Netanyahu Lengser, PM Baru Israel Naftali Bennett Janjikan Persatuan Bangsa

PM baru Israel Naftali Bennett menjanjikan persatuan bangsa usai Benjamin Netanyahu lengser.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Jun 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2021, 07:00 WIB
PM Israel Naftali Bennett. (Xinhua/JINI)
PM Israel Naftali Bennett. (Xinhua/JINI)

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri baru Israel, Naftali Bennett, telah berjanji untuk menyatukan bangsa yang dilanda kebuntuan politik selama bertahun-tahun.

Naftali Bennett mengatakan pemerintahnya akan "bekerja demi semua orang", dan menambahkan bahwa prioritasnya adalah reformasi di bidang pendidikan, kesehatan dan pemotongan birokrasi.

Melansir BBC, Senin (14/6/2021), nasionalis sayap kanan tersebut akan memimpin koalisi partai-partai yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memenangkan mosi tidak percaya dengan selisih tipis hanya satu kursi pada Minggu (13/6).

Dia menggantikan Benjamin Netanyahu, yang dipaksa mundur dari jabatannya setelah 12 tahun.

Bennett, pemimpin partai Yamina, akan menjadi perdana menteri hingga September 2023 sebagai bagian dari kesepakatan pembagian kekuasaan.

Dia kemudian akan menyerahkan kekuasaan kepada Yair Lapid, kepala partai Yesh Atid yang berhaluan tengah, untuk dua tahun lagi.

Netanyahu Lengser Usai 12 Tahun Berkuasa

Perdana Menteri baru Israel Naftali Bennett berjabat tangan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama sesi Knesset di Yerusalem pada 13 Juni 2021. (Foto: AP/Ariel Schalit)
Perdana Menteri baru Israel Naftali Bennett berjabat tangan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama sesi Knesset di Yerusalem pada 13 Juni 2021. (Foto: AP/Ariel Schalit)

Netanyahu menjabat selama lima periode, pertama dari 1996 hingga 1999, kemudian terus menerus dari 2009 hingga 2021.

Dia mengadakan pemilihan pada April 2019 tetapi gagal memenangkan cukup dukungan untuk membentuk pemerintahan koalisi baru. 

Setelah yang ketiga, ia membentuk pemerintah persatuan nasional dengan pemimpin oposisi saat itu Benny Gantz, tetapi kesepakatan itu gagal dan Israel kembali ke tempat pemungutan suara pada bulan Maret.

Likud muncul sebagai partai terbesar, tetapi setelah Netanyahu kembali tidak dapat membentuk pemerintahan, tugas itu diberikan kepada Lapid, yang partainya berada di urutan kedua. 

Oposisi terhadap Netanyahu yang tetap berkuasa telah tumbuh, tidak hanya di antara kiri dan tengah, tetapi juga di antara partai-partai sayap kanan yang biasanya secara ideologis bersekutu dengan Likud, termasuk Yamina.

Meskipun Yamina berada di urutan kelima dalam pemilihan dengan hanya tujuh kursi, dukungannya sangat penting. 

Setelah berminggu-minggu negosiasi, Lapid membawa Yamina bergabung sebagai bagian dari konstelasi partai-partai yang satu-satunya tujuan bersama adalah mencopot Netanyahu dari jabatannya.

Perjanjian yang melibatkan delapan faksi dengan 61 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas ditandatangani pada 2 Juni, hanya setengah jam sebelum tenggat waktu akan berakhir, secara efektif melengserkan Netanyahu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya