Liputan6.com, Bangkok - Dokumen rahasia Kementerian Kesehatan di Kerajaan Thailand bocor ke publik. Isinya meminta agar tenaga kesehatan diberikan vaksin Pfizer.
Dilaporkan CNN, Selasa (6/7/2021), dokumen ini telah dikonfirmasi Menkes Thailand Anutin Charnvirakul, meski dibantah pejabat senior Opas Karnkawinpong dari Departemen Pengendalian Penyakit.
Advertisement
Baca Juga
Memo interal itu bertuliskan berbagai macam pandangan terkait vaksinasi. Salah satunya adalah agar nakes juga diberikan vaksin Pfizer.
Permintaan itu diberikan oleh para pakar kesehatan prominen di Thailand, termasuk pejabat top dewan kesehatan negara tersebut.
Namun, dokumen itu menyebut ada pejabat yang meminta agar vaksinasi tambahan dengan Pfizer jangan dilakukan. Alasannya, karena takut vaksin Sinovac dianggap tidak efektif.
Mayoritas nakes di Thailand sudah mendapatkan vaksin Sinovac. Menurut studi, dua dosis Sinovac efektif melawan kematian dan gejala parah COVID-19. Anutin juga berkata vaksin Sinovac ampuh melebihi standar.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
IDI Usulkan Tenaga Kesehatan Disuntik Vaksin Sinovac Tiga Kali
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Slamet Budiarto meminta tenaga kesehatan dilakukan tiga kali vaksin Sinovac.
Menurut dia, banyak tenaga kesehatan yang sudah terinfeksi Covid-19 tetap mengalami gejala berat.
"Kami mengusulkan agar tenaga kesehatan itu dilakukan vaksin yang ketiga, karena banyaknya dokter dan nakes yang sudah terinfeksi dua kali, tapi dia mengalami kesakitan yang sedang dan berat bahkan meninggal dunia," katanya dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI melalui virtual, Senin (5/7/2021).
"Vaksin Sinovac tiga kali untuk tenaga kesehatan," kata dia.
Slamet mengungkapkan, bahwa efikasi vaksin Sinovac sebesar 65 persen berbeda dengan World Health Organization (WHO). Dia bingung, mana efikasi vaksin Sinovac yang benar.
"Kita tidak tahu efikasi Sinovac yang sebenarnya versi WHO menyatakan bahwa efikasi ini 51 persen, tapi versi kita 65 persen, Brasil juga 50 persen," ungkap dia.
Maka dari itu, ia mendorong tenaga kesehatan divaksin tiga kali. Dia ingin pelayanan kesehatan berjalan optimal.
"Jadi hemat kami, tenaga kesehatan itu harus kita lindungi karena kalau dalam pelayanan kesehatan sakit otomatis dia tidak bisa melayani pasien dan yang dirugikan adalah pasien. Ini adalah demi kemanusiaan," kata Slamet.
Advertisement