Sebulan Hidup dengan COVID-19, Rumah Sakit Korea Selatan Penuh

Presiden korsel Moon Jae-in masalah kesehatan di negaranya.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 30 Nov 2021, 13:34 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2021, 13:34 WIB
FOTO: Kasus Melonjak, Warga Korea Selatan Antre Uji COVID-19
Warga antre untuk melakukan uji COVID-19 di tempat pengujian darurat, Seoul, Korea Selatan, Rabu (24/11/2021). Kasus COVID-19 di Korea Selatan melonjak karena penyebaran varian delta setelah pelonggaran dalam beberapa pekan terakhir untuk meningkatkan ekonomi. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengumumkan lonjakan kasus COVID-19 di negaranya. Namun, skema hidup bersama COVID-19 dilanjutkan.

Sejak 1 November 2021, pemerintah Korsel memulai skema hidup dengan COVID-19 agar secara bertahap kembali ke kehidupan sebelum pandemi. 

"Persediaan kasur di rumah sakit sedang sempit sebagaimana jumlah pasien-pasien baru dan kritis sedang naik," ujar Presiden Moon, dilaporkan Yonhap, Selasa (30/11/2021).

Kasus harian virus corona di Korsel pun sempat tembus hingga 4.000 kasus. Sebelum skema hidup dengan COVID-19, kasus tertinggi hanya di kisaran 2.000 kasus.

Meski demikian, Presiden Moon berkata tidak akan menyetop skema hidup dengan COVID-19. Saat ini, skemanya akan tetap di tahap satu.

"Kita tidak bisa lari dari masa lalu dengan membalikan kembalinya secara bertahap ke kehidupan normal," ujar Presiden Moon.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Waspada Varian Omicron

FOTO: Antisipasi Gelombang Ketiga, PPKM Level 3 Bakal Diberlakukan di Seluruh Indonesia Saat Nataru
Pejalan kaki menanti waktu menyebrang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (21/11/2021). Untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19, pemerintah akan menerapkan kebijakan PPKM Level 3 untuk seluruh wilayah Indonesia selama masa libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian B.1.1.529 atau Omicron menjadi varian dalam perhatian atau variant of concern (VOC) pada 26 November.

Pada 28 November, WHO menerangkan ringkasan perkembangan terbaru tentang varian tersebut. Menurut keterangan tertulis, para peneliti di Afrika Selatan dan di seluruh dunia sedang melakukan penelitian untuk lebih memahami banyak aspek Omicron dan akan terus membagikan temuan penelitian ini saat tersedia. 

Temuan sementara, dari tingkat penularan belum jelas apakah Omicron lebih mudah menular (misalnya, lebih mudah menyebar dari orang ke orang) dibandingkan dengan varian lain, termasuk Delta.

Jumlah orang yang dites positif telah meningkat di wilayah Afrika Selatan yang terkena varian ini, tetapi studi epidemiologi sedang dilakukan untuk memahami apakah itu karena Omicron atau faktor lainnya.

Dari tingkat keparahan penyakit, belum jelas  pula apakah infeksi Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan infeksi dengan varian lain, termasuk Delta. Data awal menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan, tetapi ini dapat disebabkan meningkatnya jumlah keseluruhan orang yang terinfeksi, bukan akibat infeksi spesifik dengan Omicron.

Saat ini tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dari varian lainnya. Infeksi awal yang dilaporkan terjadi di kalangan mahasiswa atau individu yang lebih muda yang cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan.

Semua varian COVID-19, termasuk varian Delta yang dominan di seluruh dunia, dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian, khususnya bagi orang-orang yang paling rentan, sehingga pencegahan selalu menjadi kunci.


Infografis COVID-19:

Infografis 3 Pertimbangan Sebelum Beraktivitas di Luar Rumah Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 3 Pertimbangan Sebelum Beraktivitas di Luar Rumah Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya