Liputan6.com, Latvia - Para ilmuwan telah mengidentifikasi calon kandidat baru untuk pasien nol dalam wabah Black Death atau Wabah Maut Hitam yang melanda Eropa pada tahun 1300-an.
Dikutip dari BBC, Rabu (30/6/2021), seorang pria yang meninggal lebih dari 5.000 tahun yang lalu di Latvia menunjukan bukti bahwa ia yang paling awal diketahui terinfeksi dengan jenis penyakit tersebut. Atau disebut sebagai pasien nol atau pasien pertama.
Baca Juga
Wabah Maut Hitam di Eropa memusnahkan sebanyak setengah dari populasi benua tersebut dan terus menyerang secara teratur selama beberapa abad.
Advertisement
"Sampai sekarang ini adalah korban wabah tertua yang kami miliki," kata Dr Ben Krause-Kyora dari Universitas Kiel, Jerman, tentang jasad pria berusia 5.300 tahun itu.
Pria itu dimakamkan bersama tiga orang lainnya di situs pemakaman Neolitik di tepi Sungai Salac, Latvia, yang mengalir ke Laut Baltik.
Â
Diuji dari Tulang dan Gigi
Para peneliti mengurutkan DNA dari tulang dan gigi keempat individu yang diuji untuk bakteri dan virus.
"Ia kemungkinan besar digigit oleh hewan pengerat, mendapat infeksi utama Yersinia pestis dan meninggal beberapa hari kemudian -- mungkin seminggu kemdian -- karena syok septik," kata Dr Krause-Kyora.
Penemuan itu membuat para peneliti menyarankan bahwa strain kuno itu muncul sekitar tujuh ribu tahun yang lalu, ketika pertanian mulau muncul di Eropa tengah.
Mereka berpikir bakteri mungkin melompat secara sporadis dari hewan ke manusia tanpa menyebabkan wabah besar.
Seiring waktu, bakteri tersebut menyesuaikan diri untuk menginfeksi manusia dan akhirnya berkembang menjadi bentuk yang dikenal sebagai wabah pes, yang disebarkan oleh kutu dan mengamuk melalui Eropa di abad pertengahan -- menyebabkan jutaan kematian.
Ada gagasan bahwa jenis wabah awal itu lambat menyebar menantang banyak teori tentang perkembangan peradaban manusia di Eropa dan Asia sehingg menimbulkan keraguan pada hipotesis bahwa penyakit tersebut menyebabkan penurunan populasi yang besar di Eropa Barat pada akhir Zaman Neolitik.
Peneliti lain menyambut baik penelitian ini, tetapi mengatakan tidak menutup kemungkinan wabah ini telah menyebar luas di Eropa saat ini.
Biasanya, manusia yang terjangkit wabah ini digigit oleh kutu tikus yang membawa bakteri wabah atau dengan menangani hewan yang sudah terinfeksi.
Sampai saat ini, penyakit ini masih ada namun dapat diobati dengan antibiotik jika diketahui sejak awal.
Â
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement