Liputan6.com, Beirut - Lebanon pada Kamis 13 Januari 2022 menggelar protes nasional terhadap melonjaknya harga dan memburuknya kondisi kehidupan, yang disebabkan oleh krisis ekonomi jangka panjang.
Pengemudi dan warga turun ke jalan dan melakukan demo di ibu kota Beirut, Tripoli, Khalde dan kota-kota lain, demikian dikutip dari Xinhua, Jumat (14/1/2022).
Advertisement
Baca Juga
Mereka memarkirkan mobil di tengah jalan dan membakar tempat sampah untuk memblokir jalan utama.
Fadi Abou Chakra, juru bicara serikat stasiun bahan bakar Lebanon, mengatakan kepada Xinhua bahwa jatuhnya mata uang Lebanon telah berdampak pada setiap aspek kehidupan di negara itu.
"Masyarakat sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokoknya, apalagi mengisi mobil dengan bensin yang harganya naik menyusul kenaikan harga dolar Amerika Serikat sementara gaji masyarakat tetap," katanya.
Ali Bazzi, seorang sopir taksi, mengatakan bahwa dia tidak mampu lagi membeli bahan bakar untuk mobilnya akibat krisis di Lebanon.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kondisi Ekonomi di Lebanon
Lebanon telah menderita krisis keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tengah kekurangan dolar AS.
Hal ini telah menyebabkan jatuhnya mata uang lokal, menjerumuskan lebih dari 78 persen populasi ke dalam kemiskinan.
Kabinet yang dibentuk pada September lalu tidak bertemu selama tiga bulan, karena masalah persaingan politik yang berbeda dalam masalah penyelidikan ledakan pelabuhan Beirut 2020.
Pound Lebanon, yang dipatok ke dolar AS pada tingkat 1.500 pound per dolar hingga krisis meletus pada 2019, telah runtuh dan diperdagangkan di pasar paralel pada Kamis (13/1) sekitar 31.500 pound terhadap satu dolar Amerika Serikat.
Advertisement