Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan laporan dari Bank Dunia, populasi dunia pada tahun 2019 mencapai sekitar 7,6 miliar. Sedangkan pada Januari 2021, PBB memperkirakan terdapat 7,8 miliar orang di Bumi pada Januari 2021. Kini populasi global meningkat sekitar 90 juta per tahun.
Menurut statistik, jumlah wanita dan pria yang membentuk populasi dunia hampir sama, meskipun jumlah pria sedikit lebih dibandingkan wanita. Sebagaimana perkiraan PBB tahun 2015, wanita menyumbang sekitar 49,6% dari total populasi global.
Meskipun rasio jenis kelamin manusia hampir 1:1, populasi perempuan dan laki-laki tidak merata secara global. Di beberapa negara, jumlah wanita jauh melebihi jumlah pria. Bahkan lebih dari 100 negara lebih banyak memiliki wanita daripada pria.
Advertisement
Sepuluh negara teratas wanita terbanyak memiliki setidaknya 53% dari populasi. Beberapa negara tersebut antara lain Nepal (54,4%), Latvia (54,0%), dan Lithuania (53,7%), Ukraina (53,7%) dan Rusia (53,7%). Beberapa faktor bisa terjadi akibat usia wanita yang memungkinkan lebih lama hidup dan para pria yang gugur dalam peperangan.
Namun, rasio gender nyatanya berdampak pada masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Perbedaan jumlah pria dan wanita di suatu negara memungkinkan distribusi sumber daya yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spesifik gender. Selain alokasi sumber daya, di negara dan masyarakat dengan ketidakseimbangan gender yang lebih tinggi. Data gender menjadi dasar untuk menyelidiki penyebab ketidakseimbangan dan kemungkinan faktor mitigasi yang dapat membantu mengurangi kesenjangan gender.
Berikut daftar negara dengan populasi wanita terbanyak di dunia, seperti dikutip dari World Atlas pada Selasa (24/8/2021):
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Nepal
Menurut Bank Dunia, perempuan Nepal menyumbang 54,4% dari total populasi, yang berarti terdapat sekitar 15,6 juta perempuan dan 13 juta laki-laki di Nepal. Menurut statistik, ada 83,8 pria untuk setiap 100 wanita di Nepal.
Meskipun Nepal adalah masyarakat yang didominasi patriarki, ada lebih dari dua juta lebih banyak wanita daripada pria. Salah satu alasannya adalah harapan hidup yang lebih tinggi saat lahir pada perempuan.
Harapan hidup rata-rata di Nepal adalah 71 tahun. Namun, harapan hidup laki-laki adalah 70,4 tahun, sedangkan perempuan adalah 71,6 tahun. Oleh karena itu, wanita cenderung hidup lebih lama daripada pria.
Selain harapan hidup yang lebih tinggi, lebih banyak pria Nepal dalam usia kerja yang bermigrasi ke luar negeri untuk mencari pekerjaan, meninggalkan wanita, anak laki-laki dan pria lanjut usia. Data pemerintah sebanyak 1.500 orang Nepal mayoritas pria meninggalkan Nepal setiap hari, yang rata-rata bermigrasi ke India.
Advertisement
2. Negara-negara di Benua Eropa
Benua Eropa mencatat sebanyak 8 dari 10 negara teratas dengan lebih banyak wanita daripada pria, terutama di Eropa Timur. Di sebagian besar daerah bekas republik Soviet dan negara-negara sekutu di Eropa timur, jumlah wanita jauh lebih banyak daripada pria. Misalnya, proporsi wanita di Latvia adalah 54%, Lithuania 53,7%, Ukraina 53,7%, Rusia 53,7%, dan Belarus 53,5%.
Padahal anak laki-laki yang baru lahir melebihi jumlah anak perempuan yang baru lahir. Namun, sekitar usia 25-30 dan seterusnya, jumlah wanita melebihi pria. Di Rusia, misalnya, ada 86 pria untuk setiap 100 wanita, sedangkan di Latvia, ada 84,6 pria untuk setiap 100 wanita.
Ketidakseimbangan gender di sebagian besar bekas republik dan sekutu Soviet memiliki asal usul sejarah. Pada tahun-tahun awal (akhir abad ke-19), jumlah pria hampir menyamai jumlah wanita. Misalnya, Rusia memiliki sekitar 98 pria untuk setiap 100 wanita dalam sensus pertamanya pada tahun 1897. Namun, beberapa peristiwa di awal hingga pertengahan abad ke-20 berkontribusi pada peningkatan kesenjangan gender, termasuk kelaparan, Perang Dunia, Perang Saudara Rusia dan tragedi "Great Terror".
Perang Dunia II memiliki efek yang paling menghancurkan pada populasi Uni Soviet. Sebagaimana pria memiliki keterlibatan lebih banyak dalam militer sebagai pejuang garis depan. Beberapa dari mereka gugur di medan perang.
Pada tahun 1959, Uni Soviet memiliki sekitar 82 pria untuk setiap 100 wanita. Negara-negara yang terlibat langsung dalam Perang, seperti Ukraina, memiliki hingga 72 pria untuk setiap 100 wanita. Namun, sebelum Uni Soviet runtuh pada tahun 1989, Uni Soviet memiliki 89 pria per 100 wanita. Transisi tiba-tiba dari negara-negara bekas anggota Soviet dan republik-republik sekutu lainnya dari ekonomi sosialis ke ekonomi pasar.
Setelah runtuhnya Uni Soviet juga menyebabkan kemerosotan ekonomi di negara-negara ini. Akibatnya, populasi menderita dan stres yang disebabkan oleh perubahan yang tidak menguntungkan tersebut mendorong tingginya konsumsi alkohol dan merokok hingga menyebabkan peningkatan angka kematian terhadap pria.
Tingginya tingkat emigrasi pria ke negara lain untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dan berpenghasilan tinggi, juga menurunkan jumlah pria terhadap populasi negara-negara tersebut. Pengaruh migrasi penduduk terhadap rasio gender suatu negara juga mudah terlihat di negara-negara di mana jumlah pria melebihi wanita seperti UEA, Qatar, dan Oman. Di negara-negara ini, tingginya tingkat imigrasi pekerja laki-laki dari negara lain telah mendukung rasio gender terhadap populasi laki-laki.
3. El Salvador
Negara Amerika Tengah ini berpenduduk sekitar 6,45 juta jiwa, dimana 3,43 juta atau 53,2% di antaranya adalah perempuan.
Data statistik terbaru, untuk setiap 88 pria, ada 100 wanita El Salvador. Rasio laki-laki dan perempuan di negara itu turun secara bertahap dari 97 laki-laki untuk setiap 100 perempuan pada tahun 1950 ke rasio saat ini. Harapan hidup yang tinggi di antara perempuan dan tingkat emigrasi yang tinggi di antara laki-laki telah disebut-sebut sebagai kemungkinan penyebab perbedaan gender di El Salvador.
Advertisement
4. Konsekuensi Ketidakseimbangan Gender
Ada konsekuensi sosial yang merugikan dari perbedaan gender, yang menghadirkan risiko bagi struktur keluarga, perempuan, laki-laki, dan masyarakat. Salah satu konsekuensinya adalah tingginya jumlah perempuan yang belum menikah. Sebagian besar membuat kebanyakan wanita akan tetap melajang akibat kurang cukupnya pria untuk menikahi mereka.
Beberapa dari wanita yang tetap menikah pun kemungkinan berakhir pada sistem pernikahan poligami. Bahkan beberapa wanita yang putus asa untuk menikah memicu menjadi korban perdagangan manusia, pelecehan seksual, dan perbudakan.
Untuk memperbaiki ketidakseimbangan gender, beberapa negara dan masyarakat telah mengadopsi metode yang mendiskriminasi anak perempuan dan perempuan dewasa. Pembunuhan bayi dan aborsi yang memicu “missing women”.
Missing women menunjukkan kurangnya jumlah perempuan pada negara tersebut akibat perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu diharapkan tak ada segala bentuk diskriminasi jenis kelamin, aborsi, penganiayaan dan penelantaran anak.
5. 106 Negara dengan Populasi Wanita Terbanyak di Dunia
Berikut persentase selengkalnya populasi wanita dari total populasi negara:
1. Nepal 54.4%
2. Latvia 54.0%
3. Lituania 53.7%
4. Ukraina 53.7%
5. Rusia 53.7%
6. Belarusia 53.5%
7. El Salvador 53.2%
8. Armenia 53.0%
9. Estonia 52,7%
10. Portugal 52,7%
11. Hongaria 52.4%
12. Georgia 52,3%
13. Zimbabwe 52,3%
14. Moldova 52.1%
15.Sri Lanka 52.0%
16 Kroasia 51.8%
17. Myanmar 51.8%
18. Antigua dan Barbuda 51.8%
19. Guinea 51.7%
20. Uruguay 51.7%
21. Botswana 51.6%
22. Barbados 51.6%
23. Prancis 51.6%
24. Polandia 51.5%
25. Namibia 51.5%
26. Kazakstan 51.5%
27. Mozambik 51.4%
28. Bulgaria 51.4%
29. Bahama 51.4%
30. Rumania 51.4%
31. Italia 51.3%
32. Slowakia 51.3%
33. Thailand 51.3%
34. Senegal 51.2%
35. Argentina 51.2%
36. Kamboja 51.2%
37. Jepang 51.2%
38. Guinea-Bissau 51.1%
39. Korea Utara 51.1%
40. Meksiko 51.1%
41. Bosnia dan Herzegovina 51.0%
42. Serbia 51.0%
43. Eswatini 51.0%
44. Yunani 50.9%
45. Kolombia 50.9%
46. Spanyol 50.9%
47. Rwanda 50.9%
48. Brasil 50.8%
49. Selandia Baru 50.8%
50. Kiribati 50.8%
51. Republik Ceko 50.8%
52. Turkmenistan 50.8%
53. Austria 50.8%
54. St. Lucia 50.8%
55. Venezuela 50.7%
56. Guatemala 50.7%
57. Uganda 50.7%
58. Afrika Selatan 50.7%
59. Nikaragua 50.7%
60. Chili 50.7%
61. Finlandia 50.7%
62. Mongolia 50.7%
63. Malawi 50.7%
64. Lesotho 50.7%
65. Haiti 50.7%
66. Turki 50.6%
67. Mauritius 50.6%
68. Inggris Raya 50.6%
69. Jerman 50.6%
70. Trinidad dan Tobago 50.6%
71. Montenegro 50.6%
72. Kirgistan 50.5%
73. Angola 50.5%
74. Amerika Serikat 50.5%
75. Belgia 50.5%
76. Zambia 50.5%
77. Republik Afrika Tengah 50.4%
78. Tunisia 50.4%
79. Swiss 50.4%
80. Gambia 50.4%
81. Burundi 50.4%
82. Maroko 50.4%
83. Irlandia 50.4%
84. Kanada 50.4%
85. Jamaika 50.4%
86. Kuba 50.3%
87. Peru 50.3%
88. Kenya 50.3%
89. Denmark 50.3%
90. Israel 50.3%
91. Togo 50.3%
92. Belize 50.2%
93. Slovenia 50.2%
94. Australia 50.2%
95. Belanda 50.2%
96. Somalia 50.1%
97. Uzbekistan 50.1%
98. Madagaskar 50.1%
99. Sierra Leone 50.1%
100. Republik Demokratik Kongo 50.1%
101. Vietnam 50.1%
102. Cad 50.1%
103. Azerbaijan 50.1%
104. Benin 50.1%
105. Burkina Faso 50.1%
106. Republik Kongo 50.1%
Reporter: Bunga Ruth
Advertisement