Turki Tunjuk 3 Imam dan 5 Muazin untuk Ibadah Salat di Hagia Sophia

Turki telah menunjuk tiga imam untuk memimpin salat dan 5 muazin untuk mengumandangkan azan di Hagia Sophia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Jul 2020, 13:31 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2020, 12:59 WIB
Erdogan Berkunjung ke Masjid Hagia Sophia
Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengunjungi Hagia Sophia di Istanbul, Minggu (19/7/2020). Erdogan melakukan kunjungan mendadak ke bangunan kuno tersebut beberapa hari sebelum diselenggarakannya salat pertama usai Hagia Sofia diubah menjadi Masjid. (HO/TURKISH PRESIDENTIAL PRESS SERVICE/AFP)

Liputan6.com, Ankara- Turki telah menunjuk tiga imam untuk memimpin salat di Hagia Sophia pada 23 Juli 2020, sehari sebelum Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengikuti ibadah salat Jumat dengan ratusan jamaah lainnya di bangunan bersejarah yang kini djiadikan masjid itu.

Kepala otoritas agama Turki, Ali Erbas, mengumumkan pengangkatan bagi Mehmet Boynukalin, yang merupakan seorang profesor Hukum Islam di Universitas Marmara Istanbul. Lalu Ferruh Mustuer dan Bunjamin Topcuoglu, yaitu imam dari dua masjid Istanbul lainnya.

Selain itu, Ali Erbas juga menyebutkan lima muazin, yang akan mengumandangkan azan di situs bersejarah itu.

Sebanyak 17 ribu personel keamanan ditugaskan untuk menjaga keamanan ibadah salat pertama di Hagia Sophia pada Jumat 24 Juli.

Meskipun area mozaik yang menggambarkan tokoh-tokoh Kristen di Hagia Sophia akan ditutup selama ibadah salat, Presiden Erdogan mengatakan masjid itu akan tetap "terbuka untuk semua, penduduk setempat dan orang asing, baik Muslim dan non-Muslim," demikian seperti dikutip dari VOA News, Jumat (24/7/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:

Ragam Respons Terkait Perubahan Fungsi Hagia Sophia

Hagia Sophia
Kendaraan polisi berpatroli di depan Hagia Sophia di Istanbul pada 11 Juli 2020. Pemerintah Turki memutuskan untuk mengembalikan status Hagia Sophia menjadi masjid setelah difungsikan sebagai museum. (Ozan KOSE/AFP)

Hagia Sophia, yang merupakan situs yang terdaftar di UNESCO, pada awalnya adalah katedral Kristen Ortodoks yang diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman atas Istanbul pada 1453.

Situs bersejarah yang berusia hampir 1.500 tahun itu kemudian dibuat menjadi museum pada tahun 1934 oleh negarawan pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk.

Dalam dekret yang dikeluarkan Presiden Erdogan pada 10 Juli, ia menyatakan Hagia Sophia akan menjadi masjid dan memunculkan berbagai oposisi internasional. 

Menyusul dekret Presiden Erdogan, Paus Fransiskus menanggapi bahwa ia pun "sangat sedih" atas keputusan tersebut, dan Dewan Gereja-Gereja Sedunia juga menyatakan 'kesedihan dan kecemasan' mereka.

Selain itu, Kementerian kebudayaan Yunani menyebutkan keputusan itu sebagai hak yang "provokatif" bagi peradaban. Tak hanya itu, kekecewaan pun juga sempat datang dari Departemen Luar Negeri AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya