Pemimpin Gereja Diciduk karena Halangi Pencegahan Corona COVID-19 di Korsel

Pimpinan Gereja Yesus Shincheonji di Korsel ditangkap polisi karena menghalangi upaya pencegahan Virus Corona (COVID-19).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 01 Agu 2020, 14:09 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2020, 14:09 WIB
Pemimpin sekte Gereja Shincheonji Yesus, Lee Man-hee
Pemimpin sekte Gereja Shincheonji Yesus, Lee Man-hee berlutut dan membungkuk untuk meminta maaf kepada publik saat konferensi pers di Gapyeong, Senin (2/3/2020). Sebanyak 60 persen dari sekitar empat ribu kasus virus corona di Korea Selatan dikonfirmasi merupakan anggota gereja tersebut. (POOL/AFP)

Liputan6.com, Seoul - Pemimpin sekte gereja di Korea Selatan ditangkap polisi karena menghalangi upaya pencegahan Virus Corona (COVID-19). Sekte itu sempat menjadi klaster virus di Daegu.

Pria yang ditangkap adalah Lee Man-hee, pendiri dan pemimpin Gereja Yesus Shincheonji. Sekte itu mengadakan acara pada Februari lalu, akibatnya ribuan orang tertular corona.

Menurut laporan Yonhap, Sabtu (1/8/2020), Lee Man-hee ditangkap hari ini atas perintah pengadilan di Suwon, Seoul. Ia dituduh memalsukan dokumen terkait jumlah peserta acara Shincheonji yang menjadi hotspot corona.

Lee juga dituduh melakukan korupsi dana gereja sebesar 5,6 miliar won (Rp 68,8 miliar), serta melaksanakan acara tanpa izin pada 2015-2019.

"Ada ketidaksetujuan terkait beberapa dugaan kejahatan pelaku, tetapi beberapa tuduhan telah dipastikan. Selain itu, ada situasi-situasi yang mengindikasikan upaya sistematik untuk menghancurkan barang bukti," ujar Hakim Lee Myeong-chul.

Penahanan lantas dilakukan agar tak ada upaya penghancuran barang bukti.

Usia Lee Man-hee sudah 89 tahun dan punya penyakit kronis, akan tetapi ia masih bisa ditahan. Pada Maret lalu, ia sempat bersujud minta maaf di depan media massa karena klaster yang terjadi.

Gereja Shincheonji menjadi sorotan karena cabangnya di Daegu membuat sekitar 4.000 orang tertular corona. Totalnya, ada lebih dari 5.000 kasus corona terkait Shincheonji di Korsel.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, kasus corona di Korsel mencapai 14.336 kasus dengan 301 pasien meninggal. Mayoritas pasien meninggal di Korsel adalah lansia.

(1 won = Rp 12)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Update 1 Agustus: 17,5 Juta Kasus Corona COVID-19 di Seluruh Dunia

FOTO: Melihat Alat Pendukung Perawatan Pasien di RS Darurat COVID-19
Petugas memeriksa alat pendukung perawatan pasien virus corona COVID-19 di Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Minggu (22/3/2020). RS Darurat Penanganan COVID-19 dilengkapi dengan ruang isolasi, laboratorium, radiologi, dan ICU. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Jumlah kasus Virus Corona (COVID-19) sudah mencapai 17,5 juta kasus di seluruh dunia. Kasus tertinggi berasal dari AS dengan total 4,5 juta kasus.

Berdasarkan data terkini Johns Hopkins University, kasus tertinggi kedua berasal dadri Brasil dengan 2,6 juta kasus, kemudian India dengan 1,6 juta kasus. 

Pada daftar 10 negara dengan kasus corona tertinggi, mayoritas merupakan negara berkembang. Dua negara maju yang masuk 10 besar hanya AS dan Inggris.

Tes di AS adalah yang terbanyak di dunia. Data Covid Tracking menunjukan AS sudah melakukan 55,3 juta tes.

Negara-negara Timur Tengah mencatat kasus tinggi. Di Iran sudah ada 304 ribu kasus, kemudian di Arab saudi ada 275 ribu kasus, dan Irak mencatat 124 ribu kasus.

Total kasus sembuh di dunia sudah mencapai 10,2 juta. Angka sembuh tertinggi berasal di Brasil dengan 1,9 juta pasien sembuh.

Namun, angka kematian akibat corona juga tinggi. Totalnya ada 678 ribu pasien meninggal. Mayoritas berasal dari AS, Brasil, Mexico, Inggris, dan India.

Kasus di China mencapai 87 ribu kasus. Pemerintah melaporkan ada kenaikan kasus corona di Xinjiang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya