Jadi Sorotan, Dokter Kepresidenan Tutupi Kondisi Donald Trump usai Positif COVID-19?

Dokter kepresidenan menjadi sorotan terkait kondisi Presiden AS Donald Trump.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Okt 2020, 19:20 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2020, 17:37 WIB
[RAGAM] Foto Menarik Pekan Ini
Presiden AS Donald Trump saat berbicara dalam rapat umum kampanye di Bandara Internasional Duluth di Duluth, Minnesota pada 30 September 2020. (AP Photo / Alex Brandon)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Dokter kepresidenan di Amerika Serikat menjadi perhatian setelah Donald Trump positif COVID-19. Ada setidaknya tiga pernyataan dokter kepresidenan yang menjadi sorotan.

Pertama, dokter kepresidenan mengakui Trump sempat mendapatkan oksigen, namun sebelumnya tak menyatakan demikian. Kedua, dokter menyebut Trump bisa pulang pada Senin, dan ketiga, dokter mengizinkan Donald Trump mengadakan jumpa fans di depan rumah sakit padahal ia masih dalam perawatan.

Adakah kemungkinan dokter kepresidenan AS menutupi kondisi Donald Trump sebenarnya?

Pemerhati politik Amerika Serikat, Didin Nasirudin, tidak kaget apabila publik curiga, pasalnya Trump punya rekam jejak memberikan pernyataan tidak akurat.

Didin mengutip laporan The Washington Post bahwa Trump telah membuat 20 ribu pernyataan bohong atau menyesatkan selama menjadi presiden, selain itu Trump juga membuat 30 kebohongan pada debat capres kemarin. Donald Trump juga pernah berbohong ketika ingin mangkir dari wajib militer saat Perang Vietnam dulu.

"Jadi artinya dengan figur presiden yang punya histori sering berbohong, berbuat penyatan menyesatkan, apakah orang percaya dengan apa yang disampaikan lingkaran dalamnnya?" ujar Didin kepada Liputan6.com, Senin (5/10/2020).

"Selama itu disampaikan dokter kepresidenan, atau misalnya tim kampanyenya, atau orang dekatnya, mungkin orang pantas untuk meragukan. Jadi ada kemungkinan dokter presiden menyembunyikan kondisi sebenarnya," jelas Didin.

Guru Besar Politik International Universitas Pelita Harapan, Aleksius Jemadu, berkata kemungkinan para dokter juga tak bisa membendung ambisi politik Donald Trump

"Mungkin dokternya tidak berdaya terhadap determinasi dari Trump. Menurut kita kalau seseorang sudah dinyatakan positif dan dikarantina, tidak boleh dia lagi kumpul ke orang lain. Itu kan menularkan nanti. Tapi nyatanya dokternya tidak menghalangi," jelas Aleksius.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Perawatan COVID-19 Donald Trump Gunakan Remdesivir dan Steroid Dexamethasone

Presiden AS Donald Trump memakai masker di depan publik untuk pertama kalinya (AP PHOTO / Patrick Semansky)
Presiden AS Donald Trump memakai masker di depan publik untuk pertama kalinya (AP PHOTO / Patrick Semansky)

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dinyatakan positif COVID-19 pada Kamis 1 Oktober 2020. Dokter yang merawatnya kini memantau kondisi paru-paru Trump setelah menerima oksigen tambahan pada Minggu 4 Oktober.

Sejauh ini, dokter yang menangani mengatakan Trump telah menggunakan dua dosis obat antiviral intravena Remdesivir yang diresepkan untuk lima hari dan serta steroid deksametason yang biasanya digunakan pada kasus parah, Minggu pagi, melansir Channel News Asia. 

Dokter yang menangani Trump, Dr Sean P Conley, mengakui bahwa kadar oksigen dalam darah presiden berusia 74 itu  telah turun pada hari-hari sebelumnya dan dia mengalami demam tinggi pada Jumat pagi. Dokter juga mengakui bahwa kondisi Presiden AS itu lebih buruk daripada yang diungkapkan sebelumnya kemudian kembali membaik pada Minggu.

"Ada beberapa temuan yang sesuai ekspektasi, tetapi tidak ada masalah klinis yang besar," kata Conley kepada CNA.

Dr Amesh Adalja, spesialis penyakit menular di Universitas Johns Hopkins mengatakan bahwa berdasarkan keterangan dari Conley, sinar-X yang dilakukan pada Trump mengungkapkan beberapa tanda pneumonia.

“Ekspektasi temuannya adalah dia punya bukti pneumonia di rontgen. Kalau temuannya normal maka mereka cukup bilang normal,” kata Adalja. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya