Taliban Minta Kongres AS Cairkan Aset Afghanistan

Taliban menulis surat terbuka yang ditujukan kepada Kongres Amerika Serikat (AS), memperingatkan potensi eksodus pengungsi massal dari Afghanistan.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2021, 08:04 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2021, 08:04 WIB
FOTO: Cari Dukungan Internasional, Taliban Temui Diplomat Asing di Qatar
Delegasi Taliban Shahabuddin Delawar (kiri), Mullah Abdul Ghani Baradar, dan Khairullah Khairkhwa (kanan) bertemu diplomat asing di Doha, Qatar, Selasa (12/10/2021). Taliban mencari pengakuan serta bantuan untuk menghindari bencana kemanusiaan usai kembali berkuasa di Afghanistan. (KARIM JAAFAR/AFP)

Liputan6.com, Kabul - Menteri Luar Negeri Taliban, pada Rabu (17/11), menulis surat terbuka yang ditujukan kepada Kongres Amerika Serikat (AS), memperingatkan potensi eksodus pengungsi massal dari Afghanistan yang dapat terjadi, kecuali jika Amerika mencairkan lebih dari sembilan miliar dolar aset Bank Sentral Afghanistan dan mengakhiri sanksi-sanksi keuangan lain terhadap negara itu.

Amir Khan Muttaqi menulis bahwa sanksi-sanksi itu "tidak hanya menimbulkan kekacauan" pada perdagangan dan bisnis, tetapi juga bantuan kemanusiaan yang sedianya dapat diberikan pada jutaan warga Afghanistan yang kini putus asa.

Kantor Muttaqi di Kabul merilis salinan surat itu dalam beberapa bahasa termasuk bahasa Inggris, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (19/11/2021).

Muttaqi mengatakan, pemerintah Taliban telah berhasil membawa stabilitas politik dan keamanan di Afghanistan sejak kembali berkuasa pada 15 Agustus lalu, tetapi masalah ekonomi yang ada terus memperburuk tantangan kemanusiaan yang dihadapi.

"Saat ini tantangan mendasar rakyat kami adalah keamanan finansial, dan akar kekhawatiran ini ditujukan pada pembekuan aset-aset rakyat kami oleh pemerintah Amerika Serikat," tambah kepala diplomat Afghanistan itu.

"Kami sangat prihatin jika situasi itu terus berlanjut, maka pemerintah dan rakyat Afghanistan akan menghadapi masalah, dan akan menjadi penyebab (terjadinya) migrasi massal di kawasan dan dunia," tambahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sekitar 300.000 Warga Afghanistan Mengungsi ke Iran

Denyut Ekonomi Afghanistan usai Berkuasanya Taliban
Orang-orang berlalu-lalang di jalanan menyusul pembukaan kembali bank dan pasar setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Kabul, Afghanistan, pada Sabtu (4/9/2021). Setelah 20 tahun digulingkan, kelompok Taliban kembali menguasai Afghanistan. (AP Photo/Wali Sabawoon)

Minggu lalu Dewan Pengungsi Norwegia melaporkan sekitar 300.000 warga Afghanistan telah melarikan diri ke Iran sejak Agustus lalu, dan saat ini setiap hari sekitar 5.000 orang masih terus berusaha menyebrangi perbatasan Afghanistan menuju ke wilayah negara tetangga secara ilegal.

Amerika dan Eropa telah memblokir akses Afghanistan terhadap lebih dari sembilan miliar dolar aset Bank Sentral Afghanistan, yang sebagian besar disimpan di Bank Sentral Amerika setelah pengambilalihan negara itu oleh Taliban pada 15 Agustus lalu.

Dalam wawancara dengan VOA awal pekan ini, anggota DPR dari Partai Republik Michael McCaul mengatakan bahwa ia tidak akan begitu saja mencairkan aset-aset yang diminta oleh Taliban ketika berkomentar mengenai isu ini.

"Kami menyerahkan semua pengaruh ketika kami meninggalkan Afghanistan, termasuk menyerahkan Pangkalan Udara Baghram yang merupakan pusat pengintaian intelijen di wilayah itu. Dan satu-satunya pengaruh yang tersisa pada Taliban kini adalah aset-aset yang telah kami bekukan," ujar McCaul.

"Jadi saya tidak akan mencairkan aset-aset itu dengan sangat mudah tanpa adanya konsesi besar yang dilakukan oleh Taliban," tambahnya.

Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah menangguhkan dana bantuan sebesar $1,2 miliar yang sedianya mereka keluarkan untuk Afghanistan pada tahun ini.

"Kami berharap anggota-anggota Kongres Amerika dapat berpikir secara komprehensif atas hal ini dan para pejabat Amerika melihat dari kacamata keadilan terhadap penderitaan yang dialami rakyat Afghanistan, yang meningkat akibat sanksi-sanksi dan perlakuan partisan yang tidak adil, dan meminta untuk tidak menyelesaikan isu kemanusiaan ini dengan cara yang dangkal," tulis Muttaqi dalam suratnya.

Associated Press melaporkan Taliban kini kesulitan untuk membayar para dokter, guru dan pegawai pemerintah lainnya.

 

Sanksi Internasional Persulit Operasi Bantuan Kemanusiaan

FOTO: Taliban Kuasai Bandara Kabul Usai AS Tarik Pasukan dari Afghanistan
Pasukan Taliban berjaga di luar Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai Bandara Kabul setelah Amerika Serikat menarik semua pasukannya dari Afghanistan. (WAKIL KOHSAR/AFP)

Sanksi-sanksi internasional juga mempersulit PBB dan kelompok-kelompok bantuan internasional untuk membayar staf mereka dan mempertahankan operasi bantuan kemanusiaan di Afghanistan.

Pemerintah Amerika telah membekukan aset Afghanistan karena keprihatinan atas hak asasi manusia dan terorisme di bawah pemerintahan Taliban. Kelompok Islamis itu juga ditekan agar memerintah negara itu dengan sistem politik yang inklusif, yang melindungi hak-hak perempuan dan kelompok minoritas.

Program Pangan Dunia PBB telah memperingatkan bahwa konflik syang terjadi selama bertahun-tahun dan kekeringan yang berkepanjangan di negara tersebut akan membuat lebih dari separuh penduduk Afghanistan yang diestimasi berjumlah 40 juta orang akan mengalami kelaparan pada musim dingin mendatang.

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya