Liputan6.com, Washington, DC - Pekan lalu, Gedung Putih mengundang sejumlah influencer TikTok untuk memberikan briefing terkait situasi invasi Rusia ke Ukraina. Para influencer dijelaskan mengenai tujuan strategis AS dan menjawab terkait NATO dan bantuan yang sudah diberikan.
Dilaporkan The Washington Post, Senin (14/3/2022), Gedung Putih disebut telah menyorot TikTok sebagai platform berpengaruh untuk mencari informasi. Namun, TikTok juga dipakai Rusia untuk menyebarkan propaganda.
Advertisement
Baca Juga
Briefing kepada influencer itu dipimpin oleh Matt Miller, penasihat khusus komunikasi Gedung Putih.
Ada 30 bintang TikTok yang mendapatkan briefing secara online pada Kamis (10/3). Gedung Putih berkolaborasi dengan Gen Z For Change yang berfokus pada aktivitisme para generasi Z (zoomer).
Salah satu influencer generasi Z yang diundang adalah Kahlil Greene (21) yang memiliki 534 ribu follower. Ia menganggap wajar bila influencer TikTok dilibatkan.
"Orang-orang di generasi saya mendapatkan semua informasi kami dari TikTok," ujar Kahlil Greene. "Itu adalah tempat pertama kami mencari topik-topik baru dan mempelajari berbagai hal."
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Melawan Misinformasi
Pembuat konten TikTok bernama Jules Terpak berkata keputusan Gedung Putih untuk melakukan komunikasi dengan kreator TikTok adalah tepat karena bisa melawan misinformasi.
"Mereka yang memiliki audiens bisa secara ideal menetapkan nada untuk bagaimana yang lainnya memutuskan untuk mengkaji dan mengamplifikasi apa yang mereka lihat secara online," ujar Terpak yang juga menulis isu budaya digital.
Saat ini, TikTok sudah tak bisa diakses di Rusia.
Direktur Strategi Digital di Gedung Putih, Rob Flaherty, mengakui bahwa TikTok adalah platform penting untuk informasi.
"Kami mengakui ini adalah avenue yang secara kritis penting bagi publik Amerika dalam mencari tahu (informasi) terkini," ujarnya.
"Jadi kami ingin memastikan kalian memiliki informasi terkini dari sumber berwenang," kata Flaherty.
Advertisement