Liputan6.com, Jakarta - Duta besar Myanmar yang baru diangkat untuk PBB telah mengundurkan diri. Ia mengatakan bahwa pendahulunya - yang dipecat oleh pemerintah militer - terus mewakili negara itu, juru bicara PBB mengatakan pada Kamis 4 Maret, perubahan terbaru dalam pertikaian diplomatik Myanmar.Â
Militer, yang menggulingkan para pemimpin sipil Myanmar dan merebut kekuasaan di negara Asia Tenggara itu pada 1 Februari, telah memecat Kyaw Moe Tun pada Sabtu 27 Februari sehari setelah dia secara spektakuler memutuskan hubungan dengan pemerintah militer dan memohon kepada Majelis Umum untuk membantu memulihkan demokrasi. Demikian seperti melansir Channel News Asia, Jumat (5/3/2021).Â
Advertisement
Para jenderal mengangkat wakilnya, Tin Maung Naing sebagai gantinya.
Tetapi pada hari Kamis juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan misi Myanmar telah mengirimkan komunikasi yang menginformasikan kepada badan tersebut bahwa Tin Maung Naing "telah menyerahkan surat pengunduran dirinya ... mengingat bahwa Kyaw Moe Tun tetap menjadi perwakilan tetap Myanmar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa".
Langkah itu dilakukan setelah perselisihan yang membuat Kyaw Moe Tun menulis kepada presiden Majelis Umum PBB pada hari Senin untuk menegaskan kudeta itu "melanggar hukum" dan oleh karena itu militer tidak memiliki wewenang untuk menggulingkannya.
"Karena itu saya ingin mengkonfirmasikan kepada Anda bahwa saya tetap menjadi wakil tetap Myanmar untuk PBB," tambahnya.
Â
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Perwakilan Myanmar di PBB
Pada hari Selasa, kementerian luar negeri Myanmar mengirim catatan verbale ke PBB, mengklaim Kyaw Moe Tun telah dicopot.
Hari itu Dujarric mengatakan PBB sedang memeriksa dua surat "kontradiktif" itu, ketika badan tersebut menekankan sifat tidak biasa dari situasi tersebut dan mengatakan akreditasi PBB dan komite protokol akan menyelidiki masalah tersebut.
Mereka pada akhirnya dapat merujuknya ke Majelis Umum untuk mendapatkan suara mayoritas sederhana.
Keputusan itu jauh jangkauannya karena itu berarti mengakui atau tidak, siapa yang memegang kekuasaan di Myanmar.
Sejak Selasa, Kyaw Moe Tun telah mengadakan pertemuan dengan mitranya dari Uni Eropa dan perwakilan Amerika Serikat, yang menegaskan kembali dukungan mereka.
Advertisement