Jumpa Fans Saat Positif COVID-19, Donald Trump Disebut Mabuk Politik

Pengamat politik luar negeri tertawa melihat kelakuan Donald Trump yang jumpa fans saat positif COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Okt 2020, 15:55 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2020, 15:04 WIB
Presiden AS Donald Trump temui fans di luar rumah sakit Walter Reed. Trump positif COVID-19.
Presiden AS Donald Trump temui fans di luar rumah sakit Walter Reed. Trump positif COVID-19. Dok: AP Photo/Carlos Vargas

Liputan6.com, Washington, D.C. - Meski positif COVID-19, Presiden Amerika Serikat Donald Trump tetap eksis di media sosial. Ia bahkan sempat menjumpai fansnya yang datang ke RS Walter Reed di Washington, DC. 

Presiden Trump dan sopirnya tampak memakai masker di dalam mobil. Ia melambai ke arah pendukungnya dan memberi acungan jempol. 

Dokter yang merawat presiden memberikan izin untuk jumpa fans tersebut, namun ada juga dokter yang protes. Pakar hubungan internasional menilai dokter kepresidenan AS tak berdaya menghadapi Trump. 

"Mungkin dokternya tidak berdaya terhadap determinasi dari Trump. Menurut kita kalau seseorang sudah dinyatakan positif dan dikarantina, tidak boleh lagi dia kumpul ke orang lain. Itu kan menularkan nanti. Tapi nyatanya dokternya tidak menghalangi," ujar Guru Besar Politik Internasional Universitas Pelita Harapan Aleksius Jemadu kepada Liputan6.com, Senin (5/10/2020).

"Kasihan sopirnya bisa kena nanti," imbuh dia.

Lebih lanjut, Aleksius menilai Donald Trump gagal memberikan pendidikan politik yang baik. Manuver Trump yang menjumpai fansnya saat sedang kena COVID-19 dinilai sebagai bentuk mabuk politik. 

"Mereka (rakyat) bingung apa-apaan presiden kita ini. Tidak menunjukan contoh bahwa kalau dikarantina ya sudah isolasi, jangan komunikasi. Ini dia malah tampil di depan umum. Pendukungnya juga begitu. Inilah, mabuk ini politik Amerika," kata Aleksius. 

Pandangan Aleksius senada dengan ucapan James P. Phillips yang merupakan dokter di Walter Reed dan Chief of Disaster Medicine di George Washington University. 

Phillips berkata tindakan Donald Trump merupakan kegilaan. Ia lantas menyerankan semua yang satu mobil dengan Trump agar karantina selama 2 minggu. 

"Mereka bisa saja sakit. Mereka bisa saja meninggal. Demi teater politik. Dikomandoi oleh Trump untuk mempertaruhkan nyawa mereka demi teater. Ini kegilaan," ujar Phillips.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Perawatan COVID-19 Donald Trump Gunakan Remdesivir dan Steroid Dexamethasone

Presiden AS Donald Trump memakai masker di depan publik untuk pertama kalinya (AP PHOTO / Patrick Semansky)
Presiden AS Donald Trump memakai masker di depan publik untuk pertama kalinya (AP PHOTO / Patrick Semansky)

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dinyatakan positif COVID-19 pada Kamis 1 Oktober 2020. Dokter yang merawatnya kini memantau kondisi paru-paru Trump setelah menerima oksigen tambahan pada Minggu 4 Oktober.

Sejauh ini, dokter yang menangani mengatakan Trump telah menggunakan dua dosis obat antiviral intravena Remdesivir yang diresepkan untuk lima hari dan serta steroid deksametason yang biasanya digunakan pada kasus parah, Minggu pagi, melansir Channel News Asia. 

Dokter yang menangani Trump, Dr Sean P Conley, mengakui bahwa kadar oksigen dalam darah presiden berusia 74 itu  telah turun pada hari-hari sebelumnya dan dia mengalami demam tinggi pada Jumat pagi. Dokter juga mengakui bahwa kondisi Presiden AS itu lebih buruk daripada yang diungkapkan sebelumnya kemudian kembali membaik pada Minggu.

"Ada beberapa temuan yang sesuai ekspektasi, tetapi tidak ada masalah klinis yang besar," kata Conley kepada CNA.

Dr Amesh Adalja, spesialis penyakit menular di Universitas Johns Hopkins mengatakan bahwa berdasarkan keterangan dari Conley, sinar-X yang dilakukan pada Trump mengungkapkan beberapa tanda pneumonia.

“Ekspektasi temuannya adalah dia punya bukti pneumonia di rontgen. Kalau temuannya normal maka mereka cukup bilang normal,” kata Adalja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya