Hubungan Membaik, Arab Saudi, Kuwait dan Yaman Kembali Utus Dubes ke Lebanon

Hubungan Arab Saudi, Kuwait dan Yaman dengan Lebanon membaik, setelah sempat mencapai titik terendah ketika kerajaan itu dan negara-negara Teluk lainnya menarik utusan mereka.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2022, 12:32 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2022, 12:32 WIB
Atraksi Pesawat dalam Perayaan Seratus Tahun Berdirinya Lebanon
Sejumlah pesawat mengudara di atas langit Beirut, mengeluarkan asap dengan warna-warna bendera nasional Lebanon, dalam perayaan seratus tahun berdirinya Lebanon Raya, di Beirut, Lebanon (1/9/2020). (Xinhua/Bilal Jawich)

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan Arab Saudi, Kuwait dan Yaman dengan Lebanon membaik, setelah sempat mencapai titik terendah ketika kerajaan itu dan negara-negara Teluk lainnya menarik utusan mereka. Kini Ketiga negara tersebut telah mengumumkan kembalinya duta besar mereka ke Lebanon

Arab Saudi dan negara-negara Teluk yang kaya pernah menjadi donor utama untuk Lebanon tapi hubungan mereka telah tegang selama bertahun-tahun akibat meningkatnya pengaruh gerakan Hizbullah yang didukung Iran.

Kementerian luar negeri Arab Saudi mengatakan duta besarnya kembali ke Lebanon sebagai tanggapan atas seruan oleh kekuatan politik Lebanon "moderat" dan setelah pernyataan Perdana Menteri Najib Mikati mengenai "mengakhiri semua kegiatan politik, militer dan keamanan" yang berdampak pada Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya.

Pernyataan Saudi di kantor berita negara SPA menekankan pentingnya Lebanon "kembali ke kedalaman jatidiri Arab".

Kementerian luar negeri Kuwait mengeluarkan pernyataan serupa. Kantor Mikati mengatakan utusan Kuwait akan kembali sebelum akhir pekan ini.

Mikati, dalam sebuah unggahan Twitter menyambut langkah itu, seraya mengatakan Lebanon "bangga dengan afiliasi Arab dan menjunjung tinggi hubungan terbaik dengan negara-negara Teluk", dengan menggambarkan mereka sebagai pilar dukungan.

Keretakan hubungan Teluk itu telah menambah kesulitan yang dihadapi Lebanon saat berjuang dengan krisis keuangan yang digambarkan oleh Bank Dunia sebagai salah satu depresi paling tajam yang pernah tercatat.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

 

Hubungan yang Memburuk

Lebanon Umumkan Kabinet Baru, Demonstrasi Tetap Berlanjut
Demonstran antipemerintah mengibarkan bendera Lebanon saat dia disemprot air dalam demonstrasi menentang pemerintahan baru dekat Parliament Square, Beirut, Lebanon, Rabu (22/1/2020). Demonstrasi dan kekerasan terus berlanjut kendati Lebanon telah mengumumkan kabinet baru. (AP Photo/Hussein Malla)

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada Kamis bahwa pihaknya telah mencapai rancangan perjanjian pendanaan dengan Lebanon - tapi Beirut perlu memberlakukan serangkaian reformasi ekonomi terlebih dahulu sebelum dewan memutuskan apakah akan menyetujui kesepakatan itu.

Kemudian pada Kamis, kementerian luar negeri Yaman mengumumkan kembalinya utusannya ke Lebanon.

"Langkah itu merupakan tanggapan atas janji Beirut untuk menghentikan kegiatan dan praktik ofensif ke negara-negara Arab," kata kementerian Yaman dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara itu.

Hubungan yang memburuk telah mencapai titik terendah baru Oktober lalu setelah seorang mantan menteri pemerintah Libanon mengkritik pertempuran koalisi militer pimpinan Saudi di Yaman, yang merupakan konflik yang secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.

Hizbullah mendukung Teheran dalam perjuangan regional untuk mendapatkan pengaruh dengan negara-negara Teluk Arab yang bersekutu dengan AS, yang mengatakan kelompok itu telah membantu gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman.

Hizbullah memiliki milisi yang lebih kuat daripada tentara Lebanon dan telah mendukung sekutu pro Iran di kawasan itu, termasuk di Suriah.

Kelompok itu dan sekutunya juga berpengaruh besar atas kebijakan negara Lebanon.


Demonstrasi

Pengemudi Taksi di Lebanon Blokir Jalan Protes Kenaikan Harga BBM
Pengemudi taksi memblokir jalan dengan kendaraan mereka selama aksi protes di Martyrs' Square, di pusat kota Beirut, Lebanon, Selasa (30/11/2021). Mereka memprotes kenaikan harga bensin, barang-barang konsumsi dan jatuhnya mata uang pound Lebanon. (AP Photo/Bilal Hussein)

Lebanon pada Kamis 13 Januari  2022 menggelar protes nasional terhadap melonjaknya harga dan memburuknya kondisi kehidupan, yang disebabkan oleh krisis ekonomi jangka panjang.

Pengemudi dan warga turun ke jalan dan melakukan demo di ibu kota Beirut, Tripoli, Khalde dan kota-kota lain, demikian dikutip dari Xinhua, Jumat (14/1/2022).

Mereka memarkirkan mobil di tengah jalan dan membakar tempat sampah untuk memblokir jalan utama.

Fadi Abou Chakra, juru bicara serikat stasiun bahan bakar Lebanon, mengatakan kepada Xinhua bahwa jatuhnya mata uang Lebanon telah berdampak pada setiap aspek kehidupan di negara itu.

"Masyarakat sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokoknya, apalagi mengisi mobil dengan bensin yang harganya naik menyusul kenaikan harga dolar Amerika Serikat sementara gaji masyarakat tetap," katanya.

Ali Bazzi, seorang sopir taksi, mengatakan bahwa dia tidak mampu lagi membeli bahan bakar untuk mobilnya akibat krisis di Lebanon.


Presiden Lebanon Sindir Hizbullah

Presiden Lebanon Michel Aoun. (Dok: Kepresidenan Lebanon)
Presiden Lebanon Michel Aoun. (Dok: Kepresidenan Lebanon)

Presiden Lebanon Michel Aoun dilaporkan memberikan kritikan terselubung kepada Hizbullah karena mengganggu jalannya pemerintahan. Ini terkait manuver Hizbullah di luar negeri.

Hizbullah merupakan salah satu partai yang dominan di Lebanon. Hizbullah memiliki hubungan yang dingin dengan Arab Saudi karena masalah konflik di Yaman.

Presiden Aoun berkata ini seharusnya menjadi urusan level pemerintah.

"Betul bahwa melindungi tanah air membutuhkan kerja sama antara tentara, masyarakat, dan perlawanan, tetapi tanggung jawab utamanya ada pada negara," ujar Presiden Michel Aoun dalam pidato di televisi, dikutip Arab News, Selasa (28/12/2021).

Tanpa menyebut nama Hizbullah, ia menegaskan bahwa strategi pertahanan adalah urusan negara, bukan pihak lain. Selain itu, ia berkata kehadiran disrupsi bisa merugikan institusi dan negara.

"Hanya negara yang membuat strategi pertahanan dan memastikan implementasinya," ujarnya.

Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu
Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya