Tak Ingin Ketergantungan Dolar AS, Sri Mulyani Sebut LCS Mampu Dorong Pemulihan Ekonomi

Menurut Sri Mulyani target dari implementasi LCS untuk mengurangi ketergantungan besar pada satu mata uang, terutama US Dollar.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Feb 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2022, 12:22 WIB
Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai transaksi perdagangan dalam hubungan bilateral Indonesia dengan sejumlah negara menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) penting dalam mendorong pemulihan ekonomi.

"Penggunaan LCS antar negara-negara ini sangat relevan dengan prioritas dalam agenda kita di finance track event untuk mendukung pemulihan keuangan," kata Sri Mulyani saat menjadi keynote speaker dalam forum G20 dengan tema Managing Risk of the Exit Policy Dynamics through More Diversified Currency to Support Global Trade and Investment, Rabu (16/2/2022).

"Bagi indonesia, inisiatif yang dilakukan saat ini antara Indonesia dan beberapa mitra bilateral, Malaysia, Thailand, Jepang, China untuk mengimplementasikan diversifikasi keuangan dan juga menggunakan LCS, untuk meningkatkan transaksi dengan mata uang setempat dan memmfasilitasi jumlah perdagangan."

Menurut Sri Mulyani target dari implementasi ini adalah untuk mengurangi ketergantungan besar pada satu mata uang, terutama US Dollar. Diharapkan ini mampu menciptakan stabilitas dan perdagangan antar negara-negara ASEAN.

"Saya mengapresiasi Bank Indonesia dalam upayanya untuk mendorong LCS ini sejak 2018 dan ini sudah jadi agenda global. Ini jadi agenda global antar negara-negara dalam mengurangi risiko shock economy global."

"Kita berharap mendapat dukungan dari macro ekonomi dan diperkuat dan dipertahankan bukan hanya dari masing-masing negara tapi juga global."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Reformasi Sisi Perpajakan

Menkeu Sri Mulyani Hadiri Seminar Nasional Nota Keuangan APBN 2020
Menkeu Sri Mulyani memberi sambutan pada Seminar Nasional Nota Keuangan RAPBN 2020 : Mengawal Akuntabilitas Penerimaan Negara di Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2019). Sri Mulyani menjelaskan kondisi ekonomi global diselimuti awan hitam. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam kesempatan tersebut Sri Mulyani juga memaparkan bahwa di masa pandemi ini Indonesia juga mengimplementasikan berbagai pemulihan dan juga reformasi. Beberapa program reformasi yang paling penting yaitu dari sisi perpajakan.

"Dari sisi perpajakan kita melakukan regulasi perpajakan agar mampu melakukan basis pengumpulan pajak, termasuk dari rasio pajak dan juga pada saat yang sama menciptakan keadilan rezim perpajakan yang kompetitif di Indonesia."

"Indonesia juga memperbaiki lewat langkah-langkah mengatasi masalah, bukan hanya COVID-19, tapi juga dari sisi pemulihan ekonomi."

Sri Mulyani juga menekankan bahwa pandemi tidak dapat dilakukan oleh satu negara sendiri, koordinasi, kolaborasi adalah suatu kondisi yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan diri dari tantangan ke depannya.

"Di masa pandemi COVID-19, kita juga belajar banyak bagaimana pasar dari sisi keuangan, sektor perdagangan dan investasi juga berdampak lewat shock moment ini."

"Totalitas karena sentimen pasar yang didorong oleh COVID-19 adalah sebuah kasus yang dalam hal ini Indonesia harus menyiapkan diri dalam hal yang signifikansecara fundamental."

Infografis Indonesia Terima Tongkat Estafet Presidensi G20

Infografis Indonesia Terima Tongkat Estafet Presidensi G20. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Indonesia Terima Tongkat Estafet Presidensi G20. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya