Liputan6.com, Washington, DC - Varian Delta kini sudah dominan di Amerika Serikat (AS). Sudah lebih dari 80 persen kasus COVID-19 berasal dari varian tersebut.Â
Dilaporkan VOA Indonesia, Rabu (21/7/2021), pemimpin CDC menyatakan kasus virus corona varian delta terus mengalami lonjakan dan mencapai sekitar 83 persen dari infeksi COVID-19 di AS.
Advertisement
Baca Juga
Ini merupakan peningkatan dramatis daridua minggu yang lalu, ketika varian delta itu mencapai sekitar 50Â persen dari kasus virus corona yang memiliki urutan genetik.
"Cara terbaik untuk mencegah penyebaran varian COVID-19 adalah mencegah penyebaran penyakit itu. Vaksinasi merupakan alat paling ampuh yang kita miliki," kata Dr. Rochelle Walensky, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), pada sebuah sidang dengar di Senat AS hari Selasa (20/7).
Varian delta merupakan hasil dari mutasi virus corona, serta lebih mudah menyebar dibandingkan varian lainnya. Varian ini pertama kali terdeteksi di India namun sekarang telah diidentifikasi di seluruh dunia.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Varian Delta COVID-19 Bukan Lelucon
Sebelumnya, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menegaskan agar masyarakat tidak main-main dalam menyikap varian COVID-19 delta. Ia pun meminta rakyat agar segera divaksin.Â
"Varian Delta bukanlah lelucon. Segeralah divaksin," ujar Wapres Kamala Harris mealui Twitter, dikutip Senin (19/7).Â
Kamala Harris telah disuntik vaksin Moderna pada awal 2021. Namun, kemarin ia sempat bertemu sekelompok anggota dewan dari Texas yang kabur ke Washington DC karena ingin menggagalkan voting RUU pencoblosan di Texas.Â
Hingga Rabu ini, sudah ada enam dari anggota dewan itu ternyata dilaporkan positif COVID-19. Wapres Kamala sudah tes COVID-19 dan hasilnya negatif.
Â
Advertisement