Kisah Sukses Pelaku UMKM Indonesia Jualan Batik di Australia

berikut adalah kisah pengalaman pelaku UMKM Indonesia menjual batik hasil karyanya di Australia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Sep 2020, 20:55 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2020, 20:55 WIB
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)

Liputan6.com, Jakarta- Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM Indonesia di Australia, Methasari Damayanti, menceritakan pengalaman sukses dalam menjual hasil karya-karya batiknya di Australia. 

Metha menceritakan, ia memulai bisnis batiknya tersebut di Brisbane, Australia pada 2013. 

Metha mengaku ingin memperkenalkan Indonesia di mata dunia, melalui batik dan craft-nya. 

"Prinsip saya ada dua. Yang pertama adalah untuk Indonesia, saya ingin memperkenalkan Indonesia dalam batik dan craft, dan kedua saya ingin membantu sesamanya, terutama dari pekerja seni (Tanah Air)," kata Methasari Damayanti dalam acara Sharing Session yang digelar Liputan6.com dengan tema "Peluang Ekspansi Bisnis UMKM ke Pasar Australia" pada Jumat (11/9/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Memperhatikan Ketertarikan dari Berbagai Kalangan Usia

FOTO: Mengintip Proses Pembuatan Batik Kembang Mayang
Ibu rumah tangga menyelesaikan pembuatan batik kembang mayang di Kampung Batik, Kelurahan Larangan Selatan, Kota Tangerang, Banten, Rabu (26/8/2020). Di tempat yang menjadi destinasi wisata tersebut kita bisa melihat langsung pembuatan dan mengikuti pelatihan membatik. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Metha pun juga turut membagikan tipsnya dalam memulai bisnis batik di Australia. 

"Untuk bisa mulai berbisnis di negeri orang, kita perlu mengadakan pemantauan dalam arti, bagaimana selera mereka, bagaimana lifestyle mereka, lalu range harga berapa yang bila sekiranya produk tersebut dijual akan fast moving," jelas Metha.

"Jadi kalau kita sudah tau selera, lifestyle, dan range harga mereka, di situ kita bisa meng-create suatu karya yang sekiranya bisa sejalan dengan tiga hal tersebut," lanjutnya. 

Sementara mengenai selera, Metha mengatakan hal itu pun dapat beragam. Warga Australia di kalangan usia senior memiliki selera tersendiri dibanding yang lebih muda.

"Kalau soal selera, ini pun beragam. Karena untuk warga Australia sendiri yang usianya sudah cukup senior... mereka lebih suka batik yang klasik. Apalagi untuk orang-orang Australia sendiri yang sudah sering ke Indonesia," ujar Metha, seraya menambahkan, "Tetapi kalau untuk anak-anak mudanya, mereka cenderung memilih yang colorfull."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya