Liputan6.com, Washington, D.C. - Kasus Virus Corona (COVID-19) di seluruh dunia sudah tembus 28 juta kasus. Amerika Serikat masih mencatat kasus tertinggi dengan 6,3 juta kasus.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, Jumat (11/9/2020), total jumlah kematian di dunia akibat COVID-19 sudah menembus 907 ribu. Tiga negara dengan kematian tertinggi adalah AS, Brasil, dan India.
Advertisement
Baca Juga
Kasus COVID-19 tertinggi di Asia berada di India dengan 4,4 juta kasus. 75 ribu nyawa melayang akibat COVID-19.
Selanjutnya, pasien tertinggi di Eropa ada di Rusia yang genap memiliki 1 juta kasus. Jumlah kematian di Rusia lebih rendah dari India, yakni sekitar 15 ribu.
Di Afrika, jumlah pasien terbanyak berada di Afrika Selatan dengan 644 ribu kasus. Sementara, kasus tertinggi di Timur Tengah berada di Iran dengan total 395 ribu infeksi.
Beralih ke pasien sembuh, ada 18,8 juta pasien yang sembuh di seluruh dunia. Lima negara dengan kasus sembuh tertinggi adalah Brasil (3,6 juta), India (3,4 juta), AS (2,4 juta), Rusia (859 ribu), dan Afrika Selatan (573 ribu).
Kasus COVID-19 di China masih stabil dengan 90 ribu kasus. Sementara, kasus di Indonesia sudah tembus 207 ribu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
WHO Minta Dunia Tingkatkan Uji Klinis Guna Atasi Virus Corona COVID-19
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara untuk menyumbangkan sumber daya yang dapat mempercepat produk yang dapat membantu membendung pandemi Virus Corona COVID-19.
Program Akselerator ACT WHO sudah mendukung penelitian tentang potensi vaksin, obat-obatan dan diagnostik, menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia.Â
"Tapi kami perlu dengan cepat meningkatkan uji klinis, manufaktur, perizinan dan kapasitas regulasi sehingga produk ini dapat menjangkau orang-orang dan mulai menyelamatkan nyawa," katanya.Â
Sementara itu, beberapa waktu lalu uji klinis vaksin buatan Oxford sempat dihentikan lantaran adanya masalah keamanan.
Uji klinis terakhir untuk vaksin Virus Corona COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford telah ditunda, setelah seorang peserta mengalami reaksi negatif di Inggris.
AstraZeneca menggambarkannya sebagai jeda "rutin" dalam kasus "penyakit yang tidak dapat dijelaskan".
Vaksin AstraZeneca-Oxford University dipandang sebagai pesaing kuat di antara lusinan vaksin yang sedang dikembangkan secara global.
Semua situs uji coba internasional telah ditunda sementara penyelidikan independen meninjau data keamanan sebelum regulator memutuskan apakah uji coba dapat dimulai kembali.
"Dalam uji coba besar, penyakit akan terjadi secara kebetulan tetapi harus ditinjau secara independen untuk memeriksanya dengan hati-hati," kata juru bicara Universitas Oxford.
Ini adalah kedua kalinya uji coba vaksin virus corona Oxford ditunda. Peristiwa semacam itu rutin dalam uji coba besar, dan terjadi setiap kali sukarelawan dirawat di rumah sakit ketika penyebab penyakit mereka tidak segera terlihat.
Advertisement