Sejumlah Negara Diperkirakan Butuh Waktu Puluhan Tahun Pulih dari Pandemi COVID-19

Negara-negara tertentu diperkirakan akan membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih dari pandemi COVID-19, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 01 Des 2020, 14:57 WIB
Diterbitkan 01 Des 2020, 14:57 WIB
Minim Kasus COVID-19, Begini Aktivitas Warga Wuhan
Turis domestik dari provinsi Henan yang mengenakan masker wajah mengunjungi daerah di sebelah Sungai Yangtze di Wuhan (20/11/2020). Dari total 50.340 kasus yang positif di Wuhan, 3.869 orang telah meninggal dunia akibat Covid-19 dan yang sembuh 46.471 orang. (AFP/Hector Retamal)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Virus Corona COVID-19 mengakibatkan ekonomi global mengalami penurunan paling tajam sejak Depresi Hebat. 

Tetapi sementara semua orang mengalami kerugian dari sisi kesehatan, negara-negara termiskin di dunia yang akan merasakan dampak paling parah kecuali mereka menerima lebih banyak bantuan. 

Mengutip laman Channel News Asia, Selasa (1/11/2020), sekitar 1,5 miliar orang tinggal di negara berkembang berpenghasilan rendah, berjuang untuk mengatasi sistem kesehatan masyarakat yang lemah, kapasitas kelembagaan yang terbatas, dan dalam banyak kasus, tingkat utang yang tinggi.

Semua negara ini memasuki krisis dengan kemampuan terbatas untuk melawannya. 

Mereka menghadapi peningkatan kebutuhan belanja yang dramatis tepat ketika pandemi menyebabkan penurunan pendapatan dari pariwisata, pengiriman uang, dan harga komoditas.

Sementara tindakan untuk melindungi bisnis dan pekerja ekonomi maju berjumlah sekitar 20 persen dari PDB, dukungan di negara-negara berpenghasilan rendah ini hanya sekitar 2 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sebabkan Ketidakpastian

FOTO: Penularan COVID-19 di Kuwait Sentuh 138.337 Kasus, 857 Meninggal
Para petugas medis bersiap mengambil sampel usap dari para pengemudi di pusat tes COVID-19 lantatur (drive-thru) di Kegubernuran Farwaniya, Kuwait, 18 November 2020. Total kasus COVID-19 di Kuwait menjadi 138.337 dan kematian menjadi 857. (Xinhua/Asad)

Dengan tambahan sebanyak 115 juta orang yang berisiko jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem tahun ini, penurunan ekonomi yang dalam saat ini mengancam untuk membalikkan peningkatan standar hidup selama dua dekade.

Kerusakan saat ini akan berlangsung selama bertahun-tahun yang akan datang, karena anak-anak - terutama anak perempuan - mengalami putus sekolah, kualitas layanan kesehatan memburuk, dan tingkat pekerjaan tetap tertekan.

Ketidakamanan di negara-negara miskin diterjemahkan menjadi ketidakstabilan di seluruh dunia. Dan, yang lebih penting, krisis COVID-19 tidak akan pernah benar-benar berakhir sampai virus tersebut sepenuhnya hilang. 

Untuk itu, lembaga internasional dan donor bilateral harus membantu negara-negara miskin yang berupaya menciptakan kondisi ekonomi yang tepat untuk pemulihan di dalam negeri.

Dana Moneter Internasional terus memberikan bantuan teknis dan pelatihan langsung kepada para anggotanya, membantu pemerintah menangani hutang, meningkatkan pendapatan, dan mengelola keuangan publik untuk memastikan penyampaian layanan vital yang efektif, termasuk kesehatan. 

Belanda telah mendukung upaya-upaya ini dengan menyumbangkan dana tematik IMF yang berdedikasi dan jaringan pusat pengembangan kapasitas regional IMF di Afrika Sub-Sahara, Timur Tengah, dan Karibia. 

Tugas penting sekarang adalah membantu negara-negara berkembang berpenghasilan rendah mengatasi krisis saat ini dan memperkuat ketahanan untuk masa depan. 

Donor bilateral seperti Belanda melengkapi program pinjaman IMF dengan intervensi yang ditargetkan untuk kesehatan, pendidikan, dan penciptaan lapangan kerja, serta melalui program yang menangani perubahan iklim dan penghijauan ekonomi. 


Hutang Negara Membeludak

Potret Warga Permukiman Kumuh di India Jalani Tes Swab
Seorang pria menggendong putranya saat petugas kesehatan mengumpulkan sampel usap untuk menguji virus corona Covid-19 di daerah kumuh di Hyderabad (23/9/2020). Korban meninggal karena Covid-19 di India mencapai 90.000 lebih. (AFP/Noah Seelam)

Dunia perlu berbuat lebih banyak untuk membantu negara-negara dengan beban hutang yang tidak berkelanjutan. Bahkan sebelum pandemi, sekitar setengah dari negara berpenghasilan rendah berada dalam atau berisiko tinggi, kesulitan hutang. 

Sekarang banyak negara hanya memiliki akses terbatas, jika ada, ke pembiayaan pasar baru, mereka menghadapi pertukaran yang mengerikan antara mendukung rakyat mereka selama pandemi dan membayar hutang mereka.

Komunitas internasional telah mengambil beberapa langkah penting untuk mengatasi masalah ini.

Dengan dukungan dari 13 donor bilateral, termasuk Belanda, IMF telah memberikan keringanan utang selama satu tahun sekitar US $ 500 juta kepada 29 anggota termiskinnya, dan sekarang sedang mencari sumber daya tambahan untuk memperpanjang bantuan ini setelah April 2022.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya