus Virus Corona di dunia telah mencapai 6,8 juta kasus. AS masih berada di peringkat tertinggi dengan 1,9 juta kasus.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Gubernur New York Minta Demonstran Kasus George Floyd Jalani Tes Corona COVID-19

Demonstran Tiarap di Jalan
Anggota komunitas LGBTQ bersama pengunjuk rasa Black Lives Matter melakukan aksi tiarap di jalan dengan tangan seolah terikat di West Hollywood, California, Rabu (3/6/2020). Aksi menyimbolkan momen terakhir George Floyd saat lehernya ditindih lutut polisi Minneapolis pada 25 Mei. (AP/Richard Vogel)

Demonstrasi terjadi di sejumlah negara bagian Amerika Serikat memprotes kematian George Floyd oleh polisi Minnesota. Gubernur New York Andrew Cuomo mengungkap, demonstrasi itu dapat mempercepat penyebaran virus corona COVID-19.

Cuomo pun mendesak para pengunjuk rasa untuk menjalani tes COVID-19. Terlebih, hasil autopsi jasad George Floyd menyatakan pria keturuna Afrika-Amerika itu positif Virus Corona COVID-19. 

"Saya bukan orang yang suka panik, saya hanya melihat jumlahnya," kata Cuomo. Ia mencatat bahwa 30.000 diperkirakan hadir dalam aksi tersebut.

"Banyak yang menggunakan masker. Tetapi tidak ada jaga jarak sosial. Polisi ada di depan wajah mereka ... jika Anda ikut aksi tersebut, tolong ikuti tes," imbau Cuomo.

Pejabat di Chicago pekan ini menyampaikan kekhawatiran serupa dan meminta para demonstran untuk mengisolasi diri selama 14 hari. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya