Prancis Diprediksi Dilanda Gelombang Keempat COVID-19 Akibat Varian Delta

Banyak ahli juga berpendapat bahwa gelombang keempat dapat melanda Prancis pada September atau Oktober tahun ini.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 06 Jul 2021, 12:31 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 12:31 WIB
Kasus Kematian Corona di Prancis
Seorang perempuan yang mengenakan masker berjalan-jalan di Istana Trocadero tak jauh dari Menara Eiffel di Paris, 10 Juli 2020. Dengan 25 kematian baru yang dicatat dalam 24 jam terakhir, jumlah kematian terkait corona COVID-19 di Prancis naik menjadi 30.004 pada Jumat (10/7). (Xinhua/Gao Jing)

Liputan6.com, Paris - Prancis kemungkinan akan menghadapi gelombang keempat virus COVID-19. Hal ini dikarenakan kebangkitan kasus yang disebabkan oleh varian Delta yang pertama kali ditemukan di India.

Prediksi ini diungkapkan oleh penasihat ilmiah terkemuka pemerintah Prancis Profesor Jean-François Delfraissy, demikian dikutip dari laman France24, Selasa (6/7/2021).

Namun demikian, Delfraissy menambahkan bahwa peluncuran vaksin COVID-19 akan membantu mengurangi efek gelombang baru virus ini.

Banyak ahli juga berpendapat bahwa gelombang keempat dapat melanda Prancis pada September atau Oktober tahun ini.

"Saya pikir kita akan memiliki gelombang keempat, tetapi akan jauh lebih moderat daripada tiga gelombang sebelumnya karena tingkat vaksinasi berbeda dibandingkan sebelumnya," kata Delfraissy kepada radio France Info.

Ahli epidemiologi Prancis Arnaud Fontanet, yang juga memberi nasihat kepada pemerintah Prancis tentang masalah ilmiah, mengatakan kepada BFM TV bahwa ia memperkirakan jumlah infeksi COVID-19 Prancis akan meningkat lagi pada September atau Oktober.

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan, awal pekan ini bahwa varian Delta, yang penyebaran cepatnya ke seluruh dunia telah menyebabkan beberapa negara memberlakukan kembali pembatasan perjalanan, sekarang mewakili sekitar 20 persen kasus COVID-19 di Prancis.

Uni Eropa Minta Masyarakat Tak Lengah pada COVID-19 Varian Delta

Prancis Menutup Kedatangan Pelancong Non-Uni Eropa
Penumpang dari Taiwan yang mengenakan APD lengkap tiba di Bandara Paris Charles de Gaulle di Roissy, Paris, Senin (1/2/2021). Prancis telah menutup perbatasannya untuk mayoritas negara non-Uni Eropa akibat situasi pandemi dan kekhawatiran penyebaran varian baru Covid-19. (AP Photo/Francois Mori)

Sementara itu, Wakil presiden dari Komisi Uni Eropa memperingatkan agar masyarakat jangan terlena terkait dengan pandemi COVID-19.

Hal itu diungkapkan ketika varian Delta yang sangat menular dan pertama ditemukan di India, terus menyebar di benua Eropa.

Dalam pertemuan komite parlemen Uni Eropa, Wakil Presiden Komisi Eropa Margaritis Schinas mengatakan, sebuah buletin dari Pusat Eropa untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (European Center for the Disease Prevention and Control/ECDC), menunjukkan varian Delta diduga akan mencapai 70 persen dari semua kasus baru di Eropa pada Agustus, dan 90 persen pada akhir bulan itu.

Schinas mengatakan, skenario model yang dikembangkan oleh ECDC menunjukkan bahwa melonggarkan pembatasan yang diberlakukan akibat virus corona akan mengarah ke peningkatan signifikan dalam kasus per hari di semua kelompok usia, disertai peningkatan opname di rumah sakit dan kemungkinan kematian.

Schinas menambahkan, dia mengkhawatirkan keputusan untuk mengizinkan stadion Wembley di London menyelenggarakan pertandingan final kejuaraan sepak bola Eropa pada kapasitas yang tinggi.

Dia mengatakan, mengingat permbatasan perjalanan dari Inggris ke Eropa, seharusnya ada keputusan yang simetris diterbitkan dari pihak Inggris.

“Saya berpendapat UEFA (Uni Sepak Bola Eropa) sebaiknya secara hati-hati mengkaji keputusannya," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya